Share

Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai
Penulis: Bintang Senja

Daftar Rahasia

"Tiga puluh hari saja, mas. Setelah Alifah genap tujuh tahun, aku siap untuk bercerai denganmu." Hanya itu permintaan Naima sebelum berpisah dengan suaminya. Mendengar hal tersebut Arga menghela napas.

"Tidak ada permintaan lain, selain itu." Arga menatap mata sendu istrinya. Wanita yang ia nikahi delapan tahun lalu.

"Tidak ada, hanya itu saja." Naima menggeleng. Setiap ucapan yang keluar terasa begitu ringan tanpa ada beban. Arga pikir dengan ia meminta ijin untuk menikah lagi, Naima akan marah dan berteriak histeris. Tapi ternyata Arga salah, justru sang istri memberinya ijin, dan hanya meminta waktu tiga puluh hari. Entah apa yang akan Naima lakukan selama tiga puluh hari itu.

Arga masih teringat ketika meminta ijin untuk menikah lagi, saat itu Naima hanya tersenyum lalu berkata. Akan menjawabnya tiga hari kemudian, dan ini adalah dari istrinya. Memberinya ijin untuk menikah, tetapi Naima meminta waktu tiga puluh hari sampai putri mereka genap tujuh tahun.

"Naima, mas mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Arga. Lelaki berkemeja putih itu melangkah menuju ranjang, lalu menjatuhkan bobotnya di sana. Malam itu Arga baru saja pulang dari kantor.

"Mau ngomong apa, mas? Ngomong aja." Naima mengikuti langkah suaminya, ia pun ikut menjatuhkan bobotnya di sebelah Arga.

"Naima, mas meminta ijin untuk menikah lagi. Apa kamu akan mengijinkan." Ucapan yang terlontar dari mulut suaminya mampu membuat Naima terdiam sejenak. Lalu wanita itu tersenyum, dan hal tersebut membuat Arga merasa heran.

"Tolong beri aku waktu tiga hari untuk menjawabnya, mas." Naima berkata dengan tenang dan juga senyum tetap menghiasi bibirnya. Sungguh Arga merasa bingung dan juga heran dengan sikap istrinya yang begitu tenang. Ia pikir Naima akan marah, memaki dirinya dan mungkin menangis histeris.

Tapi ternyata dugaan Arga salah, Naima begitu tenang dan juga tegar, bahkan wanita itu masih bisa tersenyum padahal suaminya meminta ijin untuk menikah lagi. Jika perempuan lain mungkin sudah berteriak dan juga mengamuk, namun tidak dengan Naima. Entah terbuat dari apa hati istrinya itu, sehingga tetap bersikap tenang meski badai tengah menerpa rumah tangganya.

"Mas, sarapan dulu. Katanya hari ini ada meeting." Ucapan yang terlontar dari mulut Naima mampu membuat Arga tersadar dari lamunannya. Seketika lelaki itu menoleh, pandangan mata keduanya saling bertemu.

"Iya, sebentar lagi mas turun." Arga mengangguk. Lalu bergegas turun ke bawah, di mana istri dan putrinya sudah menunggu.

Suasana meja makan begitu hening, kehangatan yang biasa Arga rasakan sebelumnya seketika lenyap bak diterpa oleh angin. Naima memilih untuk diam dan menikmati sarapannya, namun tidak dengan Arga. Justru rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan seketika hilang.

***

Dua hari telah berlalu, sejak Naima memberikan jawaban jika Arga boleh menikah lagi. Lelaki itu merasa ada yang kurang, meski sang istri masih melakukan kewajibannya seperti biasanya. Namun tetap saja ada yang kurang, entahlah Arga seperti menyesali akan keputusannya. Tapi semua itu harus Arga lakukan karena suatu hal.

"Sini, mas aku bantu." Naima mengambil dasi dari tangan suaminya. Lalu dengan cekatan wanita itu memasangnya di leher suaminya, Arga menggunakan kesempatan ini untuk memandang wajah ayu sang istri.

"Sudah selesai, sarapannya di bawah sudah siap. Em, hari ini aku ijin untuk berangkat lebih awal ya, kasihan Alifah kalau kesiangan," ungkap Naima seraya membantu sang suami memakai jasnya.

"Kamu enggak sarapan dulu." Arga mencekal pergelangan tangan Naima ketika wanita itu hendak melangkah.

Naima tersenyum. "Aku belum lapar, mas. Ya sudah aku juga mau siap-siap."

Arga terus memandangi istrinya yang tengah bersiap-siap untuk pergi bersama dengan putrinya. Hari ini adalah jadwal Alifah untuk melakukan kemoterapi, bocah yang usianya belum genap tujuh tahun itu harus berjuang melawan penyakitnya.

"Mas aku pergi sekarang ya, assalamu'alaikum." Naima mencium punggung tangan suaminya.

"Wa'alaikumsalaam, hati-hati di jalan. Maaf karena mas tidak bisa menemani kalian," ucap Arga.

Naima tersenyum. "Tidak apa, bukankah kami sering pergi berdua. Lagi pula hari ini kamu dan Arin akan fitting baju kan. Ya sudah aku pergi sekarang."

"Bisa-bisanya Naima tersenyum seperti itu. Padahal hari demi hari yang terlewati ini, akan terus berkurang. Dan itu artinya hanya waktu yang tersisa saja, di mana kami masih bisa bersama," gumamnya. Arga benar-benar dibuat bingung oleh sikap istrinya sendiri.

Setelah itu Arga memutuskan untuk segera bersiap dan pergi. Namun tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat ada sebuah buku yang tergeletak di lantai, tepatnya di depan lemari pakaian milik istrinya. Karena penasaran Arga mengambil buku tersebut, lalu membukanya.

Arga cukup terkejut ketika melihat isinya, dalam buku tersebut tertulis sebuah daftar. Mulai dari biaya operasi caecar, biaya operasi pengangkatan rahim, lalu biaya nafkah selama lima tahun. Dan itu sudah termasuk biaya sekolah Alifah. Sejujurnya Arga cukup bingung dengan daftar itu, tapi dari tulisannya tertera jika itu tulisan sang istri.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Gift Shya
sepertinya gitu sihat KLU dilihat dr awal cerita
goodnovel comment avatar
Gift Shya
ceritanya sama dengan drama tv3 or RTM malaysia...istrinya minta waktu 30 hari pada suaminya sbb ingin mengulang semua yg pernah mereka lalui masa mula² menikah baru dia suaminya boleh kwin lagi...sbb isterinya sudah di vonis dokter hanya bertahan selama 1 bulan sbb sakit kanker rahim stadium akhir
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila lu ndak ada otak anak lg skt gitu bknnya nemenin malah mau nikah lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status