Share

Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai
Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai
Author: Bintang Senja

Daftar Rahasia

Author: Bintang Senja
last update Last Updated: 2022-09-19 10:08:01

"Tiga puluh hari saja, mas. Setelah Alifah genap tujuh tahun, aku siap untuk bercerai denganmu." Hanya itu permintaan Naima sebelum berpisah dengan suaminya. Mendengar hal tersebut Arga menghela napas.

"Tidak ada permintaan lain, selain itu." Arga menatap mata sendu istrinya. Wanita yang ia nikahi delapan tahun lalu.

"Tidak ada, hanya itu saja." Naima menggeleng. Setiap ucapan yang keluar terasa begitu ringan tanpa ada beban. Arga pikir dengan ia meminta ijin untuk menikah lagi, Naima akan marah dan berteriak histeris. Tapi ternyata Arga salah, justru sang istri memberinya ijin, dan hanya meminta waktu tiga puluh hari. Entah apa yang akan Naima lakukan selama tiga puluh hari itu.

Arga masih teringat ketika meminta ijin untuk menikah lagi, saat itu Naima hanya tersenyum lalu berkata. Akan menjawabnya tiga hari kemudian, dan ini adalah dari istrinya. Memberinya ijin untuk menikah, tetapi Naima meminta waktu tiga puluh hari sampai putri mereka genap tujuh tahun.

"Naima, mas mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Arga. Lelaki berkemeja putih itu melangkah menuju ranjang, lalu menjatuhkan bobotnya di sana. Malam itu Arga baru saja pulang dari kantor.

"Mau ngomong apa, mas? Ngomong aja." Naima mengikuti langkah suaminya, ia pun ikut menjatuhkan bobotnya di sebelah Arga.

"Naima, mas meminta ijin untuk menikah lagi. Apa kamu akan mengijinkan." Ucapan yang terlontar dari mulut suaminya mampu membuat Naima terdiam sejenak. Lalu wanita itu tersenyum, dan hal tersebut membuat Arga merasa heran.

"Tolong beri aku waktu tiga hari untuk menjawabnya, mas." Naima berkata dengan tenang dan juga senyum tetap menghiasi bibirnya. Sungguh Arga merasa bingung dan juga heran dengan sikap istrinya yang begitu tenang. Ia pikir Naima akan marah, memaki dirinya dan mungkin menangis histeris.

Tapi ternyata dugaan Arga salah, Naima begitu tenang dan juga tegar, bahkan wanita itu masih bisa tersenyum padahal suaminya meminta ijin untuk menikah lagi. Jika perempuan lain mungkin sudah berteriak dan juga mengamuk, namun tidak dengan Naima. Entah terbuat dari apa hati istrinya itu, sehingga tetap bersikap tenang meski badai tengah menerpa rumah tangganya.

"Mas, sarapan dulu. Katanya hari ini ada meeting." Ucapan yang terlontar dari mulut Naima mampu membuat Arga tersadar dari lamunannya. Seketika lelaki itu menoleh, pandangan mata keduanya saling bertemu.

"Iya, sebentar lagi mas turun." Arga mengangguk. Lalu bergegas turun ke bawah, di mana istri dan putrinya sudah menunggu.

Suasana meja makan begitu hening, kehangatan yang biasa Arga rasakan sebelumnya seketika lenyap bak diterpa oleh angin. Naima memilih untuk diam dan menikmati sarapannya, namun tidak dengan Arga. Justru rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan seketika hilang.

***

Dua hari telah berlalu, sejak Naima memberikan jawaban jika Arga boleh menikah lagi. Lelaki itu merasa ada yang kurang, meski sang istri masih melakukan kewajibannya seperti biasanya. Namun tetap saja ada yang kurang, entahlah Arga seperti menyesali akan keputusannya. Tapi semua itu harus Arga lakukan karena suatu hal.

"Sini, mas aku bantu." Naima mengambil dasi dari tangan suaminya. Lalu dengan cekatan wanita itu memasangnya di leher suaminya, Arga menggunakan kesempatan ini untuk memandang wajah ayu sang istri.

"Sudah selesai, sarapannya di bawah sudah siap. Em, hari ini aku ijin untuk berangkat lebih awal ya, kasihan Alifah kalau kesiangan," ungkap Naima seraya membantu sang suami memakai jasnya.

"Kamu enggak sarapan dulu." Arga mencekal pergelangan tangan Naima ketika wanita itu hendak melangkah.

Naima tersenyum. "Aku belum lapar, mas. Ya sudah aku juga mau siap-siap."

Arga terus memandangi istrinya yang tengah bersiap-siap untuk pergi bersama dengan putrinya. Hari ini adalah jadwal Alifah untuk melakukan kemoterapi, bocah yang usianya belum genap tujuh tahun itu harus berjuang melawan penyakitnya.

"Mas aku pergi sekarang ya, assalamu'alaikum." Naima mencium punggung tangan suaminya.

"Wa'alaikumsalaam, hati-hati di jalan. Maaf karena mas tidak bisa menemani kalian," ucap Arga.

Naima tersenyum. "Tidak apa, bukankah kami sering pergi berdua. Lagi pula hari ini kamu dan Arin akan fitting baju kan. Ya sudah aku pergi sekarang."

"Bisa-bisanya Naima tersenyum seperti itu. Padahal hari demi hari yang terlewati ini, akan terus berkurang. Dan itu artinya hanya waktu yang tersisa saja, di mana kami masih bisa bersama," gumamnya. Arga benar-benar dibuat bingung oleh sikap istrinya sendiri.

Setelah itu Arga memutuskan untuk segera bersiap dan pergi. Namun tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat ada sebuah buku yang tergeletak di lantai, tepatnya di depan lemari pakaian milik istrinya. Karena penasaran Arga mengambil buku tersebut, lalu membukanya.

Arga cukup terkejut ketika melihat isinya, dalam buku tersebut tertulis sebuah daftar. Mulai dari biaya operasi caecar, biaya operasi pengangkatan rahim, lalu biaya nafkah selama lima tahun. Dan itu sudah termasuk biaya sekolah Alifah. Sejujurnya Arga cukup bingung dengan daftar itu, tapi dari tulisannya tertera jika itu tulisan sang istri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Gift Shya
sepertinya gitu sihat KLU dilihat dr awal cerita
goodnovel comment avatar
Gift Shya
ceritanya sama dengan drama tv3 or RTM malaysia...istrinya minta waktu 30 hari pada suaminya sbb ingin mengulang semua yg pernah mereka lalui masa mula² menikah baru dia suaminya boleh kwin lagi...sbb isterinya sudah di vonis dokter hanya bertahan selama 1 bulan sbb sakit kanker rahim stadium akhir
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Gila lu ndak ada otak anak lg skt gitu bknnya nemenin malah mau nikah lg
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Video di Hari Pernikahan

    Setelah pesanan tertata di atas meja, pelayan tersebut beranjak pergi, dan ini kesempatan Arin untuk kembali berbicara. Tetapi Arga justru mengusirnya, ia tidak ingin merusak mood makan siangnya. Bukan itu saja, Arga juga khawatir jika kehadiran Arin membuat Zaskia merasa tidak nyaman."Arin lebih baik sekarang kamu pergi dari sini, aku mau makan," usirnya. Mendengar itu, seketika Arin membulatkan matanya."Arga, kamu ngusir aku. Memangnya kamu tidak ingin tahu siapa dia yang sebenarnya. Aku yakin kalau kamu sudah mengetahuinya, jangankan untuk menikahinya. Mungkin untuk melihatnya saja kamu akan merasa jijik," ungkap Arin, tak lupa tangannya menunjuk ke arah di mana Zaskia duduk.Sedangkan wanita bercadar itu hanya diam dan menunduk, ia sama sekali tidak berani untuk menatap Arin. Tetapi berbeda dengan Arga, justru ia yang merasa kesal dan marah dengan ucapan mantan istrinya itu. Arga memang belum tahu asal usul Zaskia, tapi bukan berarti Arin seenaknya berkata seperti itu."Terserah

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Bertemu Mantan

    Tiga tahun telah berlalu, tiga tahun sudah Naima pergi selamanya meninggalkan suami serta putrinya. Meski sudah lama, tetapi bayang-bayang istrinya masih terus menguasai hati serta pikiran Arga. Sampai detik ini Arga belum bisa melupakan Naima, wanita yang sangat ia cintai.Beberapa wanita sering dikenalkan oleh ibunya, tetapi tak ada satupun yang dapat menarik hati Arga. Bagi Arga, tidak ada yang sesempurna Naima, sangat sulit untuk menerima wanita lain di dalam hatinya. Terkadang di sisi hatinya merasa kasihan dengan Alifah, putrinya masih sangat membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu."Arga, bagaimana saran mama. Kasihan Alifah, mungkin kamu bisa hidup tanpa seorang istri. Tapi Alifah, diusianya yang sekarang, dia masih sangat membutuhkan seorang ibu. Mama sering merasa sedih setiap kali menjemput Alifah di sekolahnya. Hampir semua teman-temannya dijemput oleh ibunya." Rianty kembali membujuk putranya untuk menikah. Bukan apa, ia merasa kasihan dengan cucunya yang masih sangat m

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Permintaan Terakhir Naima

    Hampir seminggu Naima dirawat di rumah sakit, kondisinya yang sering drop membuat Frans dan dokter Ali melarangnya untuk pulang. Padahal Naima sendiri sudah merasa bosan, mungkin karena efek kanker yang sudah stadium akhir. Membuat kondisi tubuh Naima melemah, bukan itu saja, penglihatannya juga mulai terganggu.Prang, bunyi gelas yang terjatuh membuat Arga yang berada di kamar mandi buru-buru keluar. Terlihat gelas yang ada di meja samping brangkar sudah berada di lantai. Arga menghela napas lalu melangkah mendekati istrinya. Saat ini mereka hanya berdua, lantaran Haris tengah menemani Alifah di rumah."Sayang kamu baik-baik saja kan," ucap Arga dengan raut wajah panik."Aku enggak apa-apa kok, mas. Maaf, gelasnya jatuh." Naima menunduk, penglihatan yang mulai bermasalah membuatnya sering menjatuhkan sesuatu."Tidak apa-apa, udah kamu duduk saja, biar mas beresin ini dulu." Arga jongkok dan bergegas untuk membereskan pecahan gelas tersebut. Sementara Naima tetap duduk dengan perasaan

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Memutuskan untuk Kembali

    Rianty masih diam, namun wanita itu segera melangkah menghampiri putranya. Ia tidak menyangka jika kedatangan Haris akan bertepatan dengan kepulangan Arga. Rianty benar-benar bingung harus berbuat apa, tidak ada kesempatan lagi untuk berbohong, karena mungkin Arga telah mendengar semuanya."Arga kamu sudah pulang." Rianty melangkah mendekati putranya."Arga sudah tahu semuanya, ma. Arga tidak menyangka kalau selama ini banyak kebohongan yang mama sembunyikan," ujar Arga. Mendengar itu seketika Rianty menggeleng."Arga, mama bisa menjelaskannya. Ini tidak seperti yang kamu dengar, mama .... ""Pendengaran Arga masih normal, ma. Dari dulu mama memang pandai berbohong dan bersandiwara." Arga memotong ucapan ibunya, rasanya memang sulit untuk menerima semua kenyataan itu. Arga benar-benar tidak menyangka jika masa lalu ibunya begitu buruk."Haris, ini semua gara-gara kamu, untuk apa kamu datang ke sini hah." Rianty membentak Haris, ia benar-benar kesal dengan ulah laki-laki satu ini."Aya

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Datang Kembali

    "Kenapa aku harus melihat ini, rasanya sakit sekali, bahkan lebih sakit dari penghianatan yang Arin lakukan," gunamnya. Rasanya mata Arga tidak mampu lagi untuk melihat mereka, telinganya pun tak sanggup untuk mendengar apa yang akan Naima katakan.Arga memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut, namun entah kenapa kakinya sangat berat untuk melangkah, seakan ada yang menahannya. Dengan terpaksa Arga akan menunggu beberapa saat, ia juga merasa penasaran dengan jawaban yang akan Naima berikan. Berharap Arga bisa menerima apapun keputusan mantan istrinya.Sementara itu, Naima masih diam, jujur ia juga merasa bingung. Di lain sisi, ia ingin hidup tenang tanpa seorang suami. Tapi Naima juga sadar, jika putrinya masih sangat membutuhkan sosok seorang ayah. Tapi entah kenapa hati kecilnya seperti tidak yakin jika Frans mampu menjadi ayah pengganti untuk Alifah."Naima, bagaimana?" tanya Frans, seketika Naima sadar dari lamunannya. Wanita berjilbab itu mendongak, menatap wajah lelaki yang d

  • Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai   Lamaran

    Arin memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang Naima daratkan. Ia pikir Naima adalah wanita lemah yang hanya bisa menangis, tapi ternyata dugaan Arin salah. Ingin rasanya Arin memberikan pelajaran kepada orang yang sudah berani berbuat kasar padanya. Namun deru mesin mobil membuat dua wanita itu menoleh."Itu kan mobilnya mas Arga, itu artinya mas Arga baru ke sini atau .... " Arin membatin. Matanya terus menatap mobil milik mantan suaminya yang kini berhenti di pelataran rumah.Setelah mobil berhenti, Arga beranjak turun dan melangkah menuju teras. Lelaki berkemeja putih itu terdiam ketika melihat Arin berada di rumah Naima. Untuk apa wanita itu mendatangi mantan istrinya itu, Arga terus melangkahkan kakinya hingga kini ia berdiri di hadapan Arin dan juga Naima."Assalamu'alaikum." Arga mengucap salam."Wa'alaikumsalam." Hanya Naima yang menjawab salam dari Arga, sedangkan Arin, wanita itu hanya diam."Arin, untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Arga. Ada rasa curiga k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status