Share

3

"Hei aku Keiko. Selamat datang di sekolah kami." Ucap Keiko dengan mengulurkan tangannya kepada Jonatan.

Hari ini adalah hari pertama Jonatan sekolah setelah kepindahannya dirumah neneknya. Jonatan yang menaruh wajahnya di meja, melihat Keiko dengan malas dan mengabaikan Keiko.

Keiko meraih tangan Jonatan dan memaksanya untuk menyambut uluran tangannya. Jonatan terpaksa menatap Keiko. Senyuman manis Keiko berikan saat Jonatan memandangnya.

"Apa kamu ingin bergabung dengan kami ke kantin?" Ucap Keiko.

"Enyah9lah." Balas Jonatan dengan malas menanggapi Keiko dan kembali menenggelamkan wajahnya.

"Baiklah, tapi jika butuh sesuatu jangan sungkan, aku ketua kelas disini." ucap Keiko dan perlahan meninggalkan Jonatan untuk bergabung dengan teman-temannya.

Diam-diam Jonatan memandang tubuh mungil Keiko yang perlahan menghilang dari hadapannya. Jonatan sedikit salut dengan keberanian Keiko mendekatinya, padahal beberapa jam masuk di sekolah ini, tidak ada yang benari mendekatinya, karena aura dinginnya yang membuat semua takut dan pergi menjauh.

Satu bulan berada di sekolah, Keiko tidak berhenti mendekati Jonatan. Tentunya penolakan terus menerus dilakukan oleh Jonatan. Namun suatu hari, saat pulang sekolah, Keiko berhenti disebuah kedai untuk membeli beberapa barang. tanpa sengaja Jonatan mengetahui itu dan mengikuti Keiko secara diam-diam. Keiko berjalan ke arah sebuah rumah yang Jonatan tahu benar rumah siapa itu. Keiko mengetuk pintu, dan masuk ke rumah itu setelah seorang nenek menyuruhnya masuk dengan ekspresi bahagia. Jonatan bertanya-tanya kenapa Keiko pergi kerumah neneknya. rasa penasaran memenuhi pikiran Jonatan.

Akhirnya Jonatan memutuskan untuk masuk ke rumah. dan seketika Keiko terkejut melihat Jonatan berapa di rumah nenek itu.

"Kamu...!" Keiko terkejut melihat Jonatan tiba-tiba muncul di ruang tamu.

"Kamu ngikutin aku?" Tanya Keiko. Jonatan dengan wajah cuek mengabaikan Keiko dan mendekati neneknya.

" Aku pulang nek." Ucap Jonatan. Jonatan sangat menyayangi neneknya, karena dia satu-satunya keluarga dari pihak ibunya yang tersisa. Jonatan berpura-pura cuek melewati nenek dan Keiko. Namun dengan cepat neneknya menarik tangan Jonatan.

"Jo ini Keiko, dia yang selama ini menemani nenek setelah Mamamu meninggal." Ucap Nenek Jonatan, yang membuat Jonatan terdiam cukup lama. " Satu tahun lalu, Keiko harus pindah karena Ayahnya pindah pekerjaan. dan baru kembali baru-baru ini." Ucap nenek.

Jonatan terkejut dengan penjelasan neneknya, karena setahu Jonatan, Keiko sudah menjadi ketua kelas dari kelas 1. itu artinya sudah 2 tahun yang lalu.

" Hai, Aku Keiko. salam kenal." Ucap Keiko mengulurkan tangannya, dengan tatapan mata penuh isyarat. Jonatan hanya terdiam tanpa berkata apapun.

"Tinggallah sehari disini, besok baru pulang." Ucap nenek kepada Keiko.

"Iya nek." Jawab Keiko.

"Jo, ajak Keiko ke kamar tamu, nenek mau pergi ke warung sebelah dulu untuk membeli sayur." Ucap nenek kepada Jonatan. Jonatan mengangguk tanpa menjawab.

Nenek sudah tidak ada dirumah, hanya tinggal Keiko dan Jonatan.

"Apa kamu ingin menjelaskan sesuatu kepadaku." Ucap Jonatan dengan nada dingin dan menginterogasi.

"Enggak, gak ada yang perlu aku jelaskan kepadamu, karena aku tidak memiliki urusan apapun denganmu. Tapi ku harap kamu tahu diri untuk tidak mengatakan apapun kepada nenek. Kecuali kamu orang yang ember." Ucap Keiko membalas dengan cuek.

Tidak ada arah pembicaraan lagi setelah itu. Jonatan juga tidak mau mengganggu urusan Keiko. Nenek pulang dari warung. Dengan cekatan keiko membantu nenek, dan membantu membawa barang belanja ke dapur. Keiko benar-benar tidak menganggap Jonatan ada. Keiko hanya memperhatikan nenek, dan berbicara dengan nenek. Ada rasa kesal yang menjalar di hati Jonatan karena keiko bersikap dingin kepadanya, tidak seperti di sekolah. Seolah Jonatan telah memergoki kelemahan Keiko, yang membuat Keiko tiba-tiba membuat batas yang besar, sehingga Jonatan tidak bisa menembusnya.

Saat makan malam, Keiko terus berbicara dengan nenek. terkadang Keiko juga mengajak Jonatan berbicara seolah mereka baru bertemu.

"Nek aku akan pergi ke rumah paman dulu, sebelum besok kembali." Ucap Keiko.

"Malam-malam seperti ini?" Tanya nenek.

" Ini masih jam 7 kok nek, belum begitu malam, lagian rumah paman dari sini kan cuma 10 menit jika bersepeda." Jawab Keiko.

"Biarkan Jonatan mengantarmu." Ucap nenek.

"Aku?" Jonatan mengangkat bicara.

"Iyaa, rumah paman Ke berada di desa sebelah, jika dia kesana sekarang akan sangat sepi dan berbahaya untuk gasid cantik seperti Keiko." Ucap nenek.

"Tapi nek." Protes Jonatan.

"Tidak ada tapi tapian Jo, kamu ini lelaki, harus melindung perempuan." Ucap nenek tanpa bisa dibantah oleh Jonatan. Mendengar itu, Keiko tertawa pelan. Jonata seolah anak itik yang tidak bisa membantah ucapan neneknya.

Makan malam selesai, Jonatan mengantar Keiko ke rumah pamannya dengan mengendarai sepeda. Jonatan belum terbiasa menaiki sepeda butut milik neneknya itu, apalagi kini dia harus menggendong Keiko dibelakang. Jonatan takut membuat Keiko tahu dia tidak mahir menaiki sepeda. Di jalan menanjang dan tidak rata, Jonatan sedikit kehilangan keseimbangannya dan akhirnya mereka terjatuh.

"Awas Jo." Keriak Keiko ketika sepeda yang mereka naiki hampir terjatuh.

"Aduhhhhh..." gerutu Keiko. Jonatan dnegan segera menghampiri Keiko yang jatuh tidak jauh darinya.

"Kamu gak apa-apa ke?" Tanya Jonatan cemas dengan melihat Keiko, apa ada yang terluka.

"kamu bisa naik sepeda gak sih." Ucap Keiko protes.

"Aku bisa kok, tapi kamu nya terlalu berat, makanya aku kehilangan keseimbangan." Ucap Jonatan lega, karena Keiko tidak terluka.

"Ihhh kok jadi aku yang disalahin, beratku ringan kok. kamu aja yang gak pinter naik sepeda." Ucap Keiko membela diri.

Jonatan tersenyum mendengar kecerewetan Keiko.

"Kok kamu tertawa sih." Protes Keiko.

"Kenapa kamu begitu berani kepadaku sejak awal, apa kamu benar-benar tidak tahu siapa aku." ucap Jonatan menatap Keiko.

"Aku tahu siapa kamu, kamu cucu dari nenek yang tidak pandai naik sepeda dan selalu payah dalam akademis." ucapa Keiko sambil membersihkan bajunya. Jonatan terkejut mendengar jawaban Keiko. baru kali ini ada yang mengatai dia payah.

"Seperti itukah aku dihadapanmu." Batin Jonatan.

"Aku gak mau naik sepeda lagi, kita jalan kaki aja. rumah paman sudah dekat." ucap Keiko sambil berjalan lurus meninggalkan Jonatan. Jonatan mengikuti langkah Keiko dengan menuntun sepedanya. Ada senyuman hangat dari bibir Jonatan yang selama ini tidak pernah dia lihatkan kepada orang lain. Keiko menyadari senyuman Jonatan, keiko pun tersenyum dalam diam.

Sampai dirumah paman, Keiko memeluk pamannya itu dnegan kerinduan.

"Bagaimana keadaanmu Ke, Apa ibumu baik-baik saja?" Tanya Paman Keiko.

"Ibu baik kok paman." Jawab Keiko dengan nada yang berbeda, seolah ada yang disembunyikan.

"Lalu bagaiman dengan ayahmu?" Apa dia masih sering memukulmu?" Tanya paman Keiko dengan nada khawatir. mendengar pertanyaan paman Keiko, tatapan Jonatan berubah menjadi dingin. Ada rasa penasaran dan gelisah di hati Jonatan mendengar itu.

"Tidak paman, setelah aku dan ibu pergi dari rumah, kami belum bertemu dengan ayah sama sekali." Jawab Keiko.

"Lalu kenapa kamu kembali kesini.?" Ucap Pamannya cemas.

"Aku harus melanjutkan sekolahku paman. setelah lulus nanti, aku akan membawa ibu pergi jauh dari sini." Ucap Keiko menenangkan pamannya, sambil menatap Jonatan yang sedari tadi terdiam. Seoalh tahu apa yang di fikirkan Jonatan. Keiko mencoba untuk tersenyum agar Jonatan tidak mengasihinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status