Jonatan menatap Keiko selama acara wisuda, ada rasa kekhawatiran yang menyusup dalam hatinya.
"Apa yang sedang kamu rencanakan Ke?" Batin Jonatan. Namun Jonatan tidak ingin mengungkapkan rasa penasarannya. Setelah acara wisuda, Jonatan menarik tangan Keiko dan mengajaknya pergi.
"Ayuks kita pergi dari sini." Ucap Jonatan,.
Keiko melepaskan tangan Jonatan, dan menatap wajahnya.
"Mari kita akhir Jo." Ucap Keiko. "Ahh bukan, bukan mengakhiri, karena selama ini kita tidak pernah benar-benar memulai suatu hubungan." Ucap Keiko tersenyum getir.
"Mari kita berjalan ke arah dunia kita masing-masing. itu yang benar." Ucap Keiko. Jonatan terkejut mendengar ucapan Keiko.
"Kei." Suara Jonatan sedikit meninggi.
"Selama ini kita hanya berteman Jo. Dan ini sudah kelulusan. Aku akan berjalan ke arah mimpiku, begitupun dengan kamu." Ucap Keiko dengan menahan air matanya.
"Mimpiku adalah kamu Kei." Ucap Jonatan. Keiko tersenyum bahagia, namun dia tidak bisa membiarkan Jonatan bersamanya. Keadaan Keiko tidak memberi pilihan untuknya. Ibunya adalah prioritasnya,akan timbul masalah yang baru jika Keiko membiarkan Jonatan disampingnya.
" Tapi kamu bukan mimpiku Jo." Ucap Keiko.
"Aku tidak peduli. Entah aku mimpimu atau bukan, yang aku tahu kamu adalah mimpiku, dan aku ingin selalu bersamamu." Ucap Jonatan tegas.
Keiko tidak mampu menahan air matanya, cara halus tidak bisa membuat Jonatan menyerah.
"Kembalilah kepada keluargamu." Ucap Keiko.
"Tidak." Jonatan menjawab dengan tegas. Keiko menatap Jonatan dengan kesedihan.
"Apa yang kau harapkan dari ku Jo? Kamu bahkan sudah menyetahui apa yang terjadi padakubdan ibuku, apa kau ingin menambah penderitaan kami lagi?" Ucap Keiko dengan nada meninggi.
"Aku sudah berjanji kepadamu, aku akan membuatmu bahagia, bahkan dengan keadaan mu, aku sama sekali tidak memperdulikannya." Jawab Jonatan.
"Seandainya kamu adalah Jonatan yang aku kenal selama ini, Jonatan yang hanua menjadi cuci nenek, aku akan senang menerima mu. Tapi yang ada dihadapanku sekarang bukan Jonatan ku lagi, tapi Jonatan yang lain. Jonatan yang merupakan anak dari pak Hermawan. Dan aku tidak bisa menerima itu. " Ucap Keiko dengan nada gemetar.
" Kei. Aku masih sama menjadi Jonatan mu yang dulu, tidak ada perbedaan sama sekali. " Ucap Jonatan sambil memegang bahu Keiko.
" Kau bukan Jonatan sahabatku, kau orang lain sekarang. Pergilah dan jangan pernah lagi mencoba untuk mencariku." Ucap Keiko tegas. Keiko pergi meninggalkan Jonatan dengan air mata yang tidak mampu dia tahan.
" Selamat tinggal Jo, terima kasih sudah menjadi Jonatan ku selama ini. " Ucap Keiko dalam hati.
Sedang Jonatan terdiam terpaku tanpa perlawanan. Jonatan memandang tubuh mungil Keiko yang mulai menghilang. Ada rasa sakit di hati Jonatan.
Keiko pergi meninggalkan Jonatan dengan air mata yang tidak bisa dia tahan. Keiko berlari sekuat tenaganya, dan akhirnya dia terjatuh di jalan.
"Au sakit...." Ucap Keiko sambil menangis dan memegangi lututnya yang terluka. Keiko samakin menangis keras di pinggir jalan. Semua orang yang lewat memperhatikan Keiko yang menangis sambil memegangi lututnya yang berdarah. Ada beberapa yang orang yang menolong Keiko, namun Keiko tidak berhenti menangis. Keiko di bawa ke klinik terdekat dan menerima perawatan. Keiko masih saja menangis, sehingga membuat dokter kebingungan.
"Apa ada yang terasa sakit lagi nona?" Tanaya dokter itu. Keiko mengabaikan dokter itu dan masih saja menangis. Bukan tubuhnya yang sakit, tapi hatinya yang sakit. Baru saja Keiko menemukan orang yang membuatnya bahagia dalam kehidupan ini, namun akhirnya dia harus jatuh lagi.
Satu jam Keiko manangis tanpa henti, karena merasa tidak ada masalah dengan tubuh Keiko, dokter hanya membiarkannya begitu saja setelah mengobati luka di kaki Keiko.
"_"
Jonatan yang sedari tadi mematung hanya pasrah menuruti permintaan Jay. setelah Keiko pergi, Jonatan benar-benar kehilangan jiwanya. Jay mengantar Jonatan ke rumah nenek, untuk mengambil semua barang Jonatan. hari ini Jonatan harus ikut kembali ke Kota X bersama Jay.
Ayah Jay pak hermawan sudah kembali lebih dahulu ke Kota X setelah acara, dan meminta Jay untuk mengurus semua yang ada disini dan membawa Jonatan pulang. Mobil Jonatan melintasi sepanjang perjalanan, Jonatan melihat ke arah luar jendela, berharap melihat Keiko dijalan untuk menghentikannya.
"Sekali saja kau bilang untuk ku tidak pergi, aku tidak akan pergi Kei." Ucapa Jonatan dalam hati.
Keiko berjalan dengan tatapan kosong, tanpa melihat sekeliling. Mobil Jonatan melintasi Keiko, Jonatan melihat Keiko, dan membuka jendelanya.
"Kei." Jonatan menanggil Keiko dengan teriakan. Keiko mendengar suara Jonatan yang memanggilnya. Keiko hanya memalingkan wajahnya tidak ingin peduli kepada Jonatan.
"Pergilah Jo, jangan hentikan mobilmu. Jangan lagi datang kepadaku." ucapa Keiko lirih. Jonatan yang melihat Keiko memalingkan wajahnya merasa marah, dan menyuruh Jay untuk melajukan mobilnya kembali.
"Kita pergi Jay." ucap Jonatan dnegan tatapan dingin. Jay merasakan tatapan dingin Jonatan yang membuat suasanya menjadi sedingin es. Tanpa berkata apapun Jay melajukan mobilnya. Keiko menatap mobil itu dengan hati yang terluka.
"Selamat tinggal Jo, jangan biarkan dirimu bertemu lagi denganku." Ucap Keiko dengan menateskan air matanya.
Keiko berjalan menuju kerumahnya dengan langkah yang berat.
"Ma.." Ucap Keiko mencari ibunya. suasana hening di rumah itu. Keiko melihat tubuh ibu nya sedang terlelap tidur.
"Ma." Ucap Keiko membangunkan ibunya. Mama Keiko bangun dan mengenali Keiko.
"Nak." Ucap ibu Keiko. Mendengar ibunya memanggilnya Nak, Keiko sangat bahagia dan mengetahui jika pada saat ini, ibu nya mengenalinya. Keiko memeluk ibunya dan menangis. cukup lama memeluk ibunya, dan ibunya membiarkan putrinya memeluknya.
"Mari kita pindah ke tempat nyaman Ma," Ajak Keiko. Ibunya hanya mengangguk menyetujui usulan putrinya itu.
Keiko memanggil jasa angkut untuk mengangkut barang-barang pindahannya. Keiko menggenggam tangan ibunya sepanjang perjalanan dan pindah ke Kota Asia. Kota yang sangat jauh dari Kota X. Kota terpencil yang membuat orang pun enggan untuk tinggal disana.
Memulai kehidupan baru bersama ibunya, Keiko dengan cepat menemukan tempat tinggal dengan sewa yang cukup murah. Keiko mulai mencari pekerjaan untuk bisa bertahan hidup disana.
"Baiklah Kei, kali ini kamu akan menjadi orang yang beruntung dari sebelumnya. kamu akan memiliki kehidupan baru disini. Demi ibumu kamu harus menjadi anak yang kuat." Ucapa Keiko untuk menyemangati dirinya sendiri.
Keiko mengayuh sepedanya disepanjang perjalanan panjang. Jalanan yang sepi dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Keiko mulai mencoba mengakrabkan diri dengan penduduk. Disini sangat terpencil, namun penduduk sangat ramah dan baik. Keiko disambut baik oleh penduduk dan banyak mendapat bantuan dari penduduk. Kehidupan baru yang membuat Keiko nyaman dan semangat untuk menjalani kehidupannya.
"Kamu akan berhasil menjadi seorang dokter Kei." Ucap Keiko berteriak ke arah pantai. "Semangat...Kamu bisa melewati ini semua."
Keiko mengayuh sepedanya disepanjang perjalanan panjang. Jalanan yang sepi dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Keiko mulai mencoba mengakrabkan diri dengan penduduk. Disini sangat terpencil, namun penduduk sangat ramah dan baik. Keiko disambut baik oleh penduduk dan banyak mendapat bantuan dari penduduk. Kehidupan baru yang membuat Keiko nyaman dan semangat untuk menjalani kehidupannya."Kamu akan berhasil menjadi seorang dokter Kei." Ucap Keiko berteriak ke arah pantai. "Semangat...Kamu bisa melewati ini semua."Sudah hampir 3 bulan Keiko tinggal di kota Asia, Keiko bekerja di sebuah toko buku, dengan harapan dia bisa bekerja sekaligus belajar dengan gratis di toko itu. Namun di toko itu Keiko hanya mendapatkan gaji yang kecil, karena kurangnya pembeli. SDM kota Asia hanya mengenal melaut dan bercocok tanam untuk mendapatkan uang. Belum ada yang benar-benar sukses keluar dari kota kecil ini. Keiko hanya menyayangkan kurang adanya ambisi untuk penduduk disini.
"Karena itu aku bisa menyukai mu Jo. Kamu anak orang kaya, tapi memilih tidak menikmati kekayaan orang tua mu seperti anak orang kaya lainnya." Robby menepuk bahu Jonatan. "Aku harus pergi." Ucap Robby dan berlalu keluar apartemen. Jonatan tersenyum melihat sahabatnya itu pergi. Jonatan menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Rasa rindu akan sosok Keiko masih saja mendomonasi hatinya. "Sebentar lagi Ke. Setelah aku menjadi dokter yang sukses, kamu tidak akan bisa pergi lagi dariku." Ucapa Jonatan dalam hatinya. "_" Di Kota Asia, Keiko sedang mengayuh sepedanya ke tempat kerjanya. Seperti biasanya, Keiko selalu membawa satu kotak nasi untuk diberikan kepada seorang nenek yang berjualan di dekat toko buku tempat dia bekerja. "Pagi Nek, Ini sarapan untukmu." Ucap Keiko sambil memberikan sekotak nasi kepada nenek itu. "Terima kasih nak." Ucap nenek itu kepada Keiko. "Sama-sama nek, cepat
"Tapi sebentar, apakah Keiko akan kembali setelah dia selesai kuliah? " Tanya salah satu penduduk yang membuat semua orang tiba-tiba terdiam. "Pasti Keiko kembali, karena dia bagian dari kita." Ucapa Dion yang membuat semua penduduk merasa tidak puas. "Setelah kamu selesai kuliah kamu akan kembali kan nak? menjadi dokter untuk kita semua." Tanya bibi tiba-tiba dengan tatapan penuh harap. "Keiko akan kembali bibi. keluarga ku ada disini semua, tidak ada alasan bagiku untuk tidak kembali." Ucap Keiko dengan senyuman manis. Bibi langsung memeluk Keiko. "Kamu adalah anakku." Ucap bibi. Mendengar itu Keiko sangat terkejut. Selama ini bibi memang sangat baik kepadanya. setelah mama meninggal, bibi yang merawatnya. "Mau kah kau menjadi anakku Kei. bibi tidak punya anak selama ini, dan hanya hidup sendiri. bibi ingin menjadi ibumu." Ucap bibi serius. Air mata Keiko tiba-tiba jatuh karena terharu. "Terima kasih bi." ucap Keiko. "Bukan b
"Jo, tahun ini mau gabung jadi panitia gak?" Tawar Robby."Enggak." Jawab Jonatan tegas."Tahun ini ada mahasiswa yang dapat beasiswa di fakultas kita. Cantik lho katanya. Yakin gak mau ikut.? Bujuk Robby." seorang mahasiswi baru dapat beasiswa kedokteran seperti aku, hebat juga dia. Pasti dia pintar. " Tebak Robby." Dia sudah tiba kemarin, dan tinggal di asrama. Kamu gak ingin lihat?" goda Robby. Barang kali sahabatnya itu tertarik dan menghilang kan nama Keiko di hatinya.Jonatan terdiam dan tidak merespos permintaan Robby. Kediaman Jonatan menjawab pertanyaan Robby, dan dia tidak ingin memaksa nya. Hanya seperti biasanya, Jonatan hanya akan melihat kegiatan sambutan mahasiswa baru dari dekat tanpa terlibat. Ini tahun terakhir Jonatan dan Robby di kampus ini sebelum mengambil profesi.Jonatan dan Robby berjalan di koridor kelas, tanpa sengaja melihat sosok yang tidak asing. Jonatan berhenti dan mencari sosok yang membuat terpaku, namun sosok itu
Acara penyambutan tiba, semua mahasiswa baru sudah berkumpul di gedung pertemuan. setelah acara pembukaan dilakukan oleh Rekto Universitas J, semua kegiatan dikembalikan kepada Robby sebagai ketua panitia.Mahasiswa dipecah berdasakan jurusan masing-masing. dan di pegang oleh panitia yang bertugas. Keiko dan Raysa berdiri berdampingan, mereka adalah sahabat yang baru saja kenal, namun serasa sudah bertahun-tahun menjadi sahabat.Ada hampir 150 mahasiswa baru jurusan kedokteran, Siska meyuruh mereka untuk berkumpul di depan gedung kedokteran.Siska menggunakan otoritasnya untuk membuat mahasiswa baru ketakutan. Namun karena ada Jonatan, Siska selalu melembutkan suaranya. Dia tidak ingin terkesan galak dihadapan Jonatan.Jonatan duduk di ujung sambil mencari sosok Keiko. Setelah beberapa saat, Jonatan menemukan sosok Keiko disana. masih sama seperti dulu, Keiko begitu cantik, tapi polos. sifatnya yang energik terpancar dari luar. Ada begitu banyak per
"Kita harus bicara Kei." Ucap Jonatan dengan tatapan tajam yang mengintimidasi orang. Jonatan memegang bahu Keiko."Maaf apa kakak mengenal saya?" Ucap Keiko sambil melepaskan pegangan tangan Jonatan di bahunya."Kei, ini aku Jo." Ucap Jonatan."Maaf kak, mungkin anda salah orang. Nama saya memang Keiko Allen, tapi saya tidak pernah dipanggil Keiko, semua orang memanggil saya Allen." Ucap Keiko berusaha tenang."Aku tahu itu kamu Kei, kamu tidak bisa menyembunyikan apapun dariku."Ucap Jonatan dengan tegas."Allen.." Panggil Rasya yang mendekati Keiko dan Jonatan. Rasya menyapa Jonatan."Siang Kak Jo." Ucap Rasya sambil membungkukkan badannya untuk menyapa Jonatan."Allen kamu kok lama sih." protes Rasya kepada Keiko."Maaf, tadi hanya diajak berkenalan dengan kak Jonatan ini, dia salah mengenalku." Ucap Keiko kepada Rasya."Ayuks pergi Sya." Ajak Keiko. Rasya hanya menuruti permintaan Ke
"Ayuks Sya." Keiko menggandeng tangan Rasya yang melepas karena panik akan tindakan Jonatan kepada Keiko. Keiko menatap Jonatan dengan tatapan marah, lalu meninggalkan Jonatan tanpa sepatah katapun. Dia tidak ingin membuat keributan jika dia merespon Jonatan."Dasar bodoh. Kau tetap saja bodoh seperti dulu" Ucap Keiko lirih.Jonatan masih terpaku di tempat dan menatap Keiko yang perlahan menjauh darinya. Robby menghembuskan nafasnya panjang melihat kelakuan Jonatan yang diluar nalarnya. "Bagaimana dia bisa meninggikan suaranya, hanya untuk membuat Keiko memakai mantel nya." Robby menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu.Suasana sudah menjadi tenang. Namun berkat peristiwa itu, Keiko menjadi omongan oleh para mahasiwi yang lain. mereka tidak menyukai perhatian Kak Jonatan kepada Keiko. Ada yang terkejut, tidak suka, bahkan mulai meremehkan Keiko."Siapa sih dia, hanya mahasiswa baru yang menerima beasiswa aja, berani menggoda Kak Jo, lih
"Enggak, kami tidak benar-benar berpacaran saat itu. Aku dan dia hanya bersahabat dulu. Cuma gitu." Ucap Keiko menjelaskan.Rasya mengerutkan dahinya untuk berfikir. Keiko menyadari tatapan tidak percaya Raysa. "Jonatan ku dulu adalah seorang pemalas, dan dia hanya cucu dari nenek. Bukan penerus Grub Babel." Keiko menyucapkan itu dengan tatapan dalam yang membuat Rasya mengerti. Keiko dan Jonatan yang sekarang memiliki dunia yang berbeda dari sebelumnya."Apa yang akan kamu lakukan setelah ini Kei? yang pasti mereka akan menatapmu sebagai musuh, walaupun tidak mengganggumu. bahkan kamu mungkin tidak memiliki teman lagi." Tanya Rasya."Aku punya teman kok. Kamu." Keiko memeluk Rasya dengan kegembiraan. Rasya tersenyum mendapatkan pelukan Rasya."Selama kamu menjadi sahabatku, itu cukup." Ucap Keiko."Sudah cukup lepaskan, kita ada kelas jam 9. bersiap sekarang. Jangan sampai kita telat di hari pertama kuliah." Ucap Rasya samb