"Tadi udah Alpukat kocok, tapi sekarang laper lagi. Nggak tau deh akhir-akhir ini aku makan banyak banget." Gerutu Cassandra."Nggak apa-apa, kamu kebanyakan pikiran kalik." Balas Ahmad menenangkan Cassandra."Iya terus entar aku gendut, terus kamu males deh sama aku." Ucap Cassandra dengan kesal."Kenapa sih istriku yang satu ini, bawaannya marah-marah terus. Kalo cemburu bilang dong." Goda Ahmad"Idiiihh.. kepedean banget." Ledek Cassandra kesal."Udah yuk turun, makan bareng Zia juga." Ajak Ahmad pada Cassandra.Cassandra dan Ahmad turun ke lantai bawah untuk makan siang bersama. Di bawah terlihat Zia sedang berbincang-bincang dengan pegawai restoran."Ohh,, baru tiga hari ini toh nikahnya." Ucap seorang pramusaji."iya." jawab Zia"Selamat ya mbak Zia." Ujar pramusaji yang lain."Sering-sering kesini mbak, ngobrol-ngobrol lagi gitu." Ucap pramusaji yang pertama."Zia, ayo kita makan." Ajak Ahmad, memanggil Zia dari jarak yang masih cukup jauh.Ziapun menoleh dan mengangguk."Kapan
Author povCassandra sedang menyusun bahan makanan ke dalam kulkas, didekatnya Ahmad mengacak-acak kantung belanjaan kemudian duduk diatas meja dapur tepat disebelah kulkas. Sambil menemani Cassandra Ahmad mengemil makanan ringan yang ia temukan didalam salah satu tas belanja"Itu punya Zia. Enak aja kamu nyam nyam nggak bilang dulu. tar dia ngambek loh." Ucap Cassandra tanpa melihat Ahmad, tangannya masih sibuk menata kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Eh, punya Zia. Pantesan baru kali ini nemu beginian di tas belanjaan kita." jawab Ahmad asal saja.Cassandra hanya menoleh sedikit kemudian kembali berkutat dengan bahan makanan dan kulkasnya."Kamu lagi dapet?" tanya Ahmad menelisik."Enggak, kan tadi shalat bareng Zia." jawab Cassandra tak acuh"Sewot banget." Gerutu Ahmad sambil memasukkan keripik kentang ke mulutnya."Enggak sewot, kamu aja yang ngeselin." Gerutu Cassandra balik."Kok jadi aku yang salah sih?" tanya Ahmad heran"Tau ah, udah sana jauh-jauh deh. kesel banget aku
Author pov"Aku berangkat ke masjid ya," Ijin Ahmad pada Cassandra yang tengah mengeringkan rambutnya di depan cermin."Iya sayang." Jawab Cassandra sambil merekahkan senyum bahagianya.***Usai melaksanakan shalat magrib Cassandra keluar kamar untuk memasak makan malam.Didapur dilihatnya Zia sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya. Mereka nampak bahagia dan haru, sesekali Zia menyeka air matanya yang menetes ke pipinya."Sudah dulu ya Yah, nanti Zia kabar-kabar lagi." pamit Zia pada Ayahnya"Assalammualaikum." Imbuhnya kemudian menutup panggilannya."Nelpon Ayah kamu Zi?" Tanya Cassandra mengagetkan Zia."Iya kak, kangen." Jawab Zia sambil mengusap kedua matanya dengan tishu."Pulang aja nggak apa-apa kok." Ucap Cassandra berusaha menenangkan Zia."Nggak deh kak, entar aja minggu depan sekalian ngambil buku-buku buat persiapan masuk kuliah lagi." Tolak Zia Lirih."Yaudah, aku masak dulu deh. Udah laper kan?" Tanya Cassandra mencairkan suasana."Hehehe, iya kak tadi ketiduran
Keesokan hari, dimeja makan hanya tersedia roti panggang dan susu untuk Zia, Ahmad dan Cassandra. Pagi itu Cassandra merasa tidak enak badan sehingga ia lebih memilih berdiam di kamar. Ahmadpun menggantikan Cassandra mempersiapkan makan pagi mereka.Zia keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi dengan gamis dan khimar juga tas punggungnya."Kak Sandra mana, kak?" Tanya Zia"Sedang tidak enak badan, nanti akan aku bawa ke klinik. Kesehatannya sedang tidak baik akhir-akhir ini, makanya perlu periksa." Jawab Ahmad sambil menuang susu ke dalam gelas."Oh gitu." Balas Zia singkat"Kamu kok sudah rapi?" Tanya Ahmad menelisik"Kak hari ini boleh aku ke kampus?" Tanya Zia lagi"Kan masih liburan, lagian bukannya kamu akan segera tugas Akhir?" Tanya Ahmad sedikit kesal."Emh, iya aku ada janji dengan temanku Raisha. Cuman sebentar kok kak, Duhur sudah balik rumah kok." Jelas Zia setengah memohon.Ahmad menghela nafas."Baiklah. tapi betul Duhur sudah dirumah." Balas Ahmad menuruti Zia, sa
Cassandra dan Ahmad langsung dipersilahkan masuk ke ruang periksa Kandungan."Ibu Cassandra ya?" Tanya seorang perawat disana."Iya." Jawab Ahmad siaga"Silahkan timbang dulu." Pinta perawat itu.Tak perlu menunggu Ahmad langsung menaiki timbangan itu."Eh eh eh pak, Ibu Cassandra yang ditimbang. Bukan pak Ahmad." Cegah perawat itu sambil cekikikan."Eh iya ini cuman ngetes, timbangannya berfungsi atau tidak." Elak Ahmad menutupi malunya.Cassandra hanya tersenyum melihat kegugupan suaminya. Iapun kemudian naik ke atas timbangan, kemudian melakukan cek tekanan darah. Setelah semua selesai Cassandra diminta naik ke atas ranjang untuk diperiksa.Seorang perawat mengoleskan gel keperut Cassandra. Tak lama setelah itu Dokter yang sedari tadi duduk dimejanya membaca map rekam medis Cassandrapun segera datang memeriksa Cassandra dengan alat yang menyambung ke layar disebelah ranjang."Nah ini sudah ada kantung hamilnya. Janinnya sendiri belum nampak karena usianya masih kecil sekali." Ujar
Seperti biasa Ahmad selalu pulang setelah shalat isya karena diatara magrib dan isya sering kali ada kajian. Ahmad masuk kedalam rumah dan mendapati Zia telah menghidangkan cukup banyak makanan di meja makan."Wah, udah lama nih aku nggak makan gulai nangka sama telor balado. Enak nih kayaknya." Seloroh Ahmad senang"Makasih kak, semoga kak Ahmad suka deh." Balas Zia tersipu."Cassandra dimana?" Tanya Ahmad sambil celingak-celinguk."Dikamar sepertinya, tadi keluar cuman sebentar." Jawab Zia sekenanya."Oke aku panggil Cassandra dulu ya." Ucap Ahmad kemudian pergi kekamar Cassandra.setelah sekitar sepuluh menit Ahmad keluar dari kamar Cassandra sendirian."Cassandra lagi nggak enak badan jadi males keluar kamar, aku bawain makanannya ke dalam aja ya, nggak apa-apa kan?" Tanya Ahmad"hemh." Jawab Zia singkat tak bernafsu dengan perdebatan."Aku akan segera kembali." Ucap AhmadAhmad membawa senampan makanan lengkap dengan segelas susu yang ia buat untuk Cassandra. Zia yang sedang tak
kling bunyi notifikasi di ponsel Raisha."Maaf baru balas nak, kondisi bapak kamu sudah membaik, beliau minta kamu tidak perlu pulang ke bali dulu. Fokus saja ke sekolah dulu, dan doakan bapak segera sembuh."Raisha membaca pesan bibinya yang sudah ditunggunya. Bapak Raisha tinggal bersama Bibinya setelah mulai sakit-sakitan. Sedangkan Ibu Raisha pergi keluar negeri untuk mengadu nasib di perantauan. Raisha sendiri sudah tinggal sendiri merantau di pulau jawa sejak lulus SMA. Walaupun ia lahir di jawa dan orang tuanya adalah orang jawa, namun keluarga besarnya pindah ke bali sejak Raisha masuk SD.Raisha sudah dekat dengan Zia sejak awal tahun kuliahnya. Ia sangat dekat bahkan sudah seperti saudara. Raisha juga sering kali menginap di rumah Zia, terutama jika Ayah Zia harus pergi beberapa hari mengurus pekerjaannya.Setelah Mendengar kabar bapaknya yang telah membaik, Raishapun merasa tenang dan bisa fokus kembali dengan kesibukan dinasnya esok hari. Ia membalas pesan bibinya dan berj
Author povIni adalah hari-hari awal Zia dan Raisa mulai dinas di sebuah klinik kecil di pelosok desa. klinik ini milik wanita paruh baya berparas teduh yang biasa dipanggil ibu Maryam. Klinik ini selalu ramai pasien, terutama dihari jum'at karena dihari itu ibu Maryam menggratiskan biaya kontrol kehamilan.Seperti jum'at-jum'at biasanya, Jum'at ini pun sangatlah sibuk. Di klinik ini ada satu bidan utama yaitu ibu Maryam, tiga bidan lainnya yaitu bidan Restu, bidan Ani, dan bidan Nur. Juga ada dua orang bidan magang yaitu Zia dan Raisa. Selain bidan juga ada Shofia gadis manis yang bertugas sebagai resepsionis pendaftaran pasien, merangkap sebagai kasir dan rekam medis. Semua sedang berkutat pada peran masing-masing.Hari itu sedang mendung, seolah mengikuti suasana hati Zia. Hujan tak kunjung turun seperti air mata yang seakan mengering. ditengah kesibukan mengurus para pasien tiba-tiba ponsel Zia berdering."Assalamualaikum,.." Sapa Zia terputus."...................................