Share

Bab 7

Ahmad pov

"W* alaikum salam." jawabku dan Zia bersamaan.

Kubalikkan tubuh Zia menghadap kearahku. Dengan cepat aku mengulum bibir istriku yang manis ini. Zia yang tak siap mendapat perlakuan itu dariku langsung mendorong dadaku hingga aku mundur beberapa langkah.

"Ngawur deh, kalo kak Sandra liet gimana?" Gerutu Zia

"Kan udah pergi." jawabku santai dan mulai menyerang Zia dengan ciuman yang semakin menjadi-jadi.

"Stop ah kak, yuk siap-siap." Sela Zia lagi sambil mendorongku lebih kencang kemudian berlari kekamarnya sambil tertawa.

Zia membuka Lemarinya dan memilih baju yang akan dipakai walaupun sebenarnya ia hanya ingin menhindari suami yang selalu mengganggunya. Dengan tiba-tiba aku sudah berada dibelakangnya dan mulai menggodanya lagi. Zia merasa sudah lelah menghindar, membiarkan saja suaminya melakukan yang diinginkannya.

"Kau membuatku semakin bergairah Zia." Hanya itu yang kupikirkan saat Zia berusaha menghindariku.

"Rambut panjangmu itu membuatku tak berdaya. Wajah lugumu, oh manisnya istriku Zia. Tak bisa kutahan lagi saat ini." Gumamku dalam hati.

Kuangkat tubuh kecilnya dan kubanting kekasurnya. Aku mencintai Cassandra, cinta itu tulus tetapi aku hanya lelaki biasa. Aku tidak pernah menyangka pernikahan kedua akan seindah ini, tak ubahnya dengan pernikahan pertama.

Ini perasaan yang sama, ini juga kasmaran yang sama seperti saat aku bersama Cassandra. Aku harap aku bisa berlaku adil dalam setiap sikap dan perbuatanku pada kedua istriku. Aku juga berharap aku dapat selalu berada disisi kedua istriku saat mereka membutuhkanku.

***

Aku dan Zia tengah termangu memandang kosong kearah langit-langit. Barusaja kuberikan indahnya luapan cinta pada istri kecilku Zia. Nafas kami masih menggebu, dan kulihat kebahagiaan itu jelas terpancar di matanya.

"Zia, ayo mandi bareng. Terus ikut aku ke Resto." ajakku

"Kak Ahmad aja duluan, masih keringetan." tolak Zia sambil menyeka keringatnya.

Aku memandangi tubuhnya yang mengkilat karena keringat, indah sekali. Kulitnya bening kuning langsat, tubuhnya sangat mungil, bibir tebalnya yang merah, bulu matanya yang lentik, sungguh wanita mana yang tak iri dengan kecantikanmu.

"Kalo keringetan gitu sexy deh." Godaku

"Ah, apaan sih kak Ahmad, mandi aja lah daripada digodain mulu." Rajuk Zia sambil melempar bantal kearah Ahmad.

Kamipun mandi untuk mensucikan diri. Setelah mandi Zia membalut tubuh mungilnya dengan handuk. Aku membantunya mengeringkan rambut panjangnya didepan cermin.

"Rambutmu cantik banget,Zi." Pujiku

"Ah kak Ahmad bisa aja deh." Zia menunduk malu

"kamu bahagia?" tanyaku

"Aku pengantin yang paling bahagia di bumi." jawabnya mantab sambil menatap bayanganku dicermin.

Jawabannya sungguh menyihirku, tatapan matanya meluluhkan hatiku. Dalam sejenak aku melupakan sisi lain hidupku, sungguh aku takut akan berlaku berat sebelah.

Author pov

Zia tengah bersiap untuk pergi bersama Ahmad. Ia memilih gamis berwarna navy polos dan khimar Abu-abu kesukaannya. Zia menenteng tote bag berwarna senada dengan gamisnya. Tak seperti Cassandra, Zia lebih suka tampilan yang casual. Ia mengenakan snicker berwarna putih dan berpose didepan cermin.

"Kak aku siap." Ucap Zia lantang, setelah merasa sudah rapi.

"Oke, yuk berangkat." Balas Ahmad sambil meraih kuci mobil di meja dekat pintu.

Zia dan Ahmad turun kelantai bawah dan menuju area parkir. Mereka berduapun berangkat menuju salah satu resto yang kini dikelolah Ahmad, Resto itu adalah tempat Ahmad biasa 'ngantor' setiap hari. Sedangkan resto yang lain ia serahkan pada para pegawainya.

Jalanan sedang padat siang itu, Zia yang bosan menyandarkan kepalanya ke kaca mobil.

"Bosen ya, macet?" Tanya Ahmad.

"Iya sih, tapi nggak apa-apa kan sama suami. hehehe.." Jawab Zia manja.

"Bisa bercanda ternyata, udah nggak takut lagi nih?" Goda Ahmad.

"Apa sih kak, malu tau digodain mulu." Rajuk Zia.

Ahmad hanya terkekeh melihat kelakuan istrinya itu. Ahmad menyetir dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang sibuk dengan hiruk-pikuk manusia. Sekitar dua puluh menit berlalu dan mereka sampai di parkiran sebuah restoran bergaya timur tengah.

"Granada Resto" terpampang di puncak bangunan Restoran itu. bangunan itu terletak di area perkantoran dan ruko-ruko. melihat ukurannya, Restoran itu memakan lahan dua ruko yang digabungkan dan didesain ala timur tengah.

Zia dan Ahmad turun dari mobil dan berjalan masuk ke restoran itu bersamaan. Seorang pramusaji menyapa mereka dengan ramah.

"Assalammualaikum pak," sapa pramusaji itu.

"Waalaikum salam.." jawab Ahmad

"Maaf pak, bu Sandra sedang menunggu di ruangan bapak."

"Oh ya, saya langsung keatas ya. Terimakasih. Assalammualaikum." Balas Ahmad sambil menggandeng tangan Zia ke ruangannya.

"Waalaikum salam." Pramusaji itu menjawab salam Ahmad dan melanjutkan pekerjaannya.

Ahmad dan Zia melangkah ke lantai dua melewati tangga yang indah di tengah ruangan lantai satu yang luas. Merekapun masuk ke ruangan Ahmad.

"Assalammualaikum, Sandra kok disini? katanya mau nyalon dan ke mall." Salam Ahmad diikuti pertanyaannya pada Sandra.

"Waalaikum salam, iya sayang. Udah selesai kok. Udah nyalon udah ngemall." jawab Cassandra sambil membalas salam suaminya.

"Oh, gitu kirain bakal sampai sore. Kita aja baru sampe resto." Ucap Ahmad santai, namun tak sengaja melukai hati Cassandra.

"Emh, gitu. Ada hal penting yang mau aku bicarain berdua sama kamu." Ucap Sandra serius.

Mendengar dialog Sandra dan Ahmad, Zia pun merasa tak enak hati berada diruangan itu.

"Kak Sandra, Kak Ahmad aku jalan-jalan dulu boleh? pingin keliling-keliling disini." Ucapnya mengundurkan diri.

"Ahh iya Zia, kamu muter-muter aja, nanti kalo butuh apa-apa bilang sama pegawai yang dibawah tadi." Balas Ahmad.

Ziapun keluar ruangan itu dan menutupnya dari luar.

"Oke, ada apa sayang?" tanya Ahmad lembut pada istrinya.

"Gini, jadi Ferdi mau buka cabang kedai alpukat kocok, tadi aku waktu dimall gak sengaja pengen alpukat kocok dan ternyata aku belinya itu di kedainya Ferdi. Oh ya lokasi cabang barunya itu deket rumah kita. Gedung sebelah apartemen kita." Jelas Sandra hati-hati.

"Terus?" tanya Ahmad penasaran.

"Boleh nggak aku yang urus kedainya Ferdi itu?" tanya Cassandra

"Kok Ferdi nggak bilang-bilang, main nawarin istri orang kerjaan segala." jawab Ahmad sedikit kesal.

"Ya, nggak nawarin aku sebenarnya. Cuman cerita aja tadi. Terus aku aja pingin nyoba tanya kamu, kalik aja boleh. kan deket banget tuh tinggal jalan kaki aja udah sampe." Jelas Sandra tak ingin ada salah paham.

"Tar aku telepon Ferdi dulu deh." Balas Ahmad

"Oke deh." Sandra nampak kecewa

"Aku benar-benar butuh kesibukan saat ini, Ahmad. Kamu tau kan kamu kini sudah tidak bisa selalu bersamaku. Ada hati lain yang harus kamu jaga juga." Imbuh Cassandra hati-hati.

"Maaf kalau kamu terluka karena keadaan ini." Balas Ahmad.

"Ini sudah takdir Allah, dan akupun yang berniat membawa Zia padamu, jadi aku akan berusaha menerima semua ini dengan ikhlas." Ucap Cassandra sendu.

"Sudah makan belum?" tanya Ahmad sambil tersenyum ramah pada Sandra, berusaha mencairkan suasana yang kaku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status