Share

5. Penikahan Dhafina dan misteri Anton

            “Ya. Adek sudah capek Mas dikucilkan keluarga Mas gara-gara gak bisa punya anak. Apalagi pas denger Kak Mega nyuruh Mas dan Adek cerai, rasanya sakit sekali, Mas. Siapa tahu dengan Mas menikah lagi, Mas bisa punya anak dan kebencian mereka terhadap Adek jadi hilang,” tidak terasa Adhisty berucap dengan air mata yang membasahi pipinya.

“Baiklah, jika itu alasannya. Mas bersedia.” Degh! Jantung Adhisty rasanya tidak karuan, disatu sisi, ia senang karena Nendra akhirnya mau menikah dengan Dhafina. Disisi lain, ia juga sedih karena harus berbagi cinta dengan wanita lain di rumahnya. Tetapi semua sudah diputuskan dan ia harus siap dengan hal-hal pahit yang akan menimpanya nanti.

            Surat undangan sudah dibagikan kepada seluruh teman, keluarga dan kerabat Nendra maupun Dhafina, tinggal empat hari lagi menjelang pernikahan Nendra dan Dhafina akan digelar. Semua biaya catering, biaya gedung dan lainnya sudah siap. Tinggal  menunggu hari-H saja. Adhisty tengah bersantai menonton TV di sofa ruang tengah ditemani oleh Nendra. Keduanya terlihat dekat dan sangat mesra. Kedekatan mereka malam itu menjadi penanda bahwa empat hari lagi kehidupan baru didalam rumah tangganya akan segera dimulai. Dan segala permasalahan yang akan menimpanya nanti Adhisty harus sudah siap dengan semuanya.

            Empat hari berlalu, tibalah hari penikahan Nendra dan Dhafina yang diselenggarakan di kediaman orang tua Dhafina. Adhisty turut hadir di pesta pernikahan mereka dan semua yang melihat turut bersedih. Terutama Aminah, ibu kandung Dhafina. Aminah terlihat terisak melihat Adhisty yang dengan tegar menghadiri acara pernikahan ke-dua suaminya dengan putrinya. Aminah mengerti sekali bagaimana sakit dan sesaknya Adhisty saat ini. Tetapi, Aminah tidak berhak melakukan apa pun. Semuanya terjadi  atas permintaan dan keikhlasan  Adhisty. Aminah hanya berdoa agar pernikahan mereka diberkati dan selalu akur hingga akhir hayat. Begitu acara pernikahan selesai digelar, Adhisty pamit untuk pulang dan membiarkan suaminya menginap di kediaman Dhafina.

            Seminggu setelah pernikahan, Dhafina sudah mulai tinggal bersama di rumah Adhisty. Adhisty sudah menyiapkan segala kebutuhan Dhafina dari mulai kamar dan keperluan lainnya. dan sore ini, keluarga Dhafina akan berkunjung ke rumah Adhisty, Dhafina menjemput keluarganya di terminal, sementara Nendra dan Adhisty menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Dhafina di rumahnya.

            Satu jam semenjak kepergian Dhafina menjemput keluarganya di terminal, ia tidak kunjung datang. Adhisty dan Nendra sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada mereka. Adhisty akhirnya berinisiatif untuk menelpon Dhafina. Adhisty mencari ponselnya, tetapi rupanya batre ponselnya   tinggal 5%, Adhisty lalu mengirim pesan kepada Dhafina agar segera menelpon Nendra jika terjadi sesuatu.

            Usai mengirim pesan kepada Dhafina, Adhisty lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, ponsel Nendra berdering, Adhisty lalu berinisatif menjawab panggilan telpon itu karena ia yakin jika panggilan itu dari Dhafina. Adhisty mendekat ke arah sumber suara ponsel Nendra yang tergeletak di meja makan.

Dengan langkah yang tergesa, Adhisty mengambil ponsel Nendra dan segera menjawabnya. Tetapi, Adhisty sangat terkejut ketika melihat layar ponsel itu. Nama Anton tertulis dengan sangat jelas memanggilnya melalui aplikasi berwarna hijau, yang lebih mengejtukan lagi untuknya, gambar yang muncul di layar ponsel Nendra adalah potret Nendra dan Dhafina yang mengenakan pakaian pengantin. Adhisty merasa sangat terkejut dan seketika tubuhnya terkulai lemas.

            Adhisty masih berusaha untuk berpikiran positif ditengah rasa sesak di dadanya, Adhisty masih berharap jika itu bukanlah Dhafina, Adhisty masih berharap jika Anton adalah sahabat Nendra sampai-sampai memasang fotonya untuk di profilnya.

Dengan segenap rasa penasaran yang dimilikinya, Adhisty menjawab panggilan suara itu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

“Hallo, Mas. Lama banget sih angkat telponnya? Lagi berduaan sama istrimu itu, ya?” sapa seseorang di sebrang sana. Degh! Seketika, Adhisty merasa jantungnya lepas dari tempatnya. Ia baru menyadari ternyata selama ini Anton yang dianggapnya sebagai teman Nendra adalah Dhafina. Ya, Dhafina selingkuhan Nendra. Adhisty merasa dirinya sangat bodoh hingga bisa dimanipulasi oleh dua orang licik dan jahat seperti Nendra dan Dhafina.

 “Hallo, Mas. Kok diam saja, sih?” tanya Dhafina lagi di sebrang sana.

“Iya, Fin. Ini Mbak Adhis, Mas Nendra lagi di atas. Kamu kapan sampai, Fin? Mbak udah siapin semuanya di rumah, ya.” Jawab Adhisty mencoba untuk tetap terlihat tegar.

“Oh, maaf, Mbak. iya Mbak, Aku sama ibu sebentar lagi sampai, ya.”

“Ok, Fin,” sambungan telpon pun terputus.

            Usai menutup telpon dari Dhafina, Adhisty menjadi penasaran kepada dua insan itu, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, Adhisty mencoba membuka pesan singkat dari Dhafina di ponsel Nendra. Begitu semuanya terbaca, Adhisty sangat terkejut begitu mengetahui ternyata selama ini mereka sudah sangat dekat, bahkan mereka sudah mengenal satu sama lain semenjak tiga tahun yang lalu.

            Rasa ingin marah berkecamuk di dalam dada Adhisty, namun ia masih bisa menahannya dan berpikir secara jernih. Ia tidak ingin terlihat sedang emosi meskipun di dalam hatinya terbakar api cemburu yang meletup-letup. “Bodoh sekali Aku ini, pantas saja ketika pertama kali melihat Dhafina rasanya seperti pernah melihat wajahnya, rupanya dia Anton yang selama ini disembunyikan suamiku,” monolog Adhisty seraya merasakan dadanya yang semakin sesak.

            Adhisty menghela napas dan mencoba untuk tetap tenang, dia ingin terlihat tidak terjadi apa-apa dan bersikap seolah tidak tahu dengan apa yang terjadi untuk membalaskan perlakuan licik mereka berdua.

Adhisty meminum air yang ada di depannya, Nendra kemudian menghampirinya, ia memeluk Adhisty dan mengucapkan rasa terima kasihnya karena dikaruniai istri sebaik Adhisty.

“Dek, terima kasih, ya. Kamu memang istri yang paling baik di dunia ini, beruntung sekali Mas punya kamu,” rayunya. Adhisty yang sebenarnya mual mendengar perkataan suaminya itu hanya bisa membuat senyum palsu di ujung bibirnya. Adhisty tanpa sadar  kemudian menanyakan sesuatu kepada suaminya dan membuat Nendra cukup terkejut.

“Mas, kok Anton sudah jarang telpon Mas lagi, ya? Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Adhisty membuat jantung Nendra berdegup lebih kencang dari biasanya.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status