Beranda / Rumah Tangga / Tipu Muslihat Suami Jahat / 5. Penikahan Dhafina dan misteri Anton

Share

5. Penikahan Dhafina dan misteri Anton

Penulis: Erma Wang
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-11 00:51:18

            “Ya. Adek sudah capek Mas dikucilkan keluarga Mas gara-gara gak bisa punya anak. Apalagi pas denger Kak Mega nyuruh Mas dan Adek cerai, rasanya sakit sekali, Mas. Siapa tahu dengan Mas menikah lagi, Mas bisa punya anak dan kebencian mereka terhadap Adek jadi hilang,” tidak terasa Adhisty berucap dengan air mata yang membasahi pipinya.

“Baiklah, jika itu alasannya. Mas bersedia.” Degh! Jantung Adhisty rasanya tidak karuan, disatu sisi, ia senang karena Nendra akhirnya mau menikah dengan Dhafina. Disisi lain, ia juga sedih karena harus berbagi cinta dengan wanita lain di rumahnya. Tetapi semua sudah diputuskan dan ia harus siap dengan hal-hal pahit yang akan menimpanya nanti.

            Surat undangan sudah dibagikan kepada seluruh teman, keluarga dan kerabat Nendra maupun Dhafina, tinggal empat hari lagi menjelang pernikahan Nendra dan Dhafina akan digelar. Semua biaya catering, biaya gedung dan lainnya sudah siap. Tinggal  menunggu hari-H saja. Adhisty tengah bersantai menonton TV di sofa ruang tengah ditemani oleh Nendra. Keduanya terlihat dekat dan sangat mesra. Kedekatan mereka malam itu menjadi penanda bahwa empat hari lagi kehidupan baru didalam rumah tangganya akan segera dimulai. Dan segala permasalahan yang akan menimpanya nanti Adhisty harus sudah siap dengan semuanya.

            Empat hari berlalu, tibalah hari penikahan Nendra dan Dhafina yang diselenggarakan di kediaman orang tua Dhafina. Adhisty turut hadir di pesta pernikahan mereka dan semua yang melihat turut bersedih. Terutama Aminah, ibu kandung Dhafina. Aminah terlihat terisak melihat Adhisty yang dengan tegar menghadiri acara pernikahan ke-dua suaminya dengan putrinya. Aminah mengerti sekali bagaimana sakit dan sesaknya Adhisty saat ini. Tetapi, Aminah tidak berhak melakukan apa pun. Semuanya terjadi  atas permintaan dan keikhlasan  Adhisty. Aminah hanya berdoa agar pernikahan mereka diberkati dan selalu akur hingga akhir hayat. Begitu acara pernikahan selesai digelar, Adhisty pamit untuk pulang dan membiarkan suaminya menginap di kediaman Dhafina.

            Seminggu setelah pernikahan, Dhafina sudah mulai tinggal bersama di rumah Adhisty. Adhisty sudah menyiapkan segala kebutuhan Dhafina dari mulai kamar dan keperluan lainnya. dan sore ini, keluarga Dhafina akan berkunjung ke rumah Adhisty, Dhafina menjemput keluarganya di terminal, sementara Nendra dan Adhisty menyiapkan jamuan untuk menyambut keluarga Dhafina di rumahnya.

            Satu jam semenjak kepergian Dhafina menjemput keluarganya di terminal, ia tidak kunjung datang. Adhisty dan Nendra sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada mereka. Adhisty akhirnya berinisiatif untuk menelpon Dhafina. Adhisty mencari ponselnya, tetapi rupanya batre ponselnya   tinggal 5%, Adhisty lalu mengirim pesan kepada Dhafina agar segera menelpon Nendra jika terjadi sesuatu.

            Usai mengirim pesan kepada Dhafina, Adhisty lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, ponsel Nendra berdering, Adhisty lalu berinisatif menjawab panggilan telpon itu karena ia yakin jika panggilan itu dari Dhafina. Adhisty mendekat ke arah sumber suara ponsel Nendra yang tergeletak di meja makan.

Dengan langkah yang tergesa, Adhisty mengambil ponsel Nendra dan segera menjawabnya. Tetapi, Adhisty sangat terkejut ketika melihat layar ponsel itu. Nama Anton tertulis dengan sangat jelas memanggilnya melalui aplikasi berwarna hijau, yang lebih mengejtukan lagi untuknya, gambar yang muncul di layar ponsel Nendra adalah potret Nendra dan Dhafina yang mengenakan pakaian pengantin. Adhisty merasa sangat terkejut dan seketika tubuhnya terkulai lemas.

            Adhisty masih berusaha untuk berpikiran positif ditengah rasa sesak di dadanya, Adhisty masih berharap jika itu bukanlah Dhafina, Adhisty masih berharap jika Anton adalah sahabat Nendra sampai-sampai memasang fotonya untuk di profilnya.

Dengan segenap rasa penasaran yang dimilikinya, Adhisty menjawab panggilan suara itu tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

“Hallo, Mas. Lama banget sih angkat telponnya? Lagi berduaan sama istrimu itu, ya?” sapa seseorang di sebrang sana. Degh! Seketika, Adhisty merasa jantungnya lepas dari tempatnya. Ia baru menyadari ternyata selama ini Anton yang dianggapnya sebagai teman Nendra adalah Dhafina. Ya, Dhafina selingkuhan Nendra. Adhisty merasa dirinya sangat bodoh hingga bisa dimanipulasi oleh dua orang licik dan jahat seperti Nendra dan Dhafina.

 “Hallo, Mas. Kok diam saja, sih?” tanya Dhafina lagi di sebrang sana.

“Iya, Fin. Ini Mbak Adhis, Mas Nendra lagi di atas. Kamu kapan sampai, Fin? Mbak udah siapin semuanya di rumah, ya.” Jawab Adhisty mencoba untuk tetap terlihat tegar.

“Oh, maaf, Mbak. iya Mbak, Aku sama ibu sebentar lagi sampai, ya.”

“Ok, Fin,” sambungan telpon pun terputus.

            Usai menutup telpon dari Dhafina, Adhisty menjadi penasaran kepada dua insan itu, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, Adhisty mencoba membuka pesan singkat dari Dhafina di ponsel Nendra. Begitu semuanya terbaca, Adhisty sangat terkejut begitu mengetahui ternyata selama ini mereka sudah sangat dekat, bahkan mereka sudah mengenal satu sama lain semenjak tiga tahun yang lalu.

            Rasa ingin marah berkecamuk di dalam dada Adhisty, namun ia masih bisa menahannya dan berpikir secara jernih. Ia tidak ingin terlihat sedang emosi meskipun di dalam hatinya terbakar api cemburu yang meletup-letup. “Bodoh sekali Aku ini, pantas saja ketika pertama kali melihat Dhafina rasanya seperti pernah melihat wajahnya, rupanya dia Anton yang selama ini disembunyikan suamiku,” monolog Adhisty seraya merasakan dadanya yang semakin sesak.

            Adhisty menghela napas dan mencoba untuk tetap tenang, dia ingin terlihat tidak terjadi apa-apa dan bersikap seolah tidak tahu dengan apa yang terjadi untuk membalaskan perlakuan licik mereka berdua.

Adhisty meminum air yang ada di depannya, Nendra kemudian menghampirinya, ia memeluk Adhisty dan mengucapkan rasa terima kasihnya karena dikaruniai istri sebaik Adhisty.

“Dek, terima kasih, ya. Kamu memang istri yang paling baik di dunia ini, beruntung sekali Mas punya kamu,” rayunya. Adhisty yang sebenarnya mual mendengar perkataan suaminya itu hanya bisa membuat senyum palsu di ujung bibirnya. Adhisty tanpa sadar  kemudian menanyakan sesuatu kepada suaminya dan membuat Nendra cukup terkejut.

“Mas, kok Anton sudah jarang telpon Mas lagi, ya? Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Adhisty membuat jantung Nendra berdegup lebih kencang dari biasanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   17 Apartemen Dion 

    “Apa nggak apa-apa kalau aku ma…” Dion menghentikan ucapan Dhafina dengan sengaja menariknya lalu menutup pintu. Dhafina yang belum bersiap itu sudah berada dalam dekapan Dion. Aroma tubuh Dion menyeruak memasuki setiap rongga hidung Dhafina. Dada telanjangnya mampu membangkitkan gairah Dhafina. “Astaga! apa yang sedang aku pikirkan. Padahal aku sudah bersuami,” gumam Dhafina yang masih tetap dalam dekapan dada telanjang Dion. “Mikirin apa sih, Sayang?” tanya Dion menggoda. Ketika Dion berucap, tentu saja bibirnya sangat dekat dengan bibir Dhafina, hawa panas mulai terasa menyelimuti Dhafina yang seakan-akan enggan melepaskan tubuhnya dari Dion. “Nggak kok, tapi aku takut, Yon,” ujar Dhafina. “Nggak usah takut. Selama kamu ada di samping aku semuanya aman,” goda Dion. “Tapi lepasin dulu pelukannya, Yon! Aku engap,” titah Dhafina yang langsung dituruti Dion. Dion perlahan melepaskan pelukannya dari Dhafina, namun tidak disangka sesuatu terjadi. Handuk yang semula melilit pada tu

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   16. Dhafina berhenti kerja

    Langit pekat mulai terlihat, cerahnya siang segera berganti malam. Saatnya Adhisty dan Nendra pulang ke rumah. Kegiatan yang sama terus berulang. Pergi pagi hari pulang malam hari dengan berbagai kesibukan yang berbeda. Santapan makan malam sudah tersedia di meja makan. Tentu saja Dhafina telah menyiapkan semuanya. Begitu Adhisty dan Nendra pulang, mereka langsung menuju meja makan setelah mencium aroma wangi masakan yang memaksa masuk ke indera penciuman mereka. “Fin, tumben sekali menyiapkan makan malam,” ujar Adihsty seraya mendaratkan bokongnya di kursi. “Udah lah, Dek, tinggal makan aja repot,” bela Nendra kepada istri keduanya itu yang turut mendaratkan bokongnya juga. “Iya tapi nggak biasanya aja, Mas.” “Aku kan hari ini nggak kerja, Mbak. Jadi mending masak aja buat kalian. Kalian pasti capek kan seharian habis kerja?” tanya Dhafina bersimpati. “Iya, makasih, Fin.” Adhisty berucap malas. Merek

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   15. Rasa yang pernah ada

    Dhafina tergesa-gesa menuju alamat yang tertera pada kartu nama yang sempat diberikan Dion kepadanya. Di alamat itu tercantum nama ‘Dion Sparepart “Rupanya impian kamu terwujud juga, ya, Yon,” gumam Dhafina seraya menatap terus kartu nama yang digenggamnya. Setelah 5 menit memesan mobil online lewat ponsel, tak lama sang supir pun sudah tiba di depan rumah. Dhafina bergegas keluar lalu menghampiri supir itu. “Siang, Pak,” sapanya dengan lembut. “Siang, Mbak. Ke Dion Sparepart, ya?” tanya sang supir. “Iya, Pak. Agak cepat, ya!” “Baik, Mbak.” Tidak butuh waktu lama, mobil itu kini sudah berhenti di depan toko Dion. Begitu ia turun dari mobil, gedung 6 tingkat di depannya menyuguhkan pemandangan yang sangat mengagumkan. Begitu besar dan mewah. 2 orang satpam terlihat sedang berjaga di depan pintu utama yang seluruhnya terbuat dari kaca. Dhafina tidak berhenti mengagumi keindahan setiap detil bangunan yang sedang ia

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   Bab 14 Tunggu tanggal mainnya, ya, Fin.

    “Bukan siapa-siapa, Mas. Mas tidur lagi aja, masih malam lho, ini.” Adhisty langsung membalikan layar ponselnya karena khawatir Nendra melihat apa yang sedang ia sembunyikan.Adhisty sengaja menyimpan bukti tersebut untuk digunakan pada saat keadaan mendesak. Ia pikir sekarang bukan saatnya untuk menjadikan foto itu sebagai senjata. Masih banyak hari esok seraya mengumpulkan bukti-bukti lain.Keesokan harinya, Dhafina terbangun dengan kondisi badan yang payah. Berulang kali ia pergi ke kamar mandi memuntahkan sisa-sisa mabuknya semalam. Seisi kamarnya bau alkohol. Namun Nendra belum mengetahui hal itu karena ia masih tertidur.Pukul 05.30, Adhisty menuju dapur untuk menyiapkan sarapan karena dengan kondisi Dhafina yang seperti itu mustahil baginya bisa menyiapkan sarapan seperti biasa. Maka Adhisty berinsiatif untuk memasak sendiri hari ini.Karena aroma masakan yang begitu kuat, Nendra akhirnya terbangun dan langsung menuju ruang makan untuk sarapan. Dengan mata yang masih menahan

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   Bab 13 Dhafina mabuk

    “Apa Pak Bram mengingat sesuatu tentang camilan itu? Apa Pak Bram pernah memakan camilannya?” tanya Gamal yang menyadari jika Bram terlihat sedang memikirkan sesuatu. Peter tiba-tiba menoyor kepala Gamal yang dianggapnya sok tahu itu sambil berkata, “Semua orang di kota ini pasti pernah makan Charty Snack. Dari zaman gue SD juga snack itu udah ada, bambang!” ucap Peter sangat kesal. “Eh nama gue Gamal, bukan Bambang, ya.” “Serah dah!” Bukan rahasia umum jika perusahaan Charty Snack begitu terkenal. Selain terkenal, perusahaan makanan ringan ini pun sudah sangat eksis dari puluhan tahun lalu. Konsistensi terhadap rasa dari setiap camilannya membuat pelanggan mereka tetap setia dan tidak ingin berpaling ke camilan kompetitor. Namun bukan itu yang sedang dipikirkan oleh Bram, begitu mendengar nama Charty, ia seakan pernah mendengar nama itu di masa lalunya, tetapi Bram masih ragu apakah Charty dalam ingatannya ha

  • Tipu Muslihat Suami Jahat   Bab 12 Menghampiri Bram

    Langkah Adhisty semakin dekat ke arah pria yang semula dilihatnya, dengan segenap rasa ragu yang menyelimuti, Adhisty memberanikan diri berjalan menuju meja yang akan ia tuju. “Jika benar dia adalah Bram, oh sungguh aku akan jadi gila. Bram yang kukenal dulu kumal dan miskin, bagaimana bisa Bram berubah menjadi tampan dan begitu keren seperti saat ini? Bahkan aura kekayaan terpancar di wajahnya,” gumam Adhisty seraya terus melangkahkan kakinya.Adhisty terus berjalan seperti seorang penguntit tanpa sadar jika ada dua orang penjaga memperhatikannya. Sedikit lagi Adhisty tiba di meja itu, namun sang penjaga dengan sigap mencegah Adhisty untuk berjalan lebih jauh lagi.“Stop!” ucap salah satu pria berbadan tinggi dan bertubuh bongsor, peringainya sangat seram jika dilihat dari dekat.“Astaga!” Adhisty terkejut ketika langkahnya diketahui oleh pria besar tadi.“Ibu mau ke mana? Ibu penggemar salah satu pria tampan yang ada di meja itu, ya? Saya sudah banyak ketemu wanita modelan Ibu gini,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status