Share

4. Pertemuan Nendra dan Dhafina

            “Dasar wanita bodoh, kalau aja bukan karena perusahaan Papa bekerja sama dengan perusahaan pamannya, mana mungkin aku mau menikah dengannya.” Umpat Nendra kepada Adhisty usai mengirim pesan kepada Dhafina.

 Ya, pernikahan Nendra dan Adhisty adalah pernikahan bisnis yang direncanakan oleh Damar, ayah Nendra, dan Irfan, paman Adhisty.  Perusahaan Damar  bergerak di bidang advertising sementara perusahaan Irfan bergerak di bidang makanan. Demi menjalin kerja sama perusahaannya agar lebih stabil, mereka memutuskan untuk menikahkan Adhisty dan Nendra.

            Setelah mendapat perlakuan dingin dari suaminya, Adhisty menyusul Nendra ke kamarnya, ia ingin membicarakan lagi hal ini kepada Nendra. Ketika Adhisty membuka pintu kamar, terlihat Nendra sedang berbaring di kasurnya. Adhisty lalu menghampiri suaminya itu dan mengajaknya bicara.

“Mas, masih marah ya sama Adek?” tanya Adhisty seraya menyentuh pipi Nendra. Nendra yang tertidur itu membukakan matanya dan merespon istrinya. “Nggak, Mas nggak marah, kok. Mas cuma heran aja sama kamu, Dek. Memangnya tidak ada cara lain ya? Mas nggak sanggup kalau harus berbagi cinta Mas dengan yang lain,” tuturnya berdusta.

Adhisty yang mendengar itu seketika menitikkan air matanya. “Adek tahu kok Mas begitu menyayangi Adek, tapi Adek sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Adek mohon Mas mau ya.” pintanya.

“Terserah Adek saja. Mas capek, mau tidur,” jawabnya.

            Malam berlalu begitu saja, semenjak Adhisty berinisiaif untuk menyuruh Nendra menikah lagi, ia justru merasa rumah tangganya tidak begitu harmonis, Nendra menjadi sangat cuek terhadapnya. Tetapi, demi menjaga kesehatan mentalnya dari rundungan keluarga Nendra, Adhisty rela membagi cintanya dengan wanita lain asal Nendra memiliki anak meski dari perempuan lain.

            Semakin lama, Adhisty sengaja mendekati Dhafina dan semakin sering berinteraksi dengannya, tak jarang mereka pun bertemu dan  nongkrong besama di kedai kopi. Suatu hari, Adhisty meminta izin kepada Dhafina untuk membawa suaminya ketika mereka bertemu lagi. Dhafina pun tidak keberatan dengan permintaan Adhisty.

            Siang ini, di kedai kopi Dandelion, seorang gadis anggun tengah duduk menunggu kedatangan seseorang. Gadis itu adalah Dhafina, hari ini Dhafina mengenakan gaun selutut dengan sangat manis. Ya, Adhisty merencanakan pertemuan mereka. Adhisty berdalih bosan pergi sendiri dan mengajak Nendra sehingga Nendra pun mau ikut dengannya.

Adhisty menghampiri Dhafina yang tengah duduk menikmati kopinya, disusul dengan Nendra di belakangnya. Adhisty lalu menghampiri Dhafina dan menyapanya. “Dik Fin, sudah lama menunggu, ya?” sapa Adhisty. Dik Fin adalah sapaan Adhisty untuk Dhafina agar terkesan lebih dekat.

“Nggak kok, Mbak. tidak terlalu lama.” Mereka bertiga duduk kembali, Adhisty lalu memperkenalkan Nendra kepada Dhafina. “Oh iya Dik, ini Mas Nendra, suami saya. Dan ini Dhafina Mas, yang tempo lalu Adek ceritain sama Mas.”

Nendra terlihat cuek hanya dengan mengatakan, “Oh, iya. Saya Nendra, suami Adhisty,” tuturnya seraya menjulurkan tangannya kepada Dhafina. Dhafina pun membalas menjabat tangan Nendra  dan sesekali melemparkan senyum termanisnya.

            Mereka bertiga terlibat percakapan yang cukup seru, bahkan Adhisty merasa sangat senang karena Nendra dapat berbaur dengan cepat meski baru pertama kali bertemu dengan Dhafina. Melihat Nendra sudah tidak canggung lagi dengan Dhafina, Adhisty berinisiatif untuk meninggalkan mereka agar lebih dekat lagi. Adhisty berpura-pura akan pergi bertemu dengan Iren untuk keperluan penerbitan buku solonya.

“Mas, Adek lupa ada janji sama Iren buat bahas buku soloku yang akan terbit bulan depan, Mas temani Dhafina dulu ya.” Titahnya.

“Tapi Dek, Mas gak enak berduaan saja sama Dhafina di sini,” Nendra terlihat berbisik kepada Adhisty.

“Tidak apa-apa, Mas. Siapa tahu Mas bisa cocok sama dia,” balas Adhisty membisik. Adhisty lalu pergi dari kedai kopi itu dan meninggalkan mereka berdua di sana.

            Selepas Adhisty tidak terlihat dari pandangan Dhafina dan Nendra, mereka berdua terbahak menertawakan kebodohan Adhisty. “Acting kamu bagus banget, Sayang.” Puji Nendra kepada pacarnya itu.

“Kamu juga. Bodoh banget emang istri kamu itu.” Mereka kembali tertawa dan saling memuji satu sama lain. “Tapi lain kali jangan sebut dia istri kamu di depan Aku, ya. Aku nggak suka,” rengek Dhafina.

“Iya, Aku kan tadi hanya acting aja, Sayang. Maaf ya,” ucap Nendra sambil mengelus pipi Dhafina yang sehalus permen kapas. Dhafina tersipu dan kemudian mengajak Nendra untuk mampir ke apartemennya seperti biasa.

            Hari ini, mentari terlihat lebih cepat tenggelam. Langit sudah mulai gelap, Nendra yang sedang berada di apartemen Dhafina segera  berpamitan untuk pulang agar tidak terlalu dicurigai oleh istrinya jika pulang terlambat. Dhafina lalu merengek meminta Nendra agar tidak pulang, tetapi demi menjalankan misinya agar tetap natural, Nendra menyuruh Dhafina untuk sabar dan mengikuti skenarionya.

“Kamu sabar dulu, Sayang. Sebentar lagi pasti istriku, maksudku Adhisty pasti akan menyuruhku untuk segera menikahimu. Jadi tunggulah sampai waktu itu tiba, ya.” Perintah Nendra diiringi dengan sebuah kecupan hangat di kening Dhafina.

            Nendra pun melajukan mobilnya dengan sangat  cepat, ia khawatir jika Adhisty sudah berada di rumah lebih dulu darinya. Ketika sampai di rumah, untungnya Adhisty belum tiba. Nendra dengan cepat mengganti baju dan berbaring di sofa ruang tengah, tak lama kemudian Adhisty pulang dengan membawa beberapa kue kesukaannya.

“Loh, Mas sudah di rumah ternyata?” tanyanya. “Iya, tadi Mas langsung pulang pas ketemu sama Dhafina,” jawabnya terkesan tidak peduli dan cuek.

“Oh ya  Mas, gimana tadi menurut Mas?” tanya Adhisty penasaran dengan tanggapan suaminya mengenai Dhafina. “Apa? Dhafina? Biasa saja, Dek. Lebih cantik kamu kemana-mana,” godanya.

“Ih Mas, Adek serius. Kalau Adek minta Mas buat nikahin Dhafina, Mas mau tidak?” “Adek sebegitu inginnya ya Mas nikah lagi?” bukannya bertanya, Nendra justru bertanya balik kepada istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status