Share

Malam Pertama

Aku yakin jika mas Ikhsan dan Laras pasti memiliki rencana. Jika tidak, mana mungkin Laras mengijinkan suaminya menikah lagi. Apalagi mereka itu saling mencintai, Pasti ada yang tidak beres dengan mereka berdua.  Aku juga tidak mau terjebak dengan pernikahan yang aneh dan rumit ini.  Jadi aku harus memutar ot*k agar bisa menguak apa yang mereka rahasiakan sebelum aku hamil. Aku harus benar-benar memastikan agar aku jangan sampai hamil. 

"Dek. Malam ini mas tidur disini ya?"

 Aku hanya mengangguk. Karena aku tahu ini adalah malam pertama untuk kami. Ya, walaupun bagiku ini bukan hal sepesial. Karena aku sudah sering melayani laki-laki hidung belang. 

"Mas... Mbak Laras tidak marah?"

"Istri Mas lagi keluar kota tadi siang."

"Keluar kota?"

"Iya... Sepertinya Laras ingin memberikan kesempatan untuk kita berbulan madu."

"Hahahaha... Bulan madu? Mas tahukan aku dulu siapa?"

"Memang kenapa? Kamu istriku dan kita baru menikah, jadi wajar dong jika kita bulan madu."aku semakin bengong mendengar ucapan mas Ikhsan. 

"Tapi... Aku ini bekas orang banyak mas,  aku takut membuatmu kecewa,"ucapku dengan sedih.

"Kecewa? Untuk apa aku kecewa,  akulah yang memilihmu jadi aku sudah sangat siap menerima masa lalumu jadi apa lagi yang kamu ragukan dariku,"jawabnya dengan mimik wajah serius 

"Kamu tidak j*j*k?"

"Untuk apa aku j*j*k? Bukankah kamu sama manusia berjenis kelamin perempuan jadi apa alasannya aku harus j*j*k?"

"Ta-tapi..."

"Sudah jangan kamu lagi ingat tentang siapa dirimu yang dulu."

"Terima kasih ya Mas..."ucapku 

"Jadilah istri yang sempurna untukku dan segeralah hamil agar aku bisa melihat bagaiamana keturunanku,"jawabnya. 

"Bagaimana jika aku tak kunjung hamil mas?"tanyaku

"Aku yakin kamu pasti cepat hamil Dek..."jawabnya 

"Bagaimana mas bisa seyakin itu?"tanyaku 

"Aku orangnya selalu optimis jadi aku tidak akan ragu dengan pilihanku."jawabnya. 

"Tapi..."ucapku 

"Sudah...  Ayo kita nikmati malam ini sebagai pengantin baru,  aku tahu saat ini kamu belum memiliki rasa untukku dan itu bagus,  Karena aku suka kamu yang seperti ini."ucapnya sambil menarik tanganku agar mendekat kearahnya. 

Canggung, itulah yang aku rasakan, walaupun aku sudah sering melakukan hal itu,  entah mengapa ada sedikit rasa canggung ketika Mas Ikhsan memelukku. 

Malam itu aku menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri. Mas Ikhsan sepertinya sangat senang dan puas dengan pelayananku. Karena aku sudah terbiasa melakukan hal itu jadi tidak akan sulit bagiku untuk menyenangkannya diatas ranjang. Setelah selesei dengan melaksanakan tugas itu,  kamipun tertidur,  mas Ikhsan tidur dengan sangat nyenyak disampingku. 

Adzan subuh berkumandang, aku segera bangun dan mandi. Karena aku ingin memulai untuk menjalankan kewajiban sebagai umat Islam yaitu Sholat. Aku sudah terlalu lama tidak pernah beribadah.  Jadi aku putuskan mulai subuh itu aku akan memulai kehidupan baru dan akan berusaha untuk selalu menebus kesalahaanku selama ini dengan menjalankan kewajibanku sebagai umat yang beragama. 

Selama aku bekerja sebagai kupu-kupu malam, aku tidak pernah lagi yang namanya beribadah. Aku merasa jika diriku sangatlah kotor sehingga tidak pantas untuk beribadah.

Karena sekarang ini aku sudah menikah dan tidak lagi bekerja seperti dulu. Maka aku putuskan untuk kembali kejalan Allah.

Setelah menjalankan sholat subuh. Aku turun kedapur untuk menyiapkan sarapan.

Ketika aku sampai dapur. Mbok Minah sudah ada.

"Mbok... Mau masak apa untuk sarapan?"

"Eh... Nyonya bikin Mbok kaget."

"Mbok nglamunin apa?"

"Gak ada Nya..."

"Mbok mau masak apa? Sini biar aku bantu."

"Eh... Jangan Nya... Nanti Tuan marah. Biar Mbok saja yang masak."

"Tuan gak akan marah Mbok... Sini biar aku yang masak. Ini masakkan pertamaku untuk suamiku."

"Ya sudah kalau Nyonya memaksa. Tuan biasanya suka sarapan makanan yang berkuah."

"Oh... Kalau begitu kita masak capcay kuah saja Mbok."

Lalu Mbok Minah dengan sigap memotong-motong sayur dan menyianginya.

Sedangkan aku meracik bumbu. Setelah selesai semuanya. Aku segera memasaknya dan setelah masakan matang, aku meminta Mbok untuk menata dimeja makan. Sedangkan aku membangunkan Mas Ikhsan.

Aku langsung masuk kedalam kamar, ketika pintu terbuka ternyata mas Ikhsan sudah selesai mandi dan berganti baju.

"Mas... Sarapan sudah siap."

"Dek. Hari ini kita akan pergi keluar kota."

"Mau kemana Mas?"

"Kita akan bertemu dengan Laras."

Deg... Jantungku berdegup kencang ketika mendengar nama itu. Semoga apa yang aku takutkan tidak terjadi. To pernikahan ini terjadi juga karena dia yang menyetujui.

Kami langsung bergegas menuju meja makan. Tak ada yang kami bicarakan ketika di meja makan.

Setelah selesai makan. Mas Ikhsan menyuruhku untuk bersiap.

"Mas... Apakah engkau mengijinkan jika aku ingin berhijab?"

Mas Ikhsan menatapku.

"Berhijab? Apa kamu sudah yakin mau berpakaian tertutup seperti itu?"

"Mas. Aku dulu pernah bernazar. Hilarious aku terlepas dari tempat itu, aku akan berhijab."

"Ya itu terserah kamu. Jika memang niatmu berhijab maka nanti kita beli baju seperti yang kamu inginkan di perjalanan."

"Jadi, mas mengijinkan?"

"Apapun yang kamu ingin lakukan maka lakukan saja selama itu baik dan tidak menyalahi aturanmu sebagai seorang istri."

"Terima kasih Mas."

Mas Ikhsan mengangguk sambil tersenyum kearahku.

Pukul sebelas siang kami berangkat diantar supir.

Mas Ikhsan duduk dikursi depan sedangkan aku dikursi belakang.

Aku tahu jika Mas Ikhsan tidak mau menyakiti hati Mbak Laras. Makanya kami duduk terpisah.

Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam. Akhirnya kami sampai disebuah villa.

Mas Ikhsan menyuruhku untuk turun. Ketika aku turun. Ada seorang wanita cantik yang menghampiri Mas Ikhsan.

Wanita itu langsung menghampiri Mas Ikhsan dan bergelayut manja di lengan Mas Ikhsan.

Hatiku berdesir melihat pemandangan itu. Tapi aku harus sadar diri, jika aku adalah istri kedua. Sedangkan wanita itu adalah istri pertama Mas Ikhsan yaitu Mbak Laras.

"Sayang... Kenalkan ini Airin." Ucap mas Ikhsan melihat kearah ku. Mbak Laras hanya tersenyum tanpa menyapa ku.

Aku mengulurkan tangan namun tak di hiraukan oleh Mbak Laras. Sakit hatiku ketika aku diacuhkan begini.  Tapi,  aku harus sabar karena aku tahu jika mbak Laras pasti ada sedikit rasa sakit hati kepadaku. 

"Mas... Aku kangen... Ayo kita masuk."ucap Mbak Laras manja. Mereka berjalan berdua tanpa memperdulikan aku yang berada dibelakang.

Mereka lalu masuk kedalam villa dan meninggalkan aku yang masih berdiri diluar.

Tak berselang lama ada wanita paruh baya menyapaku.

"Maaf... Nyonya mari masuk."ajaknya.

Aku lalu mengekor di belakang wanita itu. Aku di tunjukkan dimana letak kamar ku.

Setelah masuk kedalam kamar. Aku mandi dan beristirahat.

Entah sudah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun ketika ada yang mengetuk pintu.

"Nyonya... Tuan dan Nyonya Laras sudah menunggu di meja makan."serunya.

Aku lalu bangkit dan mencuci muka. Setelah itu aku keluar menuju meja makan.

Ketika aku sampai di meja makan. Aku di suguhkan dengan sebuah pemandangan yang sangat luar biasa. Mas Ikhsan dan Mbak Laras sedang suap-suapan. Mereka terlihat sangat bahagia dan saling mencintai.

Melihat hal itu entah mengapa dadaku tiba-tiba terasa sesak. Hatiku sangat sakit. Tapi aku tidak bisa marah kepada mereka.

Ketika aku akan berbalik badan, ternyata Mbak Laras melihatku.

"Airin. Mau kemana kamu? Sini duduk kita makan bersama, bagaimana pun juga kamu adalah adik maduku."

"I-iya mbak.' jawabku sambil berjalan kembali ke meja makan.

Mas Ikhsan hanya tersenyum kearah ku. Setelah itu mereka melanjutkan makan. Sedangkan aku hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di piringku. Melihat mereka seperti itu selera makanku hilang.

Aku meminta ijin untuk kembali ke kamar. Namun, mbak Laras mencegahku. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"Airin. Mas Ikhsan akan pulang kerumahmu setiap Sabtu dan Minggu saja. Sedangkan senin sampai jumat akan dirumahku. Kamu tidak boleh protes ataupun menggaggu mas Ikhsan ketika dia bersamaku faham!"

"Kamu juga harus sadar jika pernikahanmu itu bukan  seperti pernikahanku dengan mas Ikhsan jadi kamu jangan marah atau protes."imbuhnya

"Iya Mbak. Aku mengerti."

"Bagus. Jadi jangan melewati batasan mu! Ya, sudah kamu pergi istirahat sana. Selama di villa mas Ikhsan hanya akan tidur denganku."

Jujur hatiku teramat sakit mendengar hal itu. Jika mas Ikhsan hanya akan bersama Mbak laras, lalu untuk apa aku dibawa kesini. Apa mereka memang sengaja membawaku untuk jadi penonton kemesraan mereka? Ataukah mereka ingin menunjukkan kepadaku jika mereka saling mencintai? 

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Laras koQ judes sm Airin...kataX mau keturunan dri suamiX knp d larang tdr sma suamiX...Laras aneh..dia sndiri yg kasi ijin suamiX nikah..
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status