Aku tidak tahu apa yang terjadi disana. Aku segera berkemas dan langsung memesan tiket pesawat lewat online.Si Mbok sedikit terkejut ketika aku mengatakan jika aku besok harus pergi. Sepertinya si Mbok tahu kemana aku akan pergi jadi dia tidak banyak bertanya kepadaku.Setelah selesei berkemas. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat akan Yusuf. Aku memang sudah lama tidak pernah ke makamnya. "Maafkan mama ya sayang sudah lama mama tidak menengok Yusuf" ucapku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes.Rasa rindu yang teramat dalam menyelimuti hatiku. Aku menangis sejadi-jadinya dengan menenggelamkan wajahku ke bantal agar si Mbok tak dapat mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur."Mbak Laras?" Kenapa aku seperti melihat mbak Laras. Apakah benar itu mbak Laras.Aku mengikuti perempuan yang sangat mirip mbak Laras itu. Dia berjalan dengan santai sambil menggendong seorang anak kecil. Dan Tunggu!!! Bukankah anak dalam gendongannya itu seperti anakku Yusuf? Iya. Itu ada
Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Adam. Karena Perawat tidak mengijinkan kami untuk masuk. Aku benar-benar cemas dan takut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Kami lalu menunggu dengan perasaan yang sangat cemas dan takut. Dan benar saja. Ketakutan kami terbukti. Ketika Dokter keluar ruangan, Dokter menyatakan jika Adam sudah meninggal dunia. Aku yang mendengar hal itu langsung berlari masuk dan memeluk tubuh Adam yang mulai terasa dingin itu. "Adam... Bangun Nak... Ini Kak Airin. Kakak datang untuk menjemput kalian." "Dam... Buka matamu Nak... Ayo buka matamu lihat Kakak sudah datang. Kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi.""Adam... Ayo buka matamu. Kakak mohon Dam buka matamu sekali saja. Apa kamu tidak kasihan dengan adik-adikmu di panti. Mereka pasti menunggu kepulangan mu. Dam kakak mohon buka matamu." ucapku dengan tangisan yang sudah benar-benar tak dapat aku bendung lagi. Anita mendekat dan memelukku. Aku tahu Dia juga me
Setelah acara tujuh harian, aku langsung terbang ke kalimantan. Setelah sampai disana, aku lalu menceritakan semuanya kepada mbok Inah. "Mbok... Aku mungkin hanya satu atau dua minggu disini, karena aku sudah memutuskan untuk balik ke jakarta.""Mbok ikut Non. Mbok tidak mau di tinggal sendirian disini.""Kalau mbok ikut, lalu siapa yang akan mengurus rumah ini?""Tapi, mbok tidak mau disini sendirian Non. Pokoknya mbok ikut kemana Non pergi. Mbok tidak mau jauh dari Non. Hanya Non yang mbok miliki. Tolong ajak mbok ya." ucapnya dengan raut wajah sedih dan memohon kepadaku. Aku berpikir sejenak. Aku jadi kepikiran Ahmad dan Maman. Bukankah aku memiliki dua rumah, jadi satu bisa di tempati oleh Maman dan anaknya dan yang ini bisa di tempati Ahmad dan anaknya. Jadi anggap saja ini adalah rumah dinas untuk mereka. "Baiklah, Mbok ikut aku pulang ke Jakarta."Mbok Inah sangat senang mendengar hal itu, dia langsung menghambur kepelukanku sambil menangis. Setelah itu ak
Namaku Airin. Aku adalah istri kedua. Tapi tolong jangan samakan aku seperti istri kedua pada umumnya yang selalu menang dari istri pertama.Suamiku bernama Ikhsan. Mas ikhsan menikahiku karena ingin memiliki keturunan. Karena, Laras--istri pertamanya tidak bisa memiliki keturunan.Jujur aku bukanlah seorang perempuan baik-baik. Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku yang hanya lulusan SD tidak bisa memilih pekerjaan yang aku inginkan.Dulu aku pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga, namun gaji yang aku terima tidak cukup untuk biaya pengobatan adik semata wayangku. Adikku bernama Mia, dia menderita penyakit kanker darah, sehingga mau tidak mau aku harus bekerja sebagai kupu-kupu malam agar aku bisa membiayai pengobatan adikku. Aku terpaksa harus keluar dari pekerjaanku sebagai asisten rumah tangga karena majikanku tidak mengijinkan aku untuk pulang pergi, sedangkan adikku sendirian dikontrakan. Aku berusaha menca
Aku benar-benar berharap jika laki-laki itu serius menolongku.Dan benar saja tepat satu jam aku menunggu, pintu kamarku di ketuk.Aku langsung bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka ternyata mami sudah berdiri."Airin. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah di tebus sama laki-laki yang ada didalam mobil itu." Ucapnya sambil mengibaskan gepokan uangAku benar-benar tak percaya jika laki-laki itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya."Cepat! Dia bilang kamu tidak perlu membawa barangmu. Jadi kamu pergi gitu aja." Imbuh mami ketus. Mami memang tidak suka dengan keputusanku, jadi, walaupun sudah menerima uang tebusan masih saja terlihat berat melepaskan aku. Aku tak lagi menggubris mami. Aku langsung berlari ke depan untuk menemui laki-laki itu.Aku ketuk kaca mobil itu dan tak berselang lama laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya."Ayo cepat kita pergi. Aku mau ada meeting." Ucapnya"Tapi, aku belum bersimpun." Jawabku"Tidak usah membawa apapun dari tempat ini. Cukup b
"Sial!!!" Teriakku prustasi. Bagaimana bisa aku sebodoh ini? Keluar dari kandang singa malah masuk kekandang macan.Aku menarik rambutku dengan kasar. Aku benar-benar bingung. Aku mencoba menenangkan diriku. Aku yakin jika besok Ikhsan tidak bisa memberiku bukti mengenai istrinya maka aku bisa menolaknya, jadi aku tidak perlu bingung malam ini, biarlah besok pagi aku meminta bukti terlebih dahulu, dan jika dia bisa membuktikan jika istrinya menyetujui pernikahan ini, maka aku akan menggunakan rencana cadangan. Bukankah mereka hanya memintaku untuk segera hamil, dan jika dalam beberapa bulan aku tak kunjung hamil. Pasti istrinya akan menyuruhnya untuk menceraikanku.Ya... Aku harus sebisa mungkin mencegah kehamilanku. Agar aku tak selamanya menjadi istri keduanya.Aku sudah bisa menebak pernikahan apa yang akan aku jalani kedepannya. Bagaimana bisa seorang suami sangat mencintai istrinya tapi menginginkan anak dari perempuan lain dan lebih gilanya lagi sang istri mengijinkannya. Ken
Aku yakin jika mas Ikhsan dan Laras pasti memiliki rencana. Jika tidak, mana mungkin Laras mengijinkan suaminya menikah lagi. Apalagi mereka itu saling mencintai, Pasti ada yang tidak beres dengan mereka berdua. Aku juga tidak mau terjebak dengan pernikahan yang aneh dan rumit ini. Jadi aku harus memutar ot*k agar bisa menguak apa yang mereka rahasiakan sebelum aku hamil. Aku harus benar-benar memastikan agar aku jangan sampai hamil. "Dek. Malam ini mas tidur disini ya?" Aku hanya mengangguk. Karena aku tahu ini adalah malam pertama untuk kami. Ya, walaupun bagiku ini bukan hal sepesial. Karena aku sudah sering melayani laki-laki hidung belang. "Mas... Mbak Laras tidak marah?""Istri Mas lagi keluar kota tadi siang.""Keluar kota?""Iya... Sepertinya Laras ingin memberikan kesempatan untuk kita berbulan madu.""Hahahaha... Bulan madu? Mas tahukan aku dulu siapa?""Memang kenapa? Kamu istriku dan kita baru menikah, jadi wajar dong jika kita bulan madu."aku semakin bengong mendengar
Aku pamit kembali ke kamarku. Jujur jika berlama-lama di meja makan, aku takut jika tidak bisa lagi menahan air mataku.Aku tidak mau terlihat lemah di hadapan mereka berdua.Setelah sampai di dalam kamar. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tutup wajahku dengan batal agar tak ada yang mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur. Aku terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu.Aku lihat sudah pukul satu dini hari. Aku penasaran siapa yang mengetuk pintu kamarku malam-malam begini.Ketika aku membuka pintu, ternyata mas Ikhsan sudah berdiri disana.Mas Ikhsan langsung masuk kedalam kamar.Mas Ikhsan langsung memeluk tubuhku."Dek... Maafin Laras ya... Mungkin dia belum bisa menguasai rasa cemburunya." Ucapnya sambil mengecup keningku."Mas... Kenapa kesini? Nanti bagaimana jika Mbak Laras tahu.""Laras sudah tidur. Mas kangen sama kamu." Jawabnya. Mas Ikhsan memintaku untuk melayaninya."Bukankah Mas sudah dilayani mbak Laras?""Beda dong Dek... Pelayananmu membuatku suli