Home / Romansa / Together But Hurt / Harga Diri Gwen

Share

Harga Diri Gwen

Author: Velmoria
last update Last Updated: 2021-02-08 19:24:01

Gwen masih tegak berdiri, lemas dan bergetar. Dirinya bahkan tidak sempat untuk sekedar menggigit selembar roti sembari berjalan menuju ke kantor, tadi.

Pikiran Gwen terus sibuk dengan penyesalan dan menu-menu sarapan yang ia lewatkan, sedangkan Zeev Curtis terlihat berjongkok, tepat di belakang Gwen.

Zeev memperhatikan betis berbentuk sedang, tidak besar, tidak terlalu kecil, tapi pas, milik Gwen yang mulus tak tertutup rok pensil hitamnya.

Dengan senyum sinis, ia melibas dasi hitam itu ke udara, lalu bersiap untuk mengikat kedua betis berbentuk indah itu menggunakan dasi.

Zeev mengakui dalam hati, bahwa Sekretaris Umum perusahaannya ini, memang luar biasa. 

“Oh!” pekik Gwen tertahan. Wanita ini merasakan ada elusan dingin telapak tangan di kedua betisnya secara bergantian. Gwen hendak menoleh, memutar kepalanya.

“Jangan menoleh! Tetap berdiri dengan tegak!” perintah Zeev, sesaat tangannya berhenti memberi rasa geli di betis Gwen.

Gwen menggigit bibirnya ketika rasa itu merambat hingga membuat bulu kuduknya meremang di pagi hari ini.

Sedangkan Zeev, menyeringai dengan puas saat ia berhasil mengikat kedua bagian bawah kaki Gwen dengan sempurna, kuat.

Zeev berjalan mendekati salah satu sofa yang ada di hadapan Gwen. Si pemimpin Winston Corporation ini adalah seorang pria matang dengan banyaknya prestasi dalam dan luar negeri.

Tidak hanya itu, Zeev yang sudah berusia empat puluh satu tahun ini, juga terkenal akan kegemarannya bermain-main dengan wanita berkualitas tinggi, di luar.

Memberi mereka bonus sebagai imbalan, karena bersedia sekedar menemaninya minum atau jalan-jalan keluar negeri melepas penat.

Tapi Zeev tidak seburuk yang terlihat. Meski begitu, dia peduli dan mencintai keluarganya. Dia memiliki seorang istri—Ivanka—yang penurut dan juga setia.

Ivanka tidak pernah sekalipun, mempermasalahkan kelakuan Zeev yang luar biasa di luar rumah. Ia dengan tenang menjalani harinya, tanpa peduli pada apa yang terjadi di dunia luar sang suami.

Sekarang, Zeev duduk mengusap dagunya yang mulus bersih. Pria ini menyukai segala sesuatu yang bersih dan terasa halus saat disentuh. Seperti Gwen contohnya.

Kedua bola mata cokelat tua milik Zeev menatap lekat pada Gwen yang gelisah. Zeev senang dengan situasi ini. Ia berharap bisa melihat lebih dari sekedar rasa sakit.

“Kemarilah,” perintah Zeev lembut.

“Ta-tapi kakiku,” ucap Gwen tersendat, menunduk melihat kedua kakinya yang terikat kuat menggunakan dasi.

Gwen tidak ingin menangis. Air matanya terlalu berharga untuk diperlihatkan pada atasan gila yang kini sedang tersenyum aneh memandangi dirinya.

“Cobalah, instingmu secara otomatis akan menuntunmu padaku.” Zeev dengan angkuhnya berusaha membuat Gwen menuruti keinginannya.

Sejak dua minggu lalu, Zeev merasa dan memperhatikan wanita ini sedikit angkuh dari kebanyakan wanita di sekitarnya yang sibuk mencari perhatian Zeev. Sangat bertolak belakang dengan Gwen.

Bukan tak suka, Zeev justru merasa penasaran dan tertantang. Ia ingin sekali bibir Gwen memohon padanya. Mengucapkan berbagai kalimat meminta ampunan.

Gwen mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak bodoh sampai harus membuat dirinya terjatuh dan dipermalukan begitu saja oleh Zeev Curtis. 

Akal sehatnya memikirkan cara agar ia merasa tidak perlu melakukan hal gila ini di hadapan sang atasan. 

“Aku tidak bisa berjalan dengan kaki terikat seperti ini, Pak.”

“Maka dari itu, cobalah,” desak Zeev. Ada kilatan marah di matanya saat mendengar Gwen berani membantah.

“Aku tidak bisa, Pak,” geleng Gwen, “dalam langkah pertama aku pasti akan jatuh tersungkur.”

“Barusan kau membantahku?” Seringai Zeev nyata terlihat. 

Kini tubuh Gwen gemetar sepenuhnya. Ia sudah cukup lama berdiri dengan perut kosong, bahkan tanpa air putih segelas pun yang masuk ke tenggorokannya sejak bangun tadi pagi.

“Maafkan aku, Pak. Tapi aku tidak bisa melakukannya.” Gwen tetap berdiri, tanpa bergerak sedikit pun.

Zeev mendengus, tersenyum dengan memiringkan bibirnya. “Apa kau ingin aku membongkar rahasia yang telah kau sembunyikan rapat-rapat selama dua tahun belakangan ini?”

Gwen tersenyum kaku, meski hatinya mencurigai sesuatu. “Apa maksud Anda, Pak?”

“Kau yakin tidak masalah jika aku membongkarnya di sini, sekarang?” 

“Tidak masalah, Pak.” Gwen menjawab dengan suara serak karena tenggorokannya yang kering. Ia menjadi ingat akan hal itu.

“Kau ... berpikir semua orang bisa kau bodohi?” Zeev menyeringai. Ia merasa menjadi satu-satunya orang yang mengetahui rahasia besar Gwen.

Bukan masalah sulit, untuk mencari tahu secara mendalam tentang Gwen Himeka bagi seorang Zeev Curtis. 

Zeev merasa tidak merugi jika harus mengeluarkan sedikit lebih banyak untuk membayar informannya, agar mencari tahu dengan pasti kebenaran bahwa Gwen menjalin hubungan serius dengan Alexi Millard.

“Aku tidak bermaksud membodohi siapa pun, Pak. Jika memang rumor tentangku menyebabkan masalah di sini, aku bersedia mengundurkan diri.” Dengan tegas dan berani Gwen menjawab. Tatapannya lurus tanpa berpaling sekalipun.

Gwen merasa yakin bahwa hanya ada satu kecacatan fatal dalam hidupnya—sejauh ini—yang dapat berdampak pada karirnya, yaitu menjadi selingkuhan Alexi.

Hanya itu catatan hitam yang ia miliki selama hampir dua tahun terakhir. Gwen sudah begitu lemas, tubuhnya sempat miring ke kiri sedikit. Tapi buru-buru ia menyeimbangkannya lagi.

Gwen kembali menelan ludah. “Bisakah aku melepas ini sekarang, Pak?” pinta Gwen dengan perlahan. Kekuatan tubuhnya seakan hilang.

Zeev merasa kalah sebelum berperang, ia tidak menyangka ada seorang wanita berusia sepuluh tahun lebih muda darinya, berani dan sanggup membantah setiap apa yang diucapkannya.

Selama ini, bukan tak ada yang ingin mencoba membantahnya. Banyak, mereka lebih dari sekedar separuh isi kantor yang selalu tidak setuju pada beberapa keputusan atau perintah atasan.

Tapi mereka memilih bungkam dan hanya mengumpat di belakang Zeev. Karena selama ini Zeev telah membuai mereka dengan kesenangan berupa hal-hal menyenangkan yang mampu Zeev berikan.

Seperti contoh, beberapa kepala divisi yang sempat membencinya karena pernah meminta beberapa karyawan lembur hingga dini hari, mendadak memuja Zeev di depan wajahnya. 

Itu karena Zeev memberi mereka kemudahan dengan menambah bonus lembur tiga kali lipat, beserta liburan gratis setiap sebulan sekali ke luar negeri. 

Zeev selalu menunggu mereka membantah semua perintah dan aturan yang ia berikan. Tapi tidak ada satu pun berjiwa pemberontak dan angkuh seperti Gwen.

Bukan tak tahu, Zeev jelas mendengar secara tidak langsung bahwa mereka mengumpat dan menyumpahinya setiap waktu. 

Sepertinya, Gwen tidak butuh jawaban Zeev, ia langsung duduk meluruskan kedua kaki—karena menggunakan rok selutut Gwen menghindari berjongkok—membuka ikatan yang membelit kuat pada bagian bawah betisnya.

Dengan tangan bergetar, Gwen berusaha melepas ikatannya. Tidak peduli bagaimana Zeev menatap kesal sekaligus kagum padanya saat ini. 

Keinginan hati Gwen hanya satu. Segera pulang ke rumah, membuat surat pengunduran dirinya dengan cepat.

Ia tidak bisa diam saja ketika diancam dengan cara tidak terhormat seperti ini. Gwen sadar, dia hina karena memiliki sebuah hubungan dengan pria beristri. Tapi harga dirinya masih ada. Siapa pun tidak berhak menghinanya.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Together But Hurt   Oliver Xavier Fagan

    Malam hari ini terasa panas dan gerah, membuat keringat mengucur deras dari tubuh Lola yang berlari keluar taksi dengan terburu-buru menuju ruang bersalin sebuah Rumah Sakit kecil, yang ada di pinggiran kota.Bibirnya komat-kamit merapalkan permohonan untuk keselamatan sahabatnya. Lola ingat betapa beruntungnya, dia akan bisa ikut menyaksikan persalinan sahabatnya, mengingat tadi saat dihubungi, Lola sedang memasukkan pakaian ke koper karena dia akan ikut penerbangan pulang pagi, esoknya.Ini bukan minggu keempat puluh, tapi sahabat Lola terpaksa akan melakukan persalinan secara prematur malam ini, di usia kandungan kurang dari tiga puluh tujuh minggu.Sebelum masuk, Lola menjumpai terlebih dulu pria yang sudah duduk menunggunya di kursi panjang lorong Rumah Sakit, tidak jauh dari ruang bersalin.“Kapan kau tiba?” Lola masih terengah, menatap heran pada pria yang terlihat pura-pura tenang dibalik wajah gugupnya.Padahal Lola menghubungi pria ini saat di

  • Together But Hurt   Sudah Cukup Bagiku

    Suasana kediaman Zacky Van Dick terlihat sunyi dari luar, namun keadaan di ruang keluarga, tidak begitu.“Sayang, lihat ini!” teriak Alexi dengan histeris, dia dalam posisi berjongkok dan berjaga-jaga untuk menangkap tubuh mungil di depannya yang sedang berdiri bergoyang-goyang, belum sempurna.Zanna muncul dengan apron menutupi bagian depan tubuhnya, dia tersenyum dan bertepuk tangan sambil menyemangati keduanya.“Sayang, kau hebat, teruskan!” Zanna mencium sekilas pipi Alexi, lalu dia kembali ke dapur.Alexi semakin bersemangat ketika bayi Rosalie yang sudah berusia hampir delapan bulan, memanggilnya ribut dengan sebutan ‘Papa’ yang belum jelas, terkadang dia menunjuk-nunjuk ke arah dapur.“Kau ingin Mamamu?” Alexi mencium gemas kedua pipi Putrinya, menggendong bayi Rosalie dan membawanya ke dapur.Alexi mengejutkan Zanna yang sedang mencuci sayuran, sedikit terpekik, Zanna berbalik, dan memeluk keduanya.“Sayang, sepertinya ... Rose mengi

  • Together But Hurt   Tolong Ingat Namaku

    Enam bulan setelah Gwen pergi dan Jupiter yang kembali dari koma.Inez terburu-buru keluar dari butiknya. Dia tergesa karena akan ada janji temu dengan psikiater Emmie dua belas menit lagi. Belakangan, setiap malam dia selalu mimpi buruk, ya, tidak buruk juga, karena bayangan tubuh tinggi tegap itu terus membuat Inez penasaran.Dia hadir dalam mimpi Inez, tanpa menunjukkan wajahnya. Setiap kali terbangun, Inez akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam tanpa sebab. Bahkan dia sampai menangis meraung untuk bisa mendapatkan kelegaan di hatinya.Terkadang, beberapa kali, tanpa sadar, Inez berdiri di ujung balkon seolah dia akan melompat jatuh dari lantai empat. Nyaris mati, Inez berpikir untuk menemui psikiater dengan rutin. Tatapannya yang kosong seolah mengingatkannya akan sebuah kehilangan yang teramat menyakitkan, dan berakhir pada kondisi kejiwaannya menjadi tidak stabil.Sibuk dengan pikirannya, Inez seketika sadar

  • Together But Hurt   Harus Terus Hidup

    Langit mendung dengan gerimis tipis mewarnai pagi hari ini. Gwen berusaha bangun lebih cepat, jam empat lewat sebelas menit, hanya untuk lari dari ruangan Eric tanpa ketahuan.Dapur dan seluruh sudut restoran sepi. Gwen mendorong pintu dapur dengan hati-hati. Rupanya di luar, langit benar-benar masih terlihat seperti malam hari.Semua lampu-lampu jalan menyala terang. Begitupun dengan penerangan di setiap rumah dan toko. Gwen menoleh untuk terakhir kalinya, melihat Delila Restaurant dengan senyum tipis yang sekejap.Terburu-buru, dia melangkah. Membuang SIM Card ponselnya ke tong sampah, lalu menghilang di jalanan kecil bagian samping bangunan pertokoan untuk menghilangkan jejaknya dari Eric.Gwen pulang ke rumah, tidak lagi menemukan bangkai tikus di depan pintu. Jadi dia masuk, dan menyiapkan semua pakaian di atas ranjang, lalu satu persatu, menyusunnya ke koper dengan hati-hati dan cepat.Menurut perkiraannya—jika tepat—Eric akan ter

  • Together But Hurt   Masalah Yang Terletak Pada Diri Sendiri

    Meski bingung akan maksud ucapan Gwen, Eric mematung dan mencoba sedikit untuk memahaminya yang sedang dalam kondisi tidak baik.“Itu artinya?”“Kau boleh mendekat,” kata Gwen pelan, menurunkan selimutnya sampai batas mulut, “tapi lepaskan kemejamu. Sisakan kaus dalamnya saja.”Eric tersenyum. Dipikiran Eric, ini sesuatu yang unik dan tergolong biasa dia lakoni bersama Gwen.Eric melepas kemeja hitamnya, menyisakan kaus dalam bewarna senada, lalu mendekat perlahan pada Gwen yang masih dalam posisi berbaring miring ke arahnya.Gwen duduk setelah Eric tiba di tepi sofa, mengendus sekilas tanpa disadari Eric, kemudian tersenyum senang. Aroma parfum dan keringat Eric menyatu, dan dia suka itu.“Bagaimana?” Eric ragu-ragu. Dia berpikir harusnya dia tidak mendengarkan Gwen dan tetap bergabung dengan busa melimpah atau di bawah shower saat ini.“Peluk aku,” gumam Gwen, tidak merenta

  • Together But Hurt   Aroma Rumah Sakit

    Sore hari yang kelabu dengan angin dingin menusuk kulit, menjauhkan tubuh Gwen dari selimut.Gwen tidak menginginkan selimut yang sudah dibawakan oleh Beth. Sebenarnya, pelayan ramah itu tahu, Eric akan kecewa jika dia tidak menjaga Gwen dengan baik, ketika Eric sudah meminta tolong dan percaya padanya.Alasan Gwen meninggalkan selimut itu di bawah kakinya, bukan karena dia sedang ingin diperhatikan lebih dari sekedar memberikan selimut, tapi karena dia tidak menyukai aromanya.Pewangi dan pelembut pakaian yang menebarkan aroma campuran susu dan beras, membuat Gwen membenci selimut itu. Walau tidak menyebabkan rasa mual, tetap saja dia sempat menutup hidung saat menggunakannya, sebelum berakhir di bawah kakinya.“Pakailah selimutmu, Gwen.” Beth muncul dengan nampan berisi semangkuk sup sayur dan segelas air putih hangat, yang diletakkannya terburu-buru karena Beth ingin segera menyelimuti Gwen.“Tidak, jangan Beth. Aku tidak menyukai aroma selimutnya,”

  • Together But Hurt   Kecuali, Gwen

    Eric dan Alexi duduk saling berhadapan di kantin Rumah Sakit, karena kedua Ibu dari sahabat mereka yang memintanya.Misca dan Renata kompak menyuruh Eric juga Alexi untuk keluar makan siang, sebelum mereka melewatkan semua itu dengan perut kosong, karena menunggu kedua sahabat mereka yang belum juga terbangun dari koma.“Belum ada keterangan pasti tentang kecelakaan mereka, selain karena mengalami kecelakaan di jalan bebas hambatan, hujan cukup deras hampir tengah malam, dan Piter tidak memasang dashcam di mobilnya,” kata Eric, mencoba memberitahu Alexi yang terlihat penasaran, meski tidak lagi bertanya apapun setelah Eric memberi jawaban singkat tanpa kepastian di ruangan Jupiter dan Inez tadi.“Semalam memang hujan turun sangat deras, aku tidak bisa membayangkan pada apa yang menimpa mereka berdua. Benar-benar mengejutkan.”“Kau benar. Saat ini, kita tidak tahu apapun. Jadi sangat sulit menduganya.” Eric hanya m

  • Together But Hurt   Bethania Si Baik Hati

    Gwen terbangun karena aroma telur orak-arik, avacado toast, dan susu putih hangat. Bukan menyesap harumnya yang memenuhi ruangan, Gwen justru merasa mual.Dia nyaris tersandung, saat buru-buru ke kamar mandi karena memang tidak tahan dengan aroma menu yang diletakkan oleh Beth sekitar tujuh menit sebelum Gwen terbangun, atas perintah Eric.Dan menu sarapan itu juga Eric yang memintanya. Dia memilihkan menu sarapan pagi yang tepat, tapi sepertinya tidak untuk kondisi Gwen saat ini.Gwen menduga sesuatu yang tidak biasa terjadi dengan tubuhnya. Menahan rasa khawatir yang menguap hingga memunculkan hawa dingin di tengkuk, Gwen meraba perutnya yang rata.Mengusap perlahan dengan gerakan memutar. Adakah kehidupan baru di dalam sana? Mendadak, wajah pucat Eric yang selalu tersenyum lembut padanya, mulai berputar ulang, kilasan demi kilasan, bak sebuah film dengan adegan yang diperlambat.Ini gawat!Percintaan terakhir mereka bahkan terjadi beberap

  • Together But Hurt   Terhapus Hujan

    Tatapan tak percaya memenuhi raut wajah Inez. Dia bahkan meratapi tingkahnya malam ini dalam hati. Memalukan!Dan terlambat untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Seperti saat dia yang selalu berhasil memancing dengan cara elegan, layaknya rubah betina mengelabui mangsa.“Kau selalu terbiasa berprasangka buruk padaku, Piter.”“Yah, wajar. Setiap kali kau bertindak di luar kebiasaanmu, sesuatu yang buruk pasti terjadi,” sindir Jupiter, mengangkat bahu, dan sebelah alisnya.“Sepadan dengan apa yang aku dapatkan setelahnya. Jadi tak masalah,” sahut Inez, tak pernah ingin kalah dalam berdebat.Jupiter berdecak kesal, “Kau gila!” Kemudian menggeleng takjub, lalu memutar kemudi dan bergerak menjauhi pusat kota yang bercuaca dingin malam ini.Karena tidak ingin mendengarkan keluhan Jupiter tentang perubahan sikapnya, Inez memilih untuk tidur. Berpura-pura tidur jika dia tidak bisa melakukannya.Andai mungkin, dia juga ingin kembali bersikap no

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status