Share

Chapter 07

"Maaf," ucap Rania tanpa melihat lawan bicaranya. Dia langsung berinisiatif mengambilkan ponsel orang yang dia tabrak untuk dikembalikan kepada pemiliknya.

"Rania?"

Mendengar namanya disebut, Rania pun langsung menoleh, melihat orang yang memanggilnya. Kening Rania mengerut, mencoba mengingat wajah tampan yang ada di hadapannya.

"Kau mengenalku?" tanyanya bingung.

Dia sampai lupa pada niatnya yang ingin mengembalikan ponsel pria tak dikenal yang baru saja dia ambil dari tanah.

Pria tampan itu mengangguk, lalu mengembangkan senyum manis kepada Rania.

"Aku Ken," katanya. Namun, Rania masih belum bisa mengingat siapa pria itu. "Aku Kendrick," ulangnya.

"Kau benar-benar Rania, 'kan?" tanya Kendrick seolah ingin memastikan bahwa dirinya sedang tidak salah orang.

"Ya, aku Rania, tapi maaf aku tidak bisa mengingat siapa kau," ucap Rania menampakkan raut rasa bersalah karena benar-benar tidak mengenali Kendrick.

Seingat Rania, dia tidak memiliki teman pria yang begitu tampan seperti sosok pria yang ada di hadapannya sekarang. Tinggi, putih, rahang tegas, dan hidung yang mancung. Ya, meskipun bagi Rania, tetap Farhan yang paling tampan dan sempurna.

Kendrick merasa sedikit kecewa karena Rania tidak mengenalinya. Namun, perasaan itu tak bertahan lama, dia bisa memahaminya karena memang mereka sudah sangat lama tidak bertemu.

"Tidak masalah kau tidak ingat kepadaku, yang penting aku masih bisa mengenalimu walau kita sudah lama tidak bertemu," tutur Kendrick seraya menampakkan senyum manisnya.

Bukannya tersentuh, Rania justru malah merasa risih dengan sikap Kendrick. Rania enggan menanggapi, dia ingin segera pergi meninggalkan pria aneh itu.

"Ah, ini ponselmu. Sekali lagi aku minta maaf." Rania memberikan benda pipih berwarna hitam kepada pemiliknya. "Maaf, tapi aku sedang buru-buru sekarang," ucap Rania lagi.

Dia langsung pergi tanpa menunggu sahutan dari Kendrick. Rania pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

Sementara itu, Kendrick masih bergeming di tempatnya sambil menatap bayangan Rania yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

"Ken!"

Suara panggilan dari seseorang yang Kendrick kenal berhasil menyadarkannya dari lamunan. Dia menoleh, melihat ke arah orang yang memanggil seraya menepuk bahunya.

"Kau sedang melihat apa?" tanya Arfan.

"Tidak melihat apa-apa," jawab Kendrick seraya tersenyum tipis.

"Ayok masuk, tunanganku sudah menunggu dari tadi," kata Arfan sambil mengajak sahabatnya itu untuk memasuki kafe yang baru saja dikunjungi Rania.

Dua pria itu memasuki kafe bersama-sama. Arfan langsung melambaikan tangan sembari tersenyum ke arah wanita yang sudah menunggunya sedari tadi, lalu berjalan menghampiri.

"Sayang, kenalkan ini temanku, Kendrick. Dia juga bekerja di rumah sakit yang sama denganku." Arfan langsung memperkenalkan Kendrick kepada Lalita, tunangannya.

"Lalita," ucap Lalita memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Kau Lalita sahabatnya Rania?" tebak Kendrick sambil menunjuk Lalita.

Kedua alis wanita itu mengerut sambil mengejapkan mata, lantas dia menarik kembali tangannya yang hendak bersalaman dengan Kendrick. Lalita melirik Arfan dengan tatapan bingung, kemudian kembali melihat Kendrick.

"Kau kenal aku dan Rania?" tanya Lalita ragu-ragu.

Kendrick tersenyum lalu mengangguk mengiakan.

"Aku Ken, kita pernah sekolah dan satu kelas waktu SMA," jelas Kendrick. Dia berharap Lalita dapat mengenalinya.

"Jadi, kalian sudah saling kenal?" Arfan menatap Lalita lalu melihat Kendrick secara bergantian, meminta penjelasan.

"Aku tidak yakin mengenalnya, tapi sepertinya aku tidak asing dengan namamu," tutur Lalita kepada dua pria di hadapannya. Dia masih berusaha mengingat teman-teman SMAnya, berharap bisa menemukan satu nama yang sama dengan nama Kendrick.

"Apa mungkin kau ini Kendrick si cupu itu? Yang dulu memakai kaca mata dan kutu buku?" tanya Lalita memastikan. Dari nada bicaranya, Lalita nampak terkejut melihat perubahan drastis yang terjadi pada Kendrick.

Kalau benar Kendrick yang saat ini ada di hadapannya itu adalah Kendrick si kutu buku, sungguh luar biasa. Temannya itu sudah benar-benar berubah. Penampilannya tidak cupu lagi seperti saat di SMA dulu. Sekarang, Kendrick terlihat sangat tampan dan juga dewasa. Sangat sempurna.

Kendrick tertawa kecil, merasa malu saat mendengar Lalita mengatakan secara gamblang bagaimana julukannya sewaktu SMA.

"Ternyata aku se cupu itu dulu," tuturnya seraya tertawa ringan.

"Ah, jadi benar kau Kendrick yang itu?" Lalita kembali memastikan.

"Ya, aku Kendrick si kutu buku," jawab Kendrick.

"Ya Tuhan, kau sangat berbeda sekarang. Aku sampai tak mengenalimu," ucap Lalita jujur.

Tiga orang itu lalu menempati tempat duduk masing-masing. Sebelum melanjutkan pembicaraan, mereka memesan minuman serta cemilan lebih dulu.

"Aku tidak menyangka ternyata kalian sudah saling kenal," kata Arfan kepada Kendrick dan Lalita.

"Ya, itu semua karena kebetulan kami pernah satu sekolah," jawab Kendrick. Sementara Lalita hanya mengangguk ringan mengbenarkan perkataan teman SMAnya itu.

Beberapa menit setelah memesan, pramusaji kembali untuk mengantarkan pesanan mereka.

"Jadi, Sayang, Kendrick ini ingin kau membantu kakaknya yang ingin bercerai dengan suaminya," ujar Arfan kepada Lalita.

Arfan memulai membuka percakapan, mengutarakan maksudnya membawa Kendrick bertemu Lalita.

"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Lalita.

"Ken, sebaiknya kau saja yang menceritakan semuanya," titah Arfan kepada Kendrick.

Kendrick langsung mengangguk, lalu mulai menceritakan inti permasalahan yang sedang dihadapi oleh kakak kandungnya dengan sang suami yang berselingkuh. Kebetulan sekali Lalita berprofesi sebagai pengacara, atas saran dari Arfan, Kendrick ingin meminta bantuan Lalita untuk mengurus persidangan kakaknya.

Sementara itu, Rania sedang menunggu Farhan datang menjemput. Sesuai janji, suaminya itu akan membawanya menemui Nara, anak dari adik Farhan.

Rania melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia sudah siap pergi, tapi Farhan masih belum juga pulang dari kantornya.

"Kenapa Farhan belum pulang juga? Apa mungkin dia lupa dengan janjinya sendiri?" Rania berbicara sendiri sambil mengambil ponsel di dalam tasnya.

Dia hendak menghubungi suaminya untuk memastikan apakah mereka akan jadi pergi atau tidak. Namun, sampai tiga ketukan, teleponnya masih belum dijawab juga oleh Farhan.

"Aku di sini, Sayang." Suara Farhan mengagetkan Rania.

Pria itu tiba-tiba saja sudah ada di ambang pintu sambil memperlihatkan ponselnya ke arah Rania seraya tersenyum manis. Beberapa detik kemudian, Farhan berjalan mendekati Rania yang masih bergeming di tempatnya.

"Aku pikir kau lupa kita akan pergi menemui Nara, itu sebabnya aku menghubungimu," ucap Rania sembari mematikan sambungan teleponnya.

Dia menurunkan benda pipih itu dari telinganya, lalu tersenyum menyambut sang suami.

"Kapan kau sampai? Kenapa aku tidak mendengar suara mobilmu?" tanya Rania.

"Aku sampai tepat saat kau menghubungiku," jawab Farhan tenang. Dia melihat penampilan Rania yang sudah cantik lalu bertanya, "Sudah siap pergi sekarang?"

Rania langsung mengangguk mengiakan. "Aku sudah siap sedari tadi," jawabnya.

"Apa kau mau minum atau mandi dulu sebelum kita pergi?" tanya Rania.

Farhan menggelengkan kepala, bibirnya melengkung membentuk senyum seraya berjalan semakin mendekati Rania.

"Ingin minum di bibirmu, boleh?" tanya Farhan sambil menatap bibir tipis yang menggoda tanpa berkedip.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status