Beranda / Romansa / Tragedi Cinta Inara / Bab 01 <> Siapa dia?

Share

Tragedi Cinta Inara
Tragedi Cinta Inara
Penulis: Capricornus

Bab 01 <> Siapa dia?

Penulis: Capricornus
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-13 08:51:11

Di RSU Bandung, seorang wanita cantik tampak duduk bersandar pada Bed pasien, ia baru saja selesai meminum obat yang telah menjadi rutinitas kesehariannya. Tanpa banyak bicara wanita itu memejamkan kedua matanya seraya mengangguk saat perawatnya membisikkan sesuatu sebelum pergi.

"Hm," desahnya seraya menghela napas.

Inara Alesha, wanita muda berwajah oval, kedua matanya indah bersinar dengan bulu mata lentik. Memiliki alis panjang dan tebal menghiasi wajahnya, serta bibirnya yang merah merekah memberikan kesan anggun pada senyumnya. Inara merasa jenuh dengan kesehariannya, selama bertahun-tahun wanita itu telah menghabiskan waktunya di rumah sakit.

Semenjak kecelakaan tiga tahun lalu, membuatnya bergelut dengan suasana bising, berbagai keluhan orang-orang sakit dan aroma obat yang sangat menyengat menusuk hidung. Kecelakaan itu pula yang membuatnya kehilangan seluruh ingatannya. Telah bertahun-tahun wanita itu menempati ruangan rumah sakit itu, dan baru hari ini ia akan merasakan sebuah kebebasan, pergi jauh dari ruangan yang mengurungnya selama ini.

'Selama ini aku seperti burung dalam sangkar, yang hanya berkicau tanpa mengepakkan sayap, tapi tidak lama lagi aku akan mengarungi indahnya alam luas,' batinnya.

Inara Alesha, seorang wanita cantik yang ditemukan hampir tewas oleh Kiev Arion sekitar tiga tahun yang lalu, ia terjatuh dari ketinggian seratus meter, di salah satu apartemen di kota itu. Seluruh tubuhnya mengalami luka parah, dan tulang belakangnya hampir patah, akibat benturan yang sangat keras.

Saat itu, Kiev mengira wanita itu telah meninggal, tetapi ketika ia masih merasakan adanya denyut nadi di pergelangan tangan wanita itu, akhirnya ia memutuskan untuk menolongnya dan membawanya kerumah sakit. Namun, Kiev sengaja merahasiakan semua itu dari orang-orang disekitarnya. Sebab ia yakin kecelakaan yang terjadi pada Inara Alesha adalah sebuah konspirasi. Jadi, untuk menyelamatkan nyawanya, Kiev sengaja menyembunyikannya di rumah sakit itu. Ia juga tidak menemukan identitas apapun dari wanita itu, apalagi Inara mengalami amnestic syndrom (Amnesia) akibat benturan keras dikepalanya.

Nama Inara Alesha, adalah satu-satunya nama yang diucapkan wanita cantik itu pasca sadar dari koma selama hampir tiga tahun. Oleh karena itu, Kiev berpikir akan memberinya identitas baru sebagai calon istrinya. Dan itu telah menjadi janjinya pada saat wanita itu sedang sekarat, jika masih diberikan kesempatan untuk hidup, maka Kiev akan menikahinya untuk melindunginya dari kemungkinan bahaya yang akan terjadi suatu saat nanti.

"Selamat pagi, Sayang," bisik Kiev di telinga Inara yang masih memejamkan kedua matanya.

"Kiev, kau disini?" Inara tersenyum setelah membuka kelopak matanya, dan menangkap bayangan seorang pria bertubuh kekar dengan raut wajah yang begitu mempesona sedang berdiri di samping ranjangnya.

Kiev mengamati wajah cantik yang kini lebih bugar dari sebelumnya. Wajah yang telah bertahun-tahun memucat, seakan tanpa darah. Kini, telah kembali merona dalam sebuah peluk asmara kebahagiaan pernikahan mereka esok hari.

"Senyuman yang indah, aku suka." Kiev mendekati wajah Inara, berniat hendak mengecup bibir indahnya yang menggoda.

Sontak Inara menghindar dan meletakkan jari telunjuknya di bibir pria itu seraya berkata, "Belum waktunya, aku mohon bersabarlah."

Kiev tersenyum seraya menarik kembali wajahnya, ia merasa lega karena wanita pilihannya, bukanlah wanita sembarangan. Wanita yang tidak mudah menerima sentuhan dari pria lain. Jika saja Inara adalah wanita murahan, sudah pasti saat ini mereka telah melakukannya.

"Aku hanya mengujimu, apakah kau ini wanita yang mudah disentuh atau tidak." Kiev terkekeh dengan separuh tubuhnya terguncang menahan tawa.

Satu detik kemudian, pria itu berteriak meringis kesakitan, dikarenakan saat ini cubitan halus telah mendarat di lengannya. Serta sorotan mata tajam diberikan oleh Inara kepadanya, seakan siap meruntuhkan langit-langit kamar rumah sakit itu. Pandangannya lebih menyakitkan dari serangan segerombolan gigitan semut sekalipun.

"Rasakan! Dasar, pria penggoda!" Inara memasang wajah cemberut, pertanda ia tidak suka dengan sikap calon suaminya.

Hal itu membuat Kiev menundukkan kepalanya, rasanya ia tidak kuasa jika harus membalas tatapan tajam dari wanita cantik di depannya. Seseorang yang telah berhasil memikat hatinya, meskipun ia sendiri tidak pernah mengetahui, apakah Inara juga mencintainya? Bagi Kiev, yang terpenting adalah mencintai Inara dengan tulus dan akan menanggung semua resiko saat ingatan Inara telah kembali nanti.

Melihat reaksi pria disampingnya, sontak Inara menegakkan tubuhnya dan meraih pipi Kiev dengan puncak hidungnya. Tentu saja hal itu membuat pria itu membulatkan kedua matanya. Ia tidak pernah mengira, akan mendapatkan serangan manis secara tiba-tiba.

"Kau–," ucap Kiev terputus karena sentuhan itu membuatnya kehilangan kata-kata. Beruntung perawat tadi telah pergi dari ruangan itu, dengan membawa sisa obat-obatan yang telah diberikan kepada Inara.

"Ini sebagai ucapan terimakasih untukmu, karena telah merawatku selama ini, jika bukan karena kebaikanmu, pasti aku telah mati." Air matanya mulai berlinang dibalik senyuman membayangkan dirinya tiga tahun lalu.

Kiev meletakkan ujung jarinya pada bibir Inara, berharap wanita itu tidak akan mengatakannya kembali. Pandangan mereka beradu pada satu titik seolah memberikan kekuatan cinta, saling menembus jiwa masing-masing. Membiarkan cinta tetap membara didalam hati.

"Tidak, jangan katakan itu! Aku akan selalu menjagamu hingga akhir hayatku, tapi yang aku khawatirkan adalah, aku takut kau akan meninggalkan diriku saat kau telah mengingat siapa dirimu?" Ekspresi wajah takut kehilangan terpancar dari sorot mata Kiev.

Inara menggenggam tangannya dan berkata, "Aku akan selalu bersamamu, meski apapun yang akan terjadi. Siapa diriku itu tidak penting lagi, mungkin aku tidak diharapkan oleh siapapun didunia ini."

Bulir-bulir bening mulai terjatuh dari kelopak matanya yang berkaca-kaca, dadanya terasa sesak karena selama dirawat tidak satu pun orang di dunia ini yang mencari keberadaannya. Ia memang mengalami amnesia, tetapi setidaknya ada seseorang yang membantu mengingatkan masa lalunya. Seringkali Inara melihat para pasien yang dikelilingi oleh keluarganya, memberikan dukungan dan semangat agar segera sembuh. Akan tetapi, tidak dengan Inara, Ia hanya seorang diri dan itu sangatlah menyakitkan.

"Aku adalah satu-satunya orang yang menginginkanmu untuk selalu bersamaku, bahkan saat kita menikah nanti aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu," ucap Kiev berjanji, berusaha menghibur kekasihnya.

Mendengar perkataan dari calon suaminya membuat Inara terharu, rasanya ia tidak akan pernah mendapatkan cinta yang lebih besar dari cinta seorang Kiev kepadanya. Cinta yang memberinya sebuah nyawa kedua dan kehidupan baru. Sebuah kehidupan yang di penuhi oleh cinta tanpa hadirnya airmata. Mereka saling berpelukan dengan penuh cinta, seolah saling memberikan kekuatan untuk menjalani lika-liku kehidupan.

Setelah selesai mengurus seluruh administrasi rumah sakit, Kiev menggandeng tangan Inara dengan hangat. Tangan yang selama ini terkulai tak berdaya, kini telah mampu membalas genggaman tangannya. Kiev membukakan pintu mobil untuk Inara agar wanita itu dengan mudah masuk kedalamnya. Inara menebar senyuman yang begitu mempesona, ia merasa

sangat istimewa di mata Kiev.

"Sayang, ada seseorang yang ingin berkenalan denganmu," ucap Kiev kemudian setelah mereka duduk di dalam mobil, membuat Inara mengerutkan keningnya seraya menatap manik mata Kiev dengan tajam.

"Siapa dia, sepertinya orang yang cukup special?" tanya Inara ingin tahu, siapa sebenarnya yang akan diperkenalkan dengan dirinya.

"Ikutlah denganku, dan kau akan tahu sendiri nanti." Kiev menghidupkan mesin mobilnya lalu melajukannya dengan hati-hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Lintang berseri
semangat ka, karya yang keren
goodnovel comment avatar
Syavininaz
wow keren semakin pintar author satu ini merangkai kata-kata semangat ya
goodnovel comment avatar
Irma Fauziah
bab awal sudah terpikat ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 13 <> Asal-usul Kiev

    Seketika wajah Amee berubah muram, permintaan Inara serasa membakar indera pendengarannya. Bagaimana mungkin dirinya dapat memenuhi harapan itu, jika selama ini Agam tidak pernah menginginkan anak darinya. Amee hanyalah sebuah pelampiasan semata bagi Agam. Selama ini, selama pernikahan mereka, tidak pernah sekalipun Agam benar-benar mencintai dirinya. Pria itu datang disaat membutuhkannya saja, kemudian pergi tanpa berbasa-basi. Sejak pertama kali mereka berhubungan badan hingga saat ini, tidak pernah sekalipun Agam membiarkan benih-benihnya bersemi dalam rahim Amee, meski sebenarnya wanita ini sangat menginginkannya. Inara berusaha memahami isi hati Amee, jujur, ia merasa sangat prihatin pada wanita yang kini sedang berdiri mematung di depannya. Terbayang dalam benak Inara, betapa letih dan kecewanya bercinta sebelah tangan. Cinta yang tidak pernah berbalas tentu akan sangat menyakitkan. Terbersit sebuah getaran dalam hati Inara, betapa besarnya cinta Agam untuknya sehingga pria i

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 12 <> Tipu muslihat

    "Ma …! Mama …!" panggil tuan Zerga.Pria paruh baya itu menuruni anak tangga, dengan pandangan mengelilingi sekitarnya menembus gelapnya suasana. Langkah kakinya terdengar lembut di telinga Inara, berharap dapat mengalihkan perhatian Mang Ali dan Nyonya Anny. Inara yang merasa hidupnya terancam, perlahan mundur dengan posisi merangkak menuju tempat yang lebih gelap. Seketika Mang Ali dan Nyonya Anny panik, melarikan diri dan bersembunyi tidak mungkin mereka lakukan, pintu keluar terlampau jauh dibelakang. Sontak Nyonya Anny meraih sebuah silet yang kebetulan ada dalam sakunya, dengan sekali sayat, ia telah berhasil melukai sebelah pipinya. Kemudian menjatuhkan dirinya di atas lantai dan berpura-pura tak sadarkan diri. Tentu saja Mang Ali pun segera mengambil peran, tanpa kekurangan akal ia meninju wajahnya sendiri hingga babak belur dan pura-pura berteriak meminta tolong. Mang Ali mengguncang-guncang tubuh Nyonya Anny dengan suara penuh iba. Seakan-akan peristiwa mengerikan baru saj

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 11 <> Tegang

    Di dalam ruangan yang gelap, kurang lebih hanya berukuran dua meter persegi. Kiev duduk seorang diri, hanya seberkas cahaya remang dan bau apek bantal yang menemani kesendiriannya. Kerasnya kasur dan kasarnya selimut menyentuh kulitnya dengan akrab. Kiev yang saat ini sedang fokus mengotak-atik ponselnya, tanpa menghiraukan suara jangkrik di sudut kamar itu seolah sedang ingin bercerita padanya. Berkali-kali pria itu menarik napas kemudian membuangnya dengan kasar. Hatinya yang kesepian, seakan-akan tidak bisa menerima kenyataan. Dirinya dan Inara yang harus terpisah, akibat ulah sahabatnya sendiri yang kini telah resmi menjadi musuhnya. Bendera permusuhan telah berkibar dengan gagah di dalam relung jiwanya. "Kau boleh membenciku, Anny! Tapi ingat, harus selalu kau ingat, darahku mengalir pada tubuh putra kita!" Sayup-sayup terdengar suara Mang Ali di kejauhan, pria paruh baya itu sepertinya sedang marah pada lawan bicaranya di seberang. Ponsel yang ia tempelkan di telinganya, men

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 10 <> Di penjara

    "Berhenti bergerak, dan lepaskan dia!" Sebuah suara penuh ketegasan terdengar dari arah belakang Elya, suara yang begitu mengejutkan seorang Elya Farzana hingga mengurungkan niatnya mendorong Inara. Ia memutar bola matanya ke seluruh tempat, berharap menemukan celah agar bisa menghindari beberapa polisi yang sedang berdiri tegap, bersiap meringkus dirinya. Secara tiba-tiba Elya menarik tubuh Inara yang masih berada dalam kukungannya, dengan posisi tubuh Inara berada di depannya, ia membalikkan badan menghadap para polisi itu. Pisau belati membentang tepat di depan leher Inara, cahayanya yang mengkilat di bawah terpaan sinar mentari menyilaukan indera penglihatan. Kedua mata Inara menatap pisau belati itu dengan penuh kepanikan, sedemikian dekatnya sehingga sedikit saja ia bergerak, maka dapat dipastikan pisau itu akan segera menusuk rongga tenggorokannya. Elya Farzana tidak segan-segan menggertak polisi ketika mereka hendak bergerak maju. Sebelah tangannya pun tanpa henti menodongka

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 09 <> Kejahatan

    Entah karena Inara yang terlalu ingin melihat detik-detik kematian suaminya, ataukah Agam yang terlalu terbuai dengan bujuk rayu istrinya, hingga mereka tidak menyadari akan kehadiran seorang OB yang memasuki ruangan itu. Baru mereka tersadar ketika sendok yang hampir memasuki rongga mulut Agam, terjatuh bersamaan dengan jatuhnya rantang makanan dari tangan Inara. Sontak saja keduanya terkejut dan sama-sama memandang OB itu dengan berang. "Sialan! Beraninya kau berbuat kurang ajar padaku!" sentak Agam dengan murka. Wajah pria itu merah padam menatap tajam pada OB tersebut. Pria sederhana itupun menundukkan kepala dengan penuh hormat, berkali-kali meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Namun, tidak pernah mereka sadari dendam yang tersembunyi didalam hati pria OB tersebut. Beruntunglah Agam, karena atas perbuatan si OB, ia berhasil lolos dari maut yang tak disadarinya. Nasi dan lauk beracun itu kini telah berserakan di atas lantai, terpisah dari rantangnya. Atas permintaan

  • Tragedi Cinta Inara   Bab 08 <> Rencana meracuni Agam

    "Lihatlah, asap yang mengepul itu!" Agam mengangkat sebelah tangannya kedepan. Tampak kepulan asap dengan bau yang menyengat berasal dari aroma daging panggang menusuk tajam ke dalam indera penciuman. Kembali Inara mempercepat langkahnya yang terseret, ketika tangannya ditarik dengan keras oleh Agam. Kakinya yang putih bersih melangkah melewati batu kerikil yang berdebu hingga separuh kakinya diselimuti debu jalanan yang kotor. Seonggok daging yang telah hangus terbakar, menjadi sumber asalnya bau menyengat itu. Inara menatap heran seraya melemparkan pandangannya ke sekeliling. Ia merasa tidak asing lagi dengan tempat itu, tetapi ia juga merasa ada yang berbeda. Namun, saat pandanganya melihat jelas rel kereta api yang hampir membuat nyawanya melayang, ia teringat akan peristiwa penyerangan Kiev yang dilakukan semalam. "Kau tahu daging yang hangus terbakar itu?" Agam bertanya dengan menatap intens ke arah wanita cantik di sampingnya, yang kemudian mendapatkan gelengan kepala sebaga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status