แชร์

Bab 38 Bab. Luka yang Tak Terlihat

ผู้เขียน: Liazta
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-12 20:20:54

Alvaro berdiri terpaku di taman rumah sakit, memandangi punggung Amora yang perlahan menjauh. Langkah wanita itu tampak goyah, tubuhnya begitu ringkih seakan tinggal tulang dibalut kulit. Namun sorot matanya, meski terselubung luka, tetap memancarkan semangat hidup yang menyala. Mata itu belum menyerah, belum padam, dan justru menyiratkan tekad yang tidak biasa.

Alvaro mengepalkan tangan. Peristiwa tadi, ketika keluarga Randy memaki Amora, menyerangnya dengan kata-kata yang lebih tajam dari pisau di hadapan banyak orang, membuat dadanya sesak oleh amarah. Ya, Amora memang dulunya hanya pembantu di kediaman Sanjaya. Tapi tidak satu pun dari mereka berhak menginjak harga dirinya. Tidak seperti itu. Tidak di depan umum.

Dan kenapa dia, Alvaro, yang selama ini tidak ingin terlibat, justru maju untuk melindungi wanita itu?

Dia tahu jawabannya.

"Karena dia sahabat ku, Daddy."

Ucapan polos Zolin beberapa hari lalu kembali terngiang. Bagi Alvaro, siapa pun yang dianggap teman oleh Zolin, lay
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 137

    Pintu diskotik kembali terbuka lebar, angin malam menyelinap masuk bersamaan dengan sosok pria bertubuh tinggi dengan wajah penuh amarah.Langkahnya cepat dan tegas. Matanya liar menyapu setiap sudut lantai dansa, mengabaikan lampu kelap-kelip dan dentuman musik memekakkan telinga. Beberapa orang menoleh padanya karena aura gelap yang memancar dari raut wajahnya.Dia sedang murka.Bukan murka biasa, .ini adalah kemarahan seorang pria yang merasa dihina di depan umum, dikhianati oleh istri yang harusnya menjaga anak mereka.Tak butuh waktu lama...Matanya menemukan Miranda.Wanita itu tengah tertawa lepas di tengah lantai dansa, menari dengan seorang pria muda seperti tak punya beban hidup. Tangannya memegang gelas cocktail setengah isi, pinggulnya bergoyang tanpa dosa.Tangan pria itu dengan berani menyentuh dadanya yang keluar setengah, dari baju yang dia pakai. Miranda tidak merasa risih sedikitpun. Bahkan ia sedikit menjerit dan kemudian tertawa ketika pria itu meremas pepayanya.

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 136

    Lampu-lampu neon menyala temaram di dalam diskotik mahal di kawasan elit Jakarta. Musik dentum EDM menghentak-hentak memecah malam, dan para pengunjung tampak larut dalam hingar bingar dunia semu. Di tengah kerumunan itu, muncullah sosok wanita berpakaian mencolok, dengan rok mini bawah mengembang dan crop top yang seolah menegaskan bahwa dia bukan tipe istri rumahan biasa.Itulah Miranda.Perempuan yang sialnya telah sah menjadi istri Randy Sanjaya.Kehamilannya sebenarnya sudah bulan ke sembilan. Bahkan dokter mengatakan bahwa kelahiran anaknya, hanya tinggal menunggu hari. Tapi ia menyiasatinya dengan busana yang "cerdik." Rok mengembang yang menyamarkan perutnya, dan outer panjang yang terus ia mainkan untuk menutup bagian depan tubuhnya. Sepintas, siapa pun akan mengira Miranda hanya seorang sosialita muda yang lagi doyan pesta. Tak ada satu pun yang menyadari bahwa di balik tubuh ramping itu, ia tengah mengandung buah hasil hubungan terlarang.Bibir Miranda tersenyum miring saat

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 135

    Randy menghubungi art yang bekerja di kediaman Sanjaya. Dia meminta beberapa barang untuk diantarkan ke rumah sakit. Randy juga meminta kepada art-nya untuk membawakan makan siang dan juga makan malam untuk dirinya dan juga sang Ibu. Karena mereka sudah sangat merindukan rasa masakan rumah. Hanya menunggu sekitar enam puluh menit, art sudah datang membawa tas pakai, beserta makanan yang diinginkan Randy.Wanita berusia 40 tahun itu menata makanan lezat tersebut di atas meja. Dan kemudian memasukkan pakaian-pakaian yang telah dibawanya ke dalam lemari. "Tuan muda," panggil wanita itu.Randy memandang art-nya yang sudah bekerja cukup lama di kediaman Sanjaya. "Ya ada apa Mbak Mel?" Wanita itu tidak langsung menjawab. Dia berusaha untuk menarik nafas terlebih dahulu dan kemudian barulah memulai perkataannya. “Maaf... Tuan Randy,” suara si ART tercekat. “Bu Miranda... mengamuk di rumah. Ia... menghancurkan barang-barang mahal yang nyonya beli. Bukan hanya itu, nyonya Miranda juga mena

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 134

    “Amora… Tante tahu kamu besar di panti asuhan. Tapi cerita barusan… itu kejadian di panti, ya?” tanya Yurika dengan lembut.Amora tersenyum tipis dan menggeleng pelan.“Bukan, Tante. Itu waktu aku hamil tujuh bulan… Saat tinggal sendirian.”Ruangan mendadak hening.Alvaro menghentikan sendoknya di udara, tatapannya terpaku pada Amora. Sementara Zolin memandang polos ke arah ibu asuhnya, seolah mencoba memahami satu per satu kalimat yang baru saja diucapkan.“Gimana ceritanya?” tanya Yurika pelan. Ia sangat penasaran dan ingin mendengar cerita Amora.Amora menarik napas, lalu mulai bercerita dengan nada tenang, seolah sedang mengisahkan sesuatu yang tak menyakitkan lagi.“Waktu itu Mora tinggal di rumah kontrakan kecil. Letaknya jauh dari mana-mana, tersembunyi di belakang pabrik tua yang sudah tak beroperasi. Tapi anehnya, tiap malam selalu ada bau menyengat dari arah pabrik itu. Kata warga sekitar, dulunya pabrik itu memproduksi gula.”Ia berhenti sejenak, menatap jauh seolah kembali

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 123

    Beberapa menit setelah Miranda keluar dari kamar Dewi...Langkahnya memburu, tubuhnya gemetar menahan ledakan emosi. Napasnya naik-turun tak beraturan. Suara sepatu hak tingginya menghentak keras lantai koridor rumah sakit, menggemakan denting kemarahan yang tak bisa ia sembunyikan. Perut besarnya tak menghalanginya untuk tetap tampil anggun—setidaknya di mata orang lain. Tapi di dalam dirinya, Miranda sedang sekarat oleh rasa malu.Pandangan orang-orang yang berseliweran di lorong rumah sakit terasa menusuk bagai pisau tajam. Ia bisa merasakan bagaimana mereka menggosipkan dirinya. Semua yang terjadi di ruangan tadi, penolakan Yurika, ucapan dingin Alvaro, penghinaan halus yang menyayat, semuanya membekas seperti luka bakar di hatinya.Dengan tangan yang masih gemetar, ia membuka pintu mobil dan masuk ke belakang kemudi. Bukannya langsung melaju, Miranda terdiam. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. Tapi sia-sia. Suara-suara di kepalanya terus berteriak

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 122

    Sementara itu, Yurika hanya tersenyum miring. Baginya, Miranda hanyalah salah satu dari sekian banyak wajah penjilat yang sudah terlalu sering ia temui. Ia tak terpengaruh sedikit pun oleh kata-kata manis itu.“Bagaimana kondisimu?” tanya Yurika, duduk di sisi tempat tidur sahabatnya. Tatapannya mengandung iba saat menatap wajah Dewi yang pucat.Meskipun Yurika kurang suka melihat sifat Dewi yang sombong dan angkuh, namun melihat kondisi temannya yang seperti ini, membuat ia merasa kasihan.Dewi mencoba tersenyum, meskipun tubuhnya terasa sangat sakit dan kepalanya masih berdenyut hebat.“Rasanya... sakit sekali,” bisiknya lirih.“Bagaimana ceritanya kamu bisa ditabrak mobil?” Ini bukan pertama kalinya Yurika menanyakan pertanyaan itu. Namun tak satu pun dari orang yang memberi kabar mampu memberikan jawaban yang masuk akal.Dewi tersenyum samar, lalu menjawab, “Aku nggak hati-hati. Nggak lihat ada mobil melintas.”Ia tak mungkin menceritakan soal pertengkaran dengan Randy. Hubungan r

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status