Share

18. Ruy Forest and Big Gui

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 19:44:22

"Ge ponselmu berdering," ujar Yukine ketika mereka sampai diparkiran.

Tautan tangan mereka akhirnya terlepas dan itu membuat Yukine merasa lega karena sejak tadi ingin melepaskannya namun tidak berani. Ponselnya ada di dalam saku jas tentunya Yukine mengambilnya dan melihat nama Beru di sana.

"Siapa?" tanya Balryu.

Yukine tidak menjawab namun menyerahkannya ponsel itu ke pemiliknya tapi ketika melihat nama itu Balryu enggan untuk menjawab dan malah pergi masuk ke dalam mobil. Yukine bingung mengapa Balryu mengabaikan panggilan dari orang bernama Beru itu.

"Abaikan saja," ujar Balryu ketika panggilan itu datang lagi.

"Mungkin saja penting, dia telfon terus menerus," Yukine masih tidak enak hati mengabaikan panggilan dari seseorang.

"Apanya yang penting kami baru saja bertemu."

"Memangnya siapa dia?"

"Atasan."

"Kan masih berani tidak angkat teleponnya? Oh aku lupa dia juga temanmu."

Mobil itu perlahan meninggalkan tempatnya dan Yukine baru menyadari jika tempat itu cukup penuh pastinya akan sulit untuk mencari parkir yang nyaman dan Balryu mendapatnya dengan mudah namun tiba-tiba Yukine teringat jika posisi mobil itu tidak berubah sejak mereka datang dan juga Balryu bisa datang dan menemukannya dengan cepat di tempat itu.

"Gege tidak pergi setelah mengantarku tadi?"

"Aku pergi," jawab Balryu entang.

"Kemana?"

"Acara kantor."

"Tempatnya?"

"Di dalam juga."

"Cihh ...," Yukine tidak tahu harus berpendapat seperti apa pada saudara laki-lakinya ini. Lain kali Yukine harus menanyakan semua hal dengan jelas jika tidak hal seperti ini akan terjadi lagi. Kepribadian yang tidak banyak bicara dan tidak terbuka membuat Yukine harus pandai-pandai berurusan dengan laki-laki ini agar tidak ada kesalahpahaman yang tidak diinginkan.

Sesampainya di rumah Yukine langsung mengganti pakaiannya dan membuka game onlinenya lagi bermain 30 manit nyatanya belum memuaskannya nampaknya game ini sudah membuatnya kecanduan. Baru saja masuk sudah ada pesan masuk dan itu dari Big Gui dan lebih anehnya pesan itu hanya berisikan titik tiga.

" ... "

"Apa?" Yukine tidak mengerti dengan pertamanya yang aneh ini.

"Naik level bersama."

"Sekarang sudah bisa?"

"Emm."

"Kemana tadi, sibuk?"

"Menjemput seseorang?"

"Kekasihmu?"

"Tuan putriku."

Yukine tidak ingin mengurusi kehidupan real life seseorang karena dirinya juga tidak menyukai jika ada orang yang baru dikenalnya bertanya begitu banyak tentang kehidupannya.

Ruy Forest dan Big Gui di level yang sama jadi mudah untuk menaikkan level juga pembagian bonus, Ruy Forest berupa devil auranya hitam dengan sayap hitam pula hanya ada sedikit bagian ungu gelap di beberapa bagian tubuhnya, auranya benar-benar gelap dan suram. Sebenarnya tentang penampilan itu dapat di atur pilihan Yukine memang seperti ini devil berambut panjang dengan pakaian compang-camping membawa tongkat kematian yang siap membunuh siapapun yang ditemuinya.

Big Gui ras siluman bahkan ras siluman masih terbagi menjadi beberapa sedangkan milik Big Gui adalah siluman beruang kutub, tubuh kekar seorang pria dengan kepala beruang kutub berwarna putih hanya mengenakan celana tanpa atasan hingga sixpack yang dimilikinya terpampang nyata.

"Mau kemana kita sekarang?" tanya Ruy Forest ketika berada di padang safana dekat dengan menara teleportasi kemana saja.

"Aku dengar ada namanya lembah larva, tidak banyak orang ke sana karena tempatnya yang berbahaya jadi kita tidak berebut dengan orang lain untuk mengambil manfaat dan banyak item yang belum ditemukan di sana."

"Ide bagus, ayo ...."

Satunya lagi terbang satunya lagi berlari dengan cepat ke menara teleportasi dan mereka memilih lembah larva untuk petualangan pertama mereka. Baru juga sampai dan berjalan beberapa langkah di tempat yang hanya ada batu dan larva yang menyala itu mereka langsung disuguhi pemandangan yang menakjubkan namun juga menyeramkan.

"Hati-hati banyak mahluk yang hidup di dalam larva," Big Gui memperingatkan.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Jika mahluk itu tidak tinggal di dalam larva lalu dimana lagi?" Big Gui malah balik bertanya.

Ketika mereka masih sibuk saling bertukar pesan sebuah semburan api keluar dari larva dan membuat mereka langsung kehilangan banyak darah dan jika mendapatkan satu serangan saja pasti akan mati.

"Sepertinya kita belum siap datang kemari," ujar Ruy Forest dan di iyakan oleh Big Gui.

Baru saja mereka memutuskan untuk pergi suara raungan memekikkan telinga menyapa mereka. Ternyata itu adalah monster anjing berkepala dua yang menyemburkan api.

"Sepertinya kita tidak diijinkan pulang dengan cepat."

"Ku rasa juga seperti itu," jawab Ruy Forest.

Ruy Forest tipe petarung jarak jauh sedangkan Big Gui sedikit tidak diuntungkan karena dia petarung jarak dekat. Ruy Forest hanya seorang pemula dan baru terjun ke dunia game online tiga hari lalu benar-benar seorang pemula kecepatan tangan dan refleknya sungguh menyedihkan sedangkan Big Gui tidak diuntungkan oleh medan meskipun bukan pemula tapi tak dapat dipungkiri jika mereka babak belur bersama hanya dalam hitungan detik.

Keduanya mati dan di teleportasi dengan paksa kembali ketempat semula. Yukine yang sedang memegang ponselnya di kamar malah tertawa terbahak-bahak melihat karakternya mati secara mengenaskan yang lebih buruknya lagi mereka turun level.

"Sepertinya kita perlu berburu monster-monster kecil untuk memulihkan kondisi kita sekarang."

"Kamu benar, ayo aku tahu tempat yang bagus," Big Gui langsung bangkit dan berjalan tidak jauh tempat mereka di buang dan menemukan beberapa monster jelly yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan dan mereka hanya perlu menghancurkan mereka sebanyak mungkin.

Mereka berburu monster kecil selama satu jam dan baru bisa kembali ke keadaan mereka semula.

"Aku lelah, aku akan offline."

"Ok."

Yukine menyudahi permainannya dan langsung tertidur, hari esok masih banyak hal yang harus dilakukannya jika dirinya terus terlena dalam dunia game online lalu bagaimana dengan dengan kehidupannya yang masih banyak menunggunya untuk bertindak.

Keesokannya Yukine pergi ke universitas bersama dengan Balryu seperti biasa namun baru pagi ini Balryu berinisiatif bertanya lebih dahulu.

"Bagaimana gamenya?"

"Emm bagus."

"Kamu menikmatinya."

"Lumayan menyita waktu istirahat ku."

"Jangan sering begadang untuk bermain."

"Siap."

Yukine melakukan rutinitasnya melambaikan tangan kepada Balryu ketika berpisah dan baru saja akan masuk seseorang menepuk pundaknya sambil memanggil namanya.

"Fe Fei," seru laki-laki itu.

Sontak Yukine terkejut mendengar suara seorang laki-laki dan menyentuh pundaknya dengan tiba-tiba reflek Yukine langsung meraih tangan itu memutarnya sampai pemilik tangan meraung kesakitan.

Yukine baru melepaskannya ketika melihat wajah pemilik tangan ternyata itu adalah Kun.

"Oh maafkan aku," ucap Yukine penuh penyesalan.

"Tidak, aku yang salah tidak seharusnya aku mengagetkanmu itu reflek yang bagus."

"Aku tidak tahu jika itu kamu."

"Tolong hafalkan suaraku agar aku tidak menderita lagi."

"Sungguh aku minta maaf."

"Tidak masalah ini tidak begitu sakit."

"Pagi," sapa Damar yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Pagi."

"Pagi."

Kun dan Yukine menjawab bersamaan yang membuat keduanya malah tertawa karena reflek mereka yang menjawab sapaan orang.

Damar merangkul pundak Kun seraya berkata, "Aku ingin tahu kemana kamu perginya tadi malam bagaimana kamu begitu cepat meninggalkan acaraku?"

"Aku ada hal yang harus aku lakukan," jawab Kun yang merasa bingung dengan keakraban Damar yang tiba-tiba karena sebelumnya mereka hanya saling kenal tidak akrab seperti ini.

Damar terus bicara sambil berjalan dan tentunya Kun ikut berjalan bersama meningkatkan Yukine yang hanya terus memandangi mereka kemudian mengambil jalan yang lain menuju tempatnya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   23. Hamparan perkebunan kopi

    Yukine melihat pemandangan keluar jendela, dataran rendah yang penuh dengan titik-titik berwarna-warni itu adalah atap rumah penduduk dan di sampingnya pengunungan hijau yang menyegarkan mata. Mobil itu sudah melaju selama dua jam penuh dengan kecepatan 60 km. Jalanan yang dilalui dari yang ramai berbagai macam jenis kendaraan ada, sampai keluar jalur utama ke jalan yang lebih kecil tidak ada bus-bus besar yang ada truk membawa muatan material sampai di titik ini mobil hanya dapat dihitung dengan jari yang lebih banyak di dominasi oleh motor di modif untuk menyelesaikan medan yang naik turun."Sebentar lagi kita sampai," ucap Xiyun pada putrinya yang sedari tadi hanya terus melihat ke luar jendela. "Udaranya sudah mulai dingin," imbuhnya."Ini sangat sejuk sepetinya aku akan betah tinggal di sini," sahut Yukine tanpa menoleh pada ibunya.Gadis itu tidak tahu jika ibunya memandanginya dengan tatapan berbeda bukan tanpa alasan Xiyun terpana untuk kesekian kalinya, Xiyun masih ingat san

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   22. Bersikaplah bodoh

    Meskipun Yukine sadar jika Kun sedang menatapnya namun Yukine masih tidak mengangkat pandangannya dari makanan di depannya baru setelah Kun tersenyum tipis Yukine melihat ke arahnya."Aku seperti melihat kekasihku," ucap Khia Na pelan sambil melihat ke arah lain. "Tunggu sebentar," seru Khia Na sambil bangkit.Yukine dan Kun juga melihat kemana Khia Na memandang, ada 4 laki-laki yang akan keluar dari tempat itu dan Khia Na mengangkat tangannya untuk menyapanya, laki-laki yang menjadi kekasihnya datang menghampiri setelah melihat Khia Na ada di sana."Kamu di sini," ujarnya dingin dan Khia Na menjawabnya dengan anggukan penuh antusias."Kenalkan ini Iwan," ujar Khia Na memperkenalkan kekasihnya pada Yukine dan Kun."Bukankah ini Fe Fei?" Iwan nampak ragu namun masih mengenali Yukine."Iya dia Fe Fei. Kamu sudah akan pergi?""Ya.""Aku juga sudah selesai bisakah aku pulang bersamamu?" "Tidak bisa, kamu pulang sendiri saja lagi pulang aku bersama teman-teman ku kami masih akan pergi ke

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   21. Buket bunga

    Yukine menatap pemuda di depannya yang membawa sebuah buket bunga di tangannya, senyumnya sungguh cerah menunggu Yukine menerima buket dengan begitu banyak macam bunga di dalamnya."Kamu menerima bunga dari Kun tapi tidak mau menerima bunga dariku?" tanya Damar."Aku tahu jelas motif Kun namun aku masih bertanya-tanya motif apa yang kamu gunakan?""Emm ...," Damar berpikir sejenak kemudian kembali tersenyum cerah kembali. "Saat aku lewat toko bunga pagi ini aku teringat padamu yang suka mencicipi berbagai macam jenis bunga kebetulan buket ini berisikan beberapa macam jenis bunga impor mungkin rasanya akan sedikit berbeda daripada jenis bunga-bunga yang pernah kamu cicipi," ucap Damar penuh percaya diri.Alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh Yukine hanya saja rasanya kurang nyaman menerima bunga dari seorang pemuda bernama Damar ini. Damar cukup terkenal dikalangan wanita karena wajahnya yang rupawan dan dompetnya juga lumayan memanjakan, itu yang Yukine dengan dari teman-tema

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   20. Rute yang sama

    Yukine tidak menyangka jika masakan mantan tetangganya ini ternyata begitu cocok di lidahnya, Yukine bangkit untuk membayar makanannya menemui wanita itu yang hanya tinggal sendirian sedangkan perempuan bernama Rayi itu entah kemana perginya."Buk aku ingin membayar," ujar Yukine berdiri di depan etalase yang memisahkan mereka.Wanita itu menyebutkan harganya dan Yukine membayarnya dan bermaksud untuk membungkus untuk dibawa pulang hanya saja udang besar dan manis yang sama seperti yang dimakannya sudah habis."Aku bayar sekarang dan aku akan mengambilnya besok apakah bisa?""Bisa," jawab wanita itu cukup senang karena Yukine membeli untuk 4 porsi sekaligus."Masakan ibuk sangat enak.""Terimakasih," jawab wanita itu dengan senyuman cerah."Sepertinya rumah makan ini aku belum pernah melihatnya sebelumnya apakah masih belum lama buka?" Yukine bertanya seolah-olah Yukine cukup mengenal daerah sini padahal ini adalah kali pertamanya Yukine melintas di daerah ini. Di lihat dari perabotan

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   19. Bunga dari tanaman liar

    Langkah Yukine menyusuri trotoar yang berantakan karena ulah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab namun itu tidak menyurutkan niatnya untuk berjalan, entah mengapa hari ini dirinya ingin berjalan kaki ketika pulang. Yukine tidak melewati jalan besar malah memilih jalan gang yang mempersingkat waktu juga bisa melihat sisi lain kota baru yang telah ditempati ini.Yukine rindu ketika dulu lebih banyak berjalan kaki daripada naik kendaraan, ketenangan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di pinggir jalan di antara semak-semak terdengar suara anak kucing dengan suara lemah. Yukine mencari-cari asal suara itu dan mendapati ada anak kucing melihatnya dengan matanya yang mengundang simpati."Apa yang kamu lakukan di sini sendiri?" tanya Yukine pada kucing berwarna abu-abu itu. Kucing itu terus memandanginya dan tanpa terasa tangannya terulur membawa anak kucing yang sangat kurus itu."Apa kamu lapar? Tapi aku tidak punya makanan."Yukine melihat sekeliling tidak banyak oran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   18. Ruy Forest and Big Gui

    "Ge ponselmu berdering," ujar Yukine ketika mereka sampai diparkiran.Tautan tangan mereka akhirnya terlepas dan itu membuat Yukine merasa lega karena sejak tadi ingin melepaskannya namun tidak berani. Ponselnya ada di dalam saku jas tentunya Yukine mengambilnya dan melihat nama Beru di sana."Siapa?" tanya Balryu.Yukine tidak menjawab namun menyerahkannya ponsel itu ke pemiliknya tapi ketika melihat nama itu Balryu enggan untuk menjawab dan malah pergi masuk ke dalam mobil. Yukine bingung mengapa Balryu mengabaikan panggilan dari orang bernama Beru itu."Abaikan saja," ujar Balryu ketika panggilan itu datang lagi."Mungkin saja penting, dia telfon terus menerus," Yukine masih tidak enak hati mengabaikan panggilan dari seseorang."Apanya yang penting kami baru saja bertemu.""Memangnya siapa dia?""Atasan.""Kan masih berani tidak angkat teleponnya? Oh aku lupa dia juga temanmu."Mobil itu perlahan meninggalkan tempatnya dan Yukine baru menyadari jika tempat itu cukup penuh pastinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status