Share

2. Aku dijual

Author: Qima
last update Huling Na-update: 2025-03-12 05:41:29

Gadis itu menyerang membabi-buta kepada laki-laki yang terus berusaha menyentuhnya, Yukine merasa mual melihat cara Alga memandanginya dan tangannya terus berusaha untuk meraih tubuhnya. Bagaimanapun mereka masih memiliki hubungan darah meskipun jauh, lalu bagaimana otak rusaknya bisa berpikir demikian.

"Itu tidak akan sakit jangan melawan, aku akan pelan-pelan," bujuk Alga sambil tersenyum menyeringai lebar.

"Persetan!" pekik Yukine.

Gadis itu ingin berteriak minta tolong, dia sedang ingin melarikan diri dari tempat terkutuk ini, tapi juga dia mengetahui meskipun berteriak tidak seorangpun akan menolongnya, saat ini tidak ada pilihan lain selain mengandalkan kekuatan dirinya sendiri untuk melawan sepupunya itu.

"Kenapa kamu terus mendekap tas ini?" tanya Alga sambil berusaha mengambil tas berisikan dokumen penting dan pakaian Yukine. Barang-barang itu sangat penting tapi nyawanya juga lebih penting, sejak tadi ruang geraknya kurang bebas karena menganggap isi tas itu sangat berharga.

Tampaknya Alga semakin bersemangat melihat Yukine yang terus berusaha melawan dan tanpa ragu melayangkan sebuah pukulan tepat di pipi kirinya yang membuat pandangan Yukine seketika kabur dan kepalanya terasa kosong.

"Jadilah baik," gumam Alga sambil mengambil tas di dekapan Yukine dan melemparkannya sembarangan. 

Yukine masih berusaha mensetabilkan dirinya sendiri yang sudah goyah.

Alga meraih rahang gadis itu hanya dengan satu tangan kemudian mendekatkan wajahnya sendiri sambil berseru. "Jika sejak awal kamu patuh, aku pasti akan bersikap lembut." Kata-kata manis itu terasa menjijikan untuk Yukine dan langsung membalasnya dengan meludahinya tepat di wajah Alga, dan tamparan keras langsung menghujani Yukine hingga tubuh gadis kurus itu tidak mampu menahannya lagi.

"Kamu sendiri yang memilih untuk aku berlaku kasar!" umpat Alga dengan marah dan tangannya sibuk menganiaya gadis tidak berdaya itu.

Hanya dengan satu tarikan, pakaian yang dikenakan oleh Yukine terkoyak. Meskipun kesadarannya mulai kabur, tapi nalurinya masih berusaha mempertahankan diri sambil bergumam tidak jelas.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara itu menggelegar memenuhi ruangan yang sudah berantakan itu.

Dewi kematian berdiri di depan pintu sambil melotot ke arah mereka, Yukine melihat sosok itu baru kali ini merasa jika kehadirannya sangat dinantikannya.

"Ibu ...?" Alga dengan cepat menjauh dari Yukine yang ada di bawahnya dan merapikan dirinya sendiri meski tidak membantu apa pun. "Dia ... dia, dia yang memulainya," ujar Alga sambil menunjuk ke arah Yukine dengan terbata-bata. 

Wanita bernama Maina itu langsung melotot ke arah Yukine yang sudah terkapar di lantai dengan segala keadaannya yang memperihatinkan. Yukine berusaha untuk menyangkalnya, tapi jangankan untuk menggelengkan kepala sekedar mempertahankan kesadarannya saja Yukine sudah sangat berusaha keras.

"Kau perempuan tidak tahu terima kasih," cibir wanita itu sambil menerjang ke arah Yukine. "Bagaimana kamu bisa menggoda sepupumu?"

"Apa aku terlihat sedang menggoda putramu?" gumam Yukine dengan tidak jelas sebelum kesadaran Yukine hilang dan semuanya menjadi gelap.

"Tutup pintunya!" seru Maina pada Alga bagaimanapun juga ini adalah masalah keluarga dan orang lain tidak diperbolehkan mengetahuinya.

Yang tidak diketahui oleh Yukine ketika tidak sadarkan diri Pak Tian menghubungi Maina dan melampiaskan kemarahannya atas tindakan Yukine beberapa waktu lalu dan menginginkan uangnya kembali begitu juga dengan hutang yang lalu.

Dengan tidak sabar Maina membangunkan gadis yang masih tidak sadarkan diri itu menggunakan air dan langsung diguyurkan begitu saja ke wajahnya hingga Yukine sadarkan diri.

"Aku ingin kamu melihat bagaimana akibat karena telah menentangku."

Yukine yang baru saja bangun tidak mengerti mengapa wanita ini kembali naik darah, tapi beberapa saat kemudian baru memahaminya ketika Maina membakar semua dokumen penting milik Yukine tepat di hadapannya.

"Tidak, Bibi!" rintih Yukine sambil memohon.

Yukine memohon dan berusaha menyelamatkan dokumen itu tapi Alga sudah bersiap untuk menahannya. Gadis yang sudah babak belur itu meratapi dokumen penting miliknya, semua mimpinya seperti menghilang bersama kobaran api di pelupuk mata, hingga tanpa sadar air matanya jatuh melihat impiannya pupus.

Tidak puas sampai di sana Maina menjambak rambut kusut gadis itu dan membuka matanya lebar-lebar. "Awalnya aku masih berbaik hati hanya menyuruhmu untuk menikah agar keluarga ini masih bisa dipertahankan, akan tetapi kamu begitu keras kepala memaksaku untuk berbuat lebih kejam. Aku sangat tidak menyangka jika aku memelihara seekor binatang selama ini. Kau tampak seorang gadis baik-baik yang lemah, tapi bagaimana bisa kamu sudah menjual tubuhmu." Maina terus mengoceh di depan wajah Yukine tanpa memindahkan cengkraman tangannya.

"Selain kamu banyak menggoda laki-laki di luar sana bagaimana kamu juga bisa menggoda sepupumu sendiri?"

Yukine mulai mengerti arah pembicaraan ini beberapa waktu yang lalu, Yukine mendatangi rumah Pak Tian dan mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, sering berhubungan dengan banyak pria karena Yukine mengetahui jika dirinya tidak dapat memiliki keturunan. Semua omong kosong itu dikatakannya agar dapat lepas dari laki-laki tidak tahu diri itu, tidak menyangka jika akan menjadi bumerang untuk dirinya di kemudian waktu.

"Karena kamu sungguh tidak berharga maka Nyonya Wigiarto akan membimbingmu itu di tempat yang layak untukmu."

"Tidak, Bibi, jangan. Bibi tidak dapat menjualku ke tempat seperti itu."

"Bagaimana tidak aku membutuhkan banyak uang sekarang juga, meskipun Nyonya Wigiarto tidak dapat memberikan uang sebanyak Pak Tian, setidaknya itu lebih baik daripada tidak sama sekali."

Maina tidak mau mendengarkan lagi permohonan Yukine, wanita itu langsung keluar dan menginstruksikan Alga untuk membawanya pergi. Tubuh kurus itu diseret dengan kasar dan membawanya pergi ke tempat yang jauh, bahkan Alga menutup mulut, mata dan mengikat tangannya setelah beberapa waktu mereka sampai ke tempat Nyonya Wigiarto.

"Sangat kurus. Apa kalian tidak memberinya makan?" ujar wanita dengan riasan tebal itu.

"Setidaknya dia cantik, sedikit polesan saja sudah membuat Nyonya banyak keuntungan," sahut Alga dengan nada bicara yang lembut.

Wanita itu tidak menyahut lagi sepertinya sepakat dengan Alga, kemudian menyuruh anak buahnya mengunci Yukine di sebuah ruangan dengan masih kondisi tangan teringat.

Ruangan itu gelap dan sedikit bau pengap, debu tebal dibeberapa barang, hanya ada sedikit cahaya masuk melalui celah-celah di jendela. Yukine berusaha untuk melepaskan diri setelah cukup berusaha akhirnya ikatan itu lepas, kemudian ia langsung mengambil ponselnya di saku dan menghubungi ibunya. Itulah pertama yang ada di benaknya setelah menunggu beberapa saat panggilan itu terhubung, terdengar suara wanita di ujung sambungan.

"Ada apa? Ibu sangat sibuk sekarang. Hari ini pernikahanku, apa yang kamu butuhkan? Uang? Ibu akan mengirimkannya setelah acara selesai jangan ganggu ibu, nanti akan aku hubungi lagi."

Panggilan itu tertutup begitu saja tidak memberi waktu untuk Yukine berbicara sedikit pun, ada keheningan di ruangan itu dan kemudian disusul tawa kecil yang keluar dari bibir Yukine yang sedikit bengkak akibat pukulan dari ibu dan anak itu. 

Jika ini terjadi kemarin mungkin bukan tawa yang keluar dari bibir gadis itu, tapi sebuah senyuman karena kala itu yang dibutuhkannya adalah biaya untuk pendidikan, akan tetapi saat ini uang bukanlah prioritas utama karena hidupnya sedang terancam, apa pun bisa terjadi di tempat prostitusi ini.

Otak gadis itu segera berfungsi kembali setelah bersedih untuk beberapa saat mengenang orang yang mungkin akan membantunya, tapi ternyata tidak. Yukine segera memanggil polisi panggilan itu terhubung dan mengatakan keadaannya, tapi Yukine tidak tahu di mana lokasinya saat ini polisi wanita itu memintanya untuk tenang dan polisi akan melacak keberadaannya selagi panggilan itu masih terhubung maka lokasinya pasti ditemukan dengan cepat, tapi belum juga polisi melacak keberadaannya seseorang masuk dan merebut ponsel itu.

"Bodoh," umpat laki-laki bertubuh kekar itu sambil menendang perut Yukine.

Setelannya puas memukuli Yukine, laki-laki itu memaksanya meminum sesuatu. Dengan tangannya yang kurus gadis itu menolaknya, apa pun itu pasti tidak akan baik jika meminumnya, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan orang itu hingga cairan entah apa itu akhirnya berhasil masuk ke lambung Yukine, kemudian membuat gadis itu tak sadarkan diri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   200. Ledakan kota Dusee

    Langkah kaki Jon terhenti ketika melihat pemandangan tidak jauh darinya, di malam yang sunyi ini terdengar suara tawa seorang perempuan yang asing, Jon berteman hampir semua orang yang ada di tempat ini dan hampir bisa mengingat semua suara mereka tawa ini sedikit asing untuk laki-laki itu, ketika Jon melihat suara siapa itu laki-laki itu sama sekali tidak menyangka jika itu adalah milik perempuan yang hampir tidak pernah tertawa hanya sekedar tersenyum itupun tidak dilakukan setiap hari. "Ya tuhan apakah ini nyata, benarkah itu dokter Ma?" Jika bukan karena kedua tangannya sedang membawa kopi panas mungkin Jon akan menampar wajahnya sendiri untuk memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi.Jon tadang dengan dua cangkir kopi panas berniat mengobrol dengan Balryu sebelum mereka kembali untuk beristirahat namun Jon mengurungkan niatnya ketika melihat pemandangan ini, Balryu sedang bicara sedangkan perempuan yang mendengarkan malah hanya tertawa terus mendengar ini. "Cerita lucu apa

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   199. Duduk berdua

    Jika biasanya perempuan itu akan langsung tertidur ketika bersentuhan dengan bantal akan tetapi kini hanya bertahan satu menit hingga perempuan itu kembali duduk dengan kepala terkulai."Aku tidak bisa tidur, ada orang asing," ucap Yukine sambil menggeleng pelan. "Aku bisa pergi," kata Balryu di sampingnya."Tidak perlu, kamu datang lebih dulu kamu tidak seharusnya pergi, lagipula sepertinya aku sudah tidak mengantuk lagi karena kesal," ucap Yukine yang bicaranya sedikit tidak jelas.Perempuan ini ada di sampingnya membuat Balryu sedikit tidak nyaman untuk terus menghisap rokoknya hingga mematikannya padahal itu batang rokok yang kedua yang baru saja dinyalakan. Karena berada di lingkungan klinik Balryu tidak bisa merokok sesuka hati namun karena itu pula ketergantungannya terhadap nikotin sedikit menurun mungkin juga karena otaknya yang tidak lagi stres dan banyak melakukan aktivitas baru membuat Balryu sedikit melupakan kebiasaan buruk itu."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Y

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   198. Dia cantik tapi berbisa

    Setelah berhari-hari tinggal di tempat ini Balryu mulai beradaptasi sedikit demi sedikit meskipun Balryu bukanlah seorang tenaga medis akan tetapi masih banyak pekerjaan yang dapat di lakukan untuk seorang laki-laki sehat seperti dirinya, apalagi dengan wajahnya yang rupawan membuat banyak orang sering mencarinya untuk melakukan sesuatu dari hal kecil meskipun itu hanya dalih agar bisa berinteraksi dengannya ataupun benar-benar butuh bantuan seperti memperbaiki komputer juga alat elektronik lainnya. Balryu juga sering ikut Jon keluar kota semata-mata agar dapat mengetahui dunia luar, Jon tentu tidak keberatan dengan itu selain pekerjaannya juga ringan ada teman bicara diperjalanan yang membosankan itu meskipun Balryu hanya menjadi pendengar saja. Hari ini Balryu baru kembali bersama dengan Jon untuk mengambil alat medis dan beberapa kardus obat-obatan dari kota besar."Aku senang kamu datang," ujar Jon dengan senyum lebarnya. "Aku merasa punya teman bicara dan berbagi tugas," imbuh l

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   197. Rambutnya panjang

    Balryu mengistirahatkan tubuhnya di kamar milik dokter Halaong sedangkan pria tua itu entah pergi kemana, perjalanan jauh ini menguras banyak energi lelaki yang tidak pernah istirahat dengan benar di sepanjang perjalanan, lelaki itu butuh banyak istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula sedangkan untuk orang tua itu tidak perlu membahasnya. Mungkin tubuhnya punya kekuatan robot yang tidak punya rasa lelah bahkan dengan tubuh manusianya di sepanjang perjalanan yang melelahkan itu dokter Halaong bisa melakukan beberapa perawatan juga operasi yang tidak diketahui oleh Balryu. Mulut lelaki itu menguap lebar sambil merenggangkan tubuhnya, tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur pulas meskipun ranjang milik dokter Halaong tidak senyaman miliknya di rumah namun ketika tidur dengan nyaman tanpa punya banyak kekhawatiran membuatnya dirinya bisa tidur pulas dan bangun dengan keadaan bugar. Tempat itu sunyi tidak ada aktifitas apapun, perutnya terasa lapar membuat Balry

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   196. Memuji orang asing

    Yukine langsung mengalihkan pandangannya ketika sadar, dengan wajah kebingungan perempuan itu berpikir keras. "Kenapa dia ada di sini?" tanya Yukine pada dirinya sendiri. "Pasti aku salah lihat." Untuk memastikan pandangannya benar atau salah Yukine kembali menoleh dan lelaki itu masih melihatnya. "Dia seperti yang ada di ingatanku tapi lebih kurus apakah ada orang di dunia ini yang memiliki wajah sangat mirip?" Yukine masih berdebat dengan hatinya namun itu diputuskan kebenarannya ketika melihat dokter Halaong keluar dari mobil. "Kenapa pria tua itu sudah kembali? Jika itu dokter Halaong berarti lelaki itu benar-benar Balryu." Yukine menelan ludahnya entah mengapa langsung merasa gugup." Kenapa dia harus datang kesini?"Tiga orang keluar dari mobil itu dengan sedikit berlari menghindari hujan, Yukine tidak berani melihat lagi dan lebih memilih menyibukkan diri dengan anak-anak di sekitarnya namun karena sudah tidak bisa menikmati hujan seperti sebelumnya perempuan itu memilih untu

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   195. Negara Mosa

    Awalnya Balryu tidak mengerti mengapa Jon melarang dokter Halaong menyetir dan bersikeras terus mengemudi sendiri semalaman tidak membiarkan dokter Halaong menggantikannya dengan alasan tangan dokter Halaong terlalu berharga, juga tidak bisa menyuruh Balryu karena masih belum menguasai medan terpaksa terus mengemudi sendiri di tengah ngantuk dan tangan yang telah mati rasa.Tapi kini ketika dokter Halaong menginjak gas mobil itu Balryu langsung punya firasat buruk juga mengerti mengapa Jon melakukan itu semua. Cara menyetir dokter Halaong berbeda dan Jon yang terkesan santai dan lembut mengutamakan kenyamanan juga keselamatan sedangkan pria tua itu tidak menggunakan prinsip itu, gasnya terus diinjak meksipun itu di tikungan tajam prinsip yang digunakan olehnya hanya segera sampai tujuan tidak peduli dengan penumpang yang mungkin bisa memuntahkan organ dalamnya. Balryu awalnya jenuh juga bosan dengan perjalanan ini tapi kini kembali tegang karena jantungnya kembali dipacu. "Pantas saj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status