Share

33. Kamu buta, bodoh apa bagaimana?

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 12:12:55

Mata Yukine berbinar ketika dihadapkan dengan makanan yang memenuhi meja di tempat tinggal sahabatnya itu.

"Makan, makan tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ujar Khia Na.

"Kamu baik sekali," sanjung Yukine sedangkan wanita di depannya hanya tersenyum lebar.

Mereka duduk berhadapan dan mulai menyantap makanan namun hanya Yukine yang makan dengan semangat pihak lain hanya mengambil sedikit makanan itupun tidak segera dihabiskan, awalnya Yukine tidak menyadarinya namun jika diperhatikan ada sedikit keganjalan.

"Apakah kita sedang berkencan?" ucap Yukine di tengah makanannya.

"Apakah kamu gila? Sahabatmu ini masih suka yang berbatang," jawab Khia Na dengan cepat, nada bicaranya masih sangat tinggi penuh dengan tenaga.

"Tapi suasana ini terlalu romantis untukku," sahut Yukine sambil menunjukkan suasana di sekelilingnya yang telah di hias sedemikian rupa nampak romantis.

"Jangan pikirkan, cepatlah makan," ucap Khia Na mencoba menutupi sesuatu dari Yukine.

"Aku juga tidak sedang ulang tahun." Yukine menolak untuk berhenti.

Senyuman lebar dan semangat yang ditunjukkan oleh Khia Na beberapa waktu lalu telah lenyap kini tinggal seorang perempuan tanpa senyum memandangi kue ulang tahun buatannya sendiri di atas meja.

"Sebenarnya aku menyiapkan ini semua untuk Iwan."

"Lalu mana orangnya?"

"Dia tidak jadi datang."

"Kemana? Ada kerjaan?"

"Dia tidak bisa datang karena di kantor ada acara dan dia sedang pergi bersama dengan teman-teman kantornya."

Yukine tidak lagi mengintrogasi melihat wajah kusut temannya dirinya tidak enak hati bertanya lagi.

"Aku sudah menyiapkan ini sejak pagi, dia berjanji akan datang karena ini sudah rencana lama jika Iwan ulang tahun akan merayakannya hanya denganku saja di rumah."

Yukine masih tidak berkomentar, hanya mendengarkan sesuatu yang mungkin Khia Na inginkan yaitu di dengarkan isi hatinya. Namun beberapa saat kemudian wajah kusut itu mencoba tersenyum kembali bersamaan dengan membuang napas panjang agar dadanya lebih lega. Nampaknya ini bukan pertama kalinya Khia Na kecewa pada Iwan tapi karena sudah terbiasa jadi menganggapnya bukanlah hal besar.

"Tapi tidak apa-apa, mungkin dia memang masih sibuk lagi pula ulang tahun masih akan ada setiap tahun, aku masih terlalu muda untuk mengetahui dunia perkantoran yang kata dia begitu rumit."

"Hubungi dia sekarang!" ucap Yukine begitu tegas.

"Apa?" Khia Na terkejut mendengar ucapan Yukine.

"Sekarang juga hubungi dia, vidio call."

"Tapi dia bilang ...."

"Sekarang!"

Bahkan Yukine tidak menunggu Khia Na menyelesaikan ucapannya, entah mengapa melihat ekspresi Yukine saat ini Khia Na menjadi patuh dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Yukine, membuat panggilan video pada kekasihnya.

Namun panggilan itu tidak diangkat meskipun berdering beberapa kali.

"Dia sibuk," ucap Khia Na lemah dan sudah akan menaruh ponselnya.

"Lihat story nya," ucapan itu lebih lembut daripada sebelumnya namun Khia Na seperti sudah terdoktrin untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Yukine.

Khia Na membuka media sosial milik kekasihnya dan menemukan beberapa foto yang di posting belum lama ini, Khia Na hanya melihatnya sekilas kemudian menyerahkan pada Yukine. Foto-foto itu berisikan banyak orang tentunya laki-laki dan perempuan menjadi satu di sebuah perjamuan.

"Kamu tidak cemburu melihatnya begitu dekat dengan perempuan lain?"

"Mereka hanya teman kerja, selama ini Iwan tidak pernah berselingkuh dariku," jawab Khia Na dengan yakin.

"Baiklah kita anggap saja dia tidak pernah selingkuh namun pantaskah seorang yang sudah memiliki pasangan begitu dekat seperti ini bahkan membiarkan wanita lain berpose mesra, ini di tempat umum bagaimana dibelakang. Bukankah seharusnya dia memikirkan perasaanmu?"

"Aku sudah pernah menegurnya namun dia marah besar dia bilang aku pencemburu, posesif dan tidak menghargainya," jawab Khia Na lemah seakan dapat menangis kapan saja.

"Hubungi lagi sampai dia mengangkatnya."

Khia Na menunduk dan kembali melakukan panggilan, Yukine tidak ingin mencercanya lagi jika tidak mungkin tidak menunggu lama perempuan ini akan segera terisak.

Setelan beberapa kali lagi melakukan panggilan video pihak lain sudi untuk mengangkatnya. Sebelumnya Yukine susah memberikan beberapa pertanyaan yang harus diajukan oleh Khia Na pada Iwan ketika panggilan itu terhubung.

"Ada apa?" tanya Iwan dengan tidak senang.

"Kamu dimana?" tanya Khia Na dengan lembut.

"Bukankah aku sudah mengatakan jika aku ada acara," jawab Iwan dengan tidak senang.

"Aku sudah masak begitu banyak untuk kita, datanglah sekarang kamu sudah berjanji untuk datang." Meskipun awalnya Khia Na takut mengatakannya namun di bawah tatapan Yukine Khia Na akhirnya berani melakukannya meskipun sedikit ragu-ragu.

"Apa otakmu bermasalah, aku susah mengatakan jika aku tidak akan datang, cukup jangan buat masalah lagi."

"Siapa wanita itu?" Khia Na langsung bertanya tentang hal lain sebelum Iwan menutup panggilan itu.

"Aku sudah mengatakan mereka hanya temanku."

"Aku tidak suka, aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan perempuan lain."

"Ada apa sebenarnya? Pergi sana tidur. Otakmu perlu di istirahatkan."

Panggilan itu akhirnya tertutup ada keheningan di ruangan itu suasana yang ramai namun tidak dengan penghuninya.

"Kamu begitu mencintainya namun dia hanya setengah hati padamu. Mungkin karena kamu cantik dan mudah untuk dibohongi laki-laki itu masih bertahan denganmu."

"Dulu dia mencintaiku." Khia Na masih berusaha membelanya.

"Jika dia sungguh mencintaimu dengan tulus maka cemburu mu akan di dengarkan tapi apa malah marah mu di abaikan."

"Mungkin aku yang kurang memahami dia."

"Bahkan kamu tidak pernah diusahakan, tidak di prioritaskan tidak sedikitpun dihargai bukan kamu yang kurang memahaminya tapi kamu yang harusnya sadar," nada bicara Yukine sudah meninggi seakan sedang menasehati seorang anak kecil yang sedang melakukan kesalahan sedangkan anak kecil itu sudah menitipkan air mata tidak punya kata pembelaan untuk kekasihnya karena semua yang dikatakan oleh Yukine adalah kebenaran.

"Kamu buta, bodoh apa bagaimana?"

Langsung saja tangis Khia Na pecah ketika Yukine membentaknya.

"Karena aku sahabatmu aku akan mengatakan ini jika ini orang lain aku tidak akan peduli. Mungkin sakit atas tamparan ini tapi aku ingin kamu sadar, agar otakmu bisa berfungsi lagi dengan baik, karena cinta gila mu itu membuatmu bodoh."

Yukine membiarkan perempuan itu terus menangis sampai puas barulah perlahan bicara lagi dengan nada bicaranya yang lebih lembut.

"Apa yang kamu harapkan dari hubungan seperti ini? Pada akhirnya kamu hanya akan kecewa dan terluka, seandainya kamu berhasil melewati ini pada akhirnya akan menikah dengannya itu juga tidak merubah apapun. Kamu nantinya akan berjuang sendiri, capek sendiri, terluka sendiri hidup bersama dengan laki-laki yang cintanya tidak setara denganmu."

Khia Na mengusap air matanya namun masih tidak mengatakan apapun.

"Hidup ini masih panjang jangan pertaruhkan hidupmu pada orang yang tidak menghargai ketulusan dan usahamu. Lepaskan awalnya memang sulit dan sakit tapi lebih baik daripada menyesal kemudian hari setelah semuanya terlambat. Kamu boleh tidak percaya dengan semua yang aku katakan namun percayalah dengan apa yang kamu rasakan selama ini apakah tidak lelah? Hatimu pasti lelah terus berusaha untuk mengerti laki-laki seperti itu tapi kamu tidak pernah dimengerti."

Khia Na perlahan mengangkat pandangannya melihat Yukine yang nampak tegar memberikan dukungan pada sahabatnya.

"Aku memang tidak memiliki pengalaman buruk tentang laki-laki seperti itu tapi aku tidak buta bodoh dan tuli. Aku sudah sering melihat banyak wanita yang sudah menikah lelah karena berjuang sendirian mempertahankan rumah tangga sendirian sedangkan pasangannya hanya menuntut untuk dimengerti."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   37. Kakak ipar yang dingin

    Baru juga di abaikan sebentar bunga ini sudah didatangi kumbang lagi, Balryu menatap Yukine yang sedang bicara dengan Damar laki-laki ini jauh lebih familiar untuk Balryu karena sudah pernah melihat dari kejauhan sebelumnya.Imran masih mengajaknya bicara namun Balryu mengabaikannya dan lebih memilih untuk menghampiri Yukine dan Damar. Damar lebih dulu mengetahui kedatangan Balryu dan menyapanya."Hallo, saya Damar," ucap Damar dengan senyuman lebar juga mengulurkan tangannya namun Balryu menanggapinya dengan anggukan kepala dan "Emm."Damar sedikit tidak berharap jika akan di perlakukan seperti ini oleh kakak dari temannya karena Damar pernah melihat sendiri bagaimana Laki-laki ini begitu hangat sebelumnya. Uluran tangan dari laki-laki itu sudah akan di tarik namun segera diambil oleh laki-laki lain yang baru saja bergabung."Perkenalkan aku Imran, sahabat baik laki-laki ini." Imran menggunakan tangan kanannya untuk menyambut uluran tangan Damar dan menggunakan tangan yang lain meran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   36. Penguasa pantai selatan

    Geum tidak tahan melihat perempuan begitu cantik tepat di hadapannya tangannya yang nakal tidak berpendidikan tiba-tiba saja terangkat dan menepuk pelan kepala perempuan itu namun yang tidak disangkanya di detik selanjutnya kepalanya seperti dihantam sesuatu yang begitu kuat, telinganya berdenging hebat dan pandangannya sedikit kabur bahkan tubuhnya goyah hingga terhuyung jatuh untung saja tidak sampai jatuh ketanah karena ada mobil di sampingnya yang digunakannya untuk bersandar.Butuh beberapa saat untuknya untuk kembali pulih dan menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini kejadiannya begitu cepat sampai tidak melihat bagaimana perempuan di depannya ini memberikan pukulan padanya.Geum menggelengkan kepalanya beberapa kali berharap segera pulih kembali namun ketika melihat ke arah Yukine, perempuan itu sedang menatapnya dengan mata lebarnya, penuh intimidasi yang tidak bisa ditolerir oleh Geum."Sepertinya peliharaan ini perlu dijinakkan!" ucap Yukine yang membuat Geum merasa ber

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   35. Nampaknya peliharaan ini perlu dijinakkan

    Yukine mengenakan sepatu yang baru saja sampai setelah beberapa hari menunggu, Balryu juga mencoba sepatunya. Laki-laki itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya."Seleramu bagus juga," ujar Balryu."Aku akan mengambil foto," sahut Yukine.Namun setelah beberapa gaya tidak juga puas."Biarkan aku saja."Balryu mengambil alih menggunakan ponselnya sendiri. "Angkat kaki mu," perintah Balryu.Balryu mengangkat kaki kanannya kemudian menaruhnya di atas bahannya sendiri, Yukine mengikutinya namun segera Balryu menyuruhnya menggunakan kaki kirinya. Jadilah telapak kaki bertemu telapak kaki."Tidak buruk," ujar Yukine yang melihat hasilnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bumantara yang ikut bergabung di ruang tengah."Tidak ada," jawab Yukine."Aku punya misi untuk kalian," ucap Bumantara hingga dua anaknya itu saling bertatapan. "Taraaa ...." Bumantara menunjukkan sebuah undangan yang nampak mewah juga estetik."Aku punya firasat buruk," gumam Balryu yang hanya dapat di dengar oleh Y

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   34. Peliharaan pertamanya seorang budak

    "Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"Setelan sekian lama akhirnya mulut itu mengeluarkan suara lagi dan kedua tangannya masih sibuk membersihkan sisa-sisa air matanya."Jangan hubungi dia abaikan saja, lihat bagaimana reaksinya ketika kamu marah dan mengabaikannya. Jika dia benar-benar menyukaimu dia akan memperjuangkan mu, membujuk mu lebih bagus jika dia datang malam ini. Mungkin aku yang salah memandangnya terlalu rendah.""Bagaimana jika dia tidak melakukan semuanya?""Buang saja ke laut," jawaban cepat dan spontan itu membuat Khia Na tersenyum kecil."Aku pikir menjalin hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih dewasa akan menyenangkan tapi selama ini ketika marah aku belum pernah di bujuk sekalipun dan ketika aku manja dia marah selalu mengatakan untuk tidak manja karena aku sudah dewasa.""Lalu?""Sepertinya semua yang kamu katakan benar, aku tidak perlu menunggu lagi mungkin ini saatnya aku memikirkan diriku sendiri.""Bagus, akhirnya sadar juga.""Terima kasih," ucap

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   33. Kamu buta, bodoh apa bagaimana?

    Mata Yukine berbinar ketika dihadapkan dengan makanan yang memenuhi meja di tempat tinggal sahabatnya itu."Makan, makan tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ujar Khia Na."Kamu baik sekali," sanjung Yukine sedangkan wanita di depannya hanya tersenyum lebar.Mereka duduk berhadapan dan mulai menyantap makanan namun hanya Yukine yang makan dengan semangat pihak lain hanya mengambil sedikit makanan itupun tidak segera dihabiskan, awalnya Yukine tidak menyadarinya namun jika diperhatikan ada sedikit keganjalan."Apakah kita sedang berkencan?" ucap Yukine di tengah makanannya."Apakah kamu gila? Sahabatmu ini masih suka yang berbatang," jawab Khia Na dengan cepat, nada bicaranya masih sangat tinggi penuh dengan tenaga."Tapi suasana ini terlalu romantis untukku," sahut Yukine sambil menunjukkan suasana di sekelilingnya yang telah di hias sedemikian rupa nampak romantis."Jangan pikirkan, cepatlah makan," ucap Khia Na mencoba menutupi sesuatu dari Yukine."Aku juga tidak sedang

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   32. Kurir ini begitu cantik

    Yukine menatap pesan yang dikirim oleh Balryu yang mengatakan untuk membawakan satu pasang baju santai dan satu pasang baju kerjanya. Balryu tidak bisa meninggalkan kantor dan harus bermalam di pagi harinya ada meeting pagi-pagi sekali. Ada mandat dari kakaknya tentu dirinya segera mencari semuanya yang dibutuhkan oleh Balryu.Ketika Yukine masuk ke dalam kamar laki-laki itu dan mengemasi barang-barang yang dibutuhkan oleh Balryu tanpa sengaja Yukine melihat sesuatu yang terselip di dalam buku, meskipun tidak membukanya Yukine sudah dapat menebak jika itu sebuah tangkai bunga namun Yukine masih penasaran akan hal itu dan benar saja itu hanya setangkai bunga namun nampak familiar."Sepertinya aku pernah melihatnya, apakah ini bunga yang sama seperti yang aku berikan ataukah memang ini?"Yukine menggelengkan kepalanya menepis pikirannya sendiri, "Lagipula kenapa bunga dariku disimpan?"Karena hanya sendirian di kamar ini tidak mungkin ada yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, Yuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status