Share

32. Kurir ini begitu cantik

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-08 08:17:40

Yukine menatap pesan yang dikirim oleh Balryu yang mengatakan untuk membawakan satu pasang baju santai dan satu pasang baju kerjanya. Balryu tidak bisa meninggalkan kantor dan harus bermalam di pagi harinya ada meeting pagi-pagi sekali. Ada mandat dari kakaknya tentu dirinya segera mencari semuanya yang dibutuhkan oleh Balryu.

Ketika Yukine masuk ke dalam kamar laki-laki itu dan mengemasi barang-barang yang dibutuhkan oleh Balryu tanpa sengaja Yukine melihat sesuatu yang terselip di dalam buku, meskipun tidak membukanya Yukine sudah dapat menebak jika itu sebuah tangkai bunga namun Yukine masih penasaran akan hal itu dan benar saja itu hanya setangkai bunga namun nampak familiar.

"Sepertinya aku pernah melihatnya, apakah ini bunga yang sama seperti yang aku berikan ataukah memang ini?"

Yukine menggelengkan kepalanya menepis pikirannya sendiri, "Lagipula kenapa bunga dariku disimpan?"

Karena hanya sendirian di kamar ini tidak mungkin ada yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, Yukine mengabaikan itu dan kembali mengemas dengan hati-hati pakaian Balryu agar tidak kusut. Setelan perjalanan tiga puluh menit dengan taksi Yukine sampai di alamat yang diberikan oleh Balryu. Yukine tidak perlu masuk hanya menunggu Balryu datang karena sudah mengirimkan pesan jika sampai dirinya akan mengirimkan pesan padanya.

Yukine melihat seorang laki-laki keluar dari mobil dan berjalan dengan langkah panjangnya melewati Yukine yang sedang menunggu kedatangan Balryu di depan pintu masuk. Laki-laki itu sedang menelpon tapi setelah sesaat melewati Yukine langkanya berhenti sejenak menoleh pada Yukine sambil mengerutkan keningnya tapi itu hanya sesaat karena seseorang yang ada di dalam telpon menyadarkannya. Langkanya kembali berjalan sampai di depan lift berpapasan Balryu yang sedang setengah berlari.

"Mau kemana?" tanya Imran, dirinya sudah buru-buru datang untuk meeting yang mendadak sedangkan kawannya itu malah akan pergi kemana.

"Sebentar," sahut Balryu tanpa menoleh karena pandangannya sudah melihat Yukine yang telah menunggunya.

"Menunggu lama?" tanya Balryu dengan dada naik turun.

"Baru sampai," jawab Yukine sambil menyerahkan pakaian Balryu.

"Terimalah." Balryu memberikan sebuah apel berwarna pink dan Yukine dengan senang hati menerimanya.

"Aku sudah membersihkannya."

Yukine hanya tersenyum kemudian mengigit apel itu tanpa malu-malu.

"Aku masih ada meeting, hati-hati di jalan."

"Aku tahu."

"Terima kasih untuk ini," Balryu sedikit mengangkat pakaian yang ada di tangannya dan segera pergi dan menoleh pada Yukine dua kali.

Imran masih menunggu Balryu di depan lift namun tatapannya sekarang tidak hanya tertuju pada laki-laki itu melainkan pada wanita yang berbicara padanya. Awalnya Imran merasa familiar namun karena penampilan Yukine yang tertutup dengan pakaian oversize juga mengenakan topi dikiranya adalah seorang kurir.

"Kurir ini begitu cantik?" Itu yang dipikirkan oleh Imran ketika melihat Yukine.

"Siapa?" tanya Imran pada Balryu yang sudah dekat dengannya.

"Xiao Gui," jawab Balryu enteng sambil menekan tombol lift.

"Xiao Gui?" Imran kira jika dirinya salah dengan namun untuk memastikan jika yang dilihatnya adalah Fe Fei adik dari sahabat itu gadis itu sudah berbalik dan pergi.

Imran masih terus melihat ke arah Yukine sampai pintu lift itu tertutup.

"Kenapa?"

"Tidak," jawab Imran mencoba tersenyum namun pikirannya masih teringat akan gadis yang berdiri dengan patuh di pintu menunggu Balryu datang jika itu Fe Fei yang sebelumnya anak itu tidak akan berdiri dengan bodoh di sana namun langsung masuk dan naik mencari tempat kerja Balryu. Imran cukup kesulitan mencocokkan ingatannya tentang Fe Fei yang dulu dan gadis yang baru saja dilihatnya seperti melihat dua orang yang berbeda.

Yukine kembali pulang dengan apel di tangannya, tidak tahu bagaimana Imran memikirkannya meskipun Yukine melihat bagaimana laki-laki itu memandangnya namun Yukine belum pernah bertatap muka langsung dengan laki-laki itu meskipun sedikit tahu tentang Beru dari saudaranya.

Mulut itu terus mengunyah apel dengan perlahan, malam masih baru saja di mulai dan Yukine tidak ingin pulang cepat karena sudah keluar rumah dirinya ingin jalan-jalan sebentar tapi memang kadang hari damai tidak selalu sesuai rencana karena Yukine berpapasan dengan Geum tentunya dengan wanita itu lagi. Tapi Yukine hanya melihatnya sekilas lalu fokus pada dirinya sendiri tidak lagi melihat laki-laki dan wanita itu.

Ischa yang sedang menggunakan ponselnya sambil berjalan di samping Geum tidak menyadari jika berpapasan dengan Yukine hanya Geum yang peduli dengan keadaan itu. Setelan jarak mereka sudah cukup jauh laki-laki itu memberitahu jika ada Yukine di sana.

"Kamu tidak ingin menyapanya?" tanya Geum pada Ischa.

"Apa?" tanya wanita itu akhirnya mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Geum tidak menjawab namun menunjuk Yukine dengan dagunya, Yukine tidak peduli dengan mereka dia tetap berjalan santai tanpa tergesa-gesa.

"Siapa?" Ischa masih bertanya karena tidak mengenali Yukine dari belakang

"Kawanmu."

"Dia melihatku tadi?"

"Sepertinya iya."

Ada raut kebingungan di wajahnya, Ischa menggigit bibir bawahnya setelah beberapa saat berpikir. "Tunggu aku di sini," ujarnya kemudian berbalik mengikuti Yukine yang berjalan sudah cukup jauh langkah Ischa awalnya pelan namun kemudian lebih cepat, lebih cepat sampai berlari kecil.

Langkah Ischa yang setengah berlari akhirnya menyusul Yukine dan dengan sengaja sedikit menabrak pundak pihak lain, apel itu jatuh dan Yukine melihat bagaimana buah itu menggelinding di bawah kakinya. Tidak mempedulikan gadis di sampingnya yang terus meminta maaf padanya.

"Maaf, maafkan aku."

Yukine tidak menyahut hanya membungkuk untuk mengambil barangnya.

"Aku bisa menggantinya, ini sudah kotor."

"Lain kali hati-hati," ucap Yukine pelan sambil menoleh sebentar kemudian berjalan kembali sambil membersihkan apel itu menggunakan pakaian sendiri.

Ischa diam di tempatnya melihat bagaimana mudahnya lepas persoalan dengan Yukine.

"Sepertinya rumor itu benar," ucap Ischa pelan sambil memandangi Yukine yang sudah meninggalkannya.

"Rumor apa?" tanya Geum.

"Dia hilang ingatan."

"Jadi dia tidak ingat lagi denganmu?"

"Semoga saja. Aku lebih suka wanita seperti itu tidak mengenalku lagi."

"Sejahat itu dia padamu dulu?"

"Dia tidak sejahat itu aku hanya tidak beruntung saja berurusan dengannya. Aku juga iri dengan kehidupannya yang terlalu sempurna, cantik, kaya juga memiliki seorang kakak yang tampan yang bisa di andalkan bukannya seperti aku yang memiliki kakak yang tidak berguna."

"Kau berani mengatai aku di depan wajahku?" Geum menunjuk dirinya sendiri.

"Apakah yang aku ucapkan salah?" ucap Ischa melengos dan pergi begitu saja tidak mengindahkan saudara laki-lakinya nampak tidak senang.

"Aku baik padamu."

"Kamu baik padaku? jika kamu baik padaku kamu tidak akan terus minta uang padaku hingga aku jadi seperti ini."

"Kamu saja yang kurang pintar."

Mereka terus berdebat dan tidak tahu jika Yukine masih tidak jauh dari mereka, Yukine sengaja berbelok namun tidak langsung pergi sengaja mendengarkan percakapan mereka dan hanya ingin tahu sebenarnya mereka memiliki urusan apa dengan Fe Fei .

Di saat mengintainya Yukine menerima pesan dari Khia Na. "Aku punya banyak makanan, aku tidak bisa menghabiskannya sendiri."

"Ok," jawab Yukine dengan cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   37. Kakak ipar yang dingin

    Baru juga di abaikan sebentar bunga ini sudah didatangi kumbang lagi, Balryu menatap Yukine yang sedang bicara dengan Damar laki-laki ini jauh lebih familiar untuk Balryu karena sudah pernah melihat dari kejauhan sebelumnya.Imran masih mengajaknya bicara namun Balryu mengabaikannya dan lebih memilih untuk menghampiri Yukine dan Damar. Damar lebih dulu mengetahui kedatangan Balryu dan menyapanya."Hallo, saya Damar," ucap Damar dengan senyuman lebar juga mengulurkan tangannya namun Balryu menanggapinya dengan anggukan kepala dan "Emm."Damar sedikit tidak berharap jika akan di perlakukan seperti ini oleh kakak dari temannya karena Damar pernah melihat sendiri bagaimana Laki-laki ini begitu hangat sebelumnya. Uluran tangan dari laki-laki itu sudah akan di tarik namun segera diambil oleh laki-laki lain yang baru saja bergabung."Perkenalkan aku Imran, sahabat baik laki-laki ini." Imran menggunakan tangan kanannya untuk menyambut uluran tangan Damar dan menggunakan tangan yang lain meran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   36. Penguasa pantai selatan

    Geum tidak tahan melihat perempuan begitu cantik tepat di hadapannya tangannya yang nakal tidak berpendidikan tiba-tiba saja terangkat dan menepuk pelan kepala perempuan itu namun yang tidak disangkanya di detik selanjutnya kepalanya seperti dihantam sesuatu yang begitu kuat, telinganya berdenging hebat dan pandangannya sedikit kabur bahkan tubuhnya goyah hingga terhuyung jatuh untung saja tidak sampai jatuh ketanah karena ada mobil di sampingnya yang digunakannya untuk bersandar.Butuh beberapa saat untuknya untuk kembali pulih dan menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini kejadiannya begitu cepat sampai tidak melihat bagaimana perempuan di depannya ini memberikan pukulan padanya.Geum menggelengkan kepalanya beberapa kali berharap segera pulih kembali namun ketika melihat ke arah Yukine, perempuan itu sedang menatapnya dengan mata lebarnya, penuh intimidasi yang tidak bisa ditolerir oleh Geum."Sepertinya peliharaan ini perlu dijinakkan!" ucap Yukine yang membuat Geum merasa ber

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   35. Nampaknya peliharaan ini perlu dijinakkan

    Yukine mengenakan sepatu yang baru saja sampai setelah beberapa hari menunggu, Balryu juga mencoba sepatunya. Laki-laki itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya."Seleramu bagus juga," ujar Balryu."Aku akan mengambil foto," sahut Yukine.Namun setelah beberapa gaya tidak juga puas."Biarkan aku saja."Balryu mengambil alih menggunakan ponselnya sendiri. "Angkat kaki mu," perintah Balryu.Balryu mengangkat kaki kanannya kemudian menaruhnya di atas bahannya sendiri, Yukine mengikutinya namun segera Balryu menyuruhnya menggunakan kaki kirinya. Jadilah telapak kaki bertemu telapak kaki."Tidak buruk," ujar Yukine yang melihat hasilnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bumantara yang ikut bergabung di ruang tengah."Tidak ada," jawab Yukine."Aku punya misi untuk kalian," ucap Bumantara hingga dua anaknya itu saling bertatapan. "Taraaa ...." Bumantara menunjukkan sebuah undangan yang nampak mewah juga estetik."Aku punya firasat buruk," gumam Balryu yang hanya dapat di dengar oleh Y

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   34. Peliharaan pertamanya seorang budak

    "Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"Setelan sekian lama akhirnya mulut itu mengeluarkan suara lagi dan kedua tangannya masih sibuk membersihkan sisa-sisa air matanya."Jangan hubungi dia abaikan saja, lihat bagaimana reaksinya ketika kamu marah dan mengabaikannya. Jika dia benar-benar menyukaimu dia akan memperjuangkan mu, membujuk mu lebih bagus jika dia datang malam ini. Mungkin aku yang salah memandangnya terlalu rendah.""Bagaimana jika dia tidak melakukan semuanya?""Buang saja ke laut," jawaban cepat dan spontan itu membuat Khia Na tersenyum kecil."Aku pikir menjalin hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih dewasa akan menyenangkan tapi selama ini ketika marah aku belum pernah di bujuk sekalipun dan ketika aku manja dia marah selalu mengatakan untuk tidak manja karena aku sudah dewasa.""Lalu?""Sepertinya semua yang kamu katakan benar, aku tidak perlu menunggu lagi mungkin ini saatnya aku memikirkan diriku sendiri.""Bagus, akhirnya sadar juga.""Terima kasih," ucap

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   33. Kamu buta, bodoh apa bagaimana?

    Mata Yukine berbinar ketika dihadapkan dengan makanan yang memenuhi meja di tempat tinggal sahabatnya itu."Makan, makan tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ujar Khia Na."Kamu baik sekali," sanjung Yukine sedangkan wanita di depannya hanya tersenyum lebar.Mereka duduk berhadapan dan mulai menyantap makanan namun hanya Yukine yang makan dengan semangat pihak lain hanya mengambil sedikit makanan itupun tidak segera dihabiskan, awalnya Yukine tidak menyadarinya namun jika diperhatikan ada sedikit keganjalan."Apakah kita sedang berkencan?" ucap Yukine di tengah makanannya."Apakah kamu gila? Sahabatmu ini masih suka yang berbatang," jawab Khia Na dengan cepat, nada bicaranya masih sangat tinggi penuh dengan tenaga."Tapi suasana ini terlalu romantis untukku," sahut Yukine sambil menunjukkan suasana di sekelilingnya yang telah di hias sedemikian rupa nampak romantis."Jangan pikirkan, cepatlah makan," ucap Khia Na mencoba menutupi sesuatu dari Yukine."Aku juga tidak sedang

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   32. Kurir ini begitu cantik

    Yukine menatap pesan yang dikirim oleh Balryu yang mengatakan untuk membawakan satu pasang baju santai dan satu pasang baju kerjanya. Balryu tidak bisa meninggalkan kantor dan harus bermalam di pagi harinya ada meeting pagi-pagi sekali. Ada mandat dari kakaknya tentu dirinya segera mencari semuanya yang dibutuhkan oleh Balryu.Ketika Yukine masuk ke dalam kamar laki-laki itu dan mengemasi barang-barang yang dibutuhkan oleh Balryu tanpa sengaja Yukine melihat sesuatu yang terselip di dalam buku, meskipun tidak membukanya Yukine sudah dapat menebak jika itu sebuah tangkai bunga namun Yukine masih penasaran akan hal itu dan benar saja itu hanya setangkai bunga namun nampak familiar."Sepertinya aku pernah melihatnya, apakah ini bunga yang sama seperti yang aku berikan ataukah memang ini?"Yukine menggelengkan kepalanya menepis pikirannya sendiri, "Lagipula kenapa bunga dariku disimpan?"Karena hanya sendirian di kamar ini tidak mungkin ada yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, Yuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status