Beranda / Romansa / Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah! / 35. Nampaknya peliharaan ini perlu dijinakkan

Share

35. Nampaknya peliharaan ini perlu dijinakkan

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 17:12:57

Yukine mengenakan sepatu yang baru saja sampai setelah beberapa hari menunggu, Balryu juga mencoba sepatunya. Laki-laki itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Seleramu bagus juga," ujar Balryu.

"Aku akan mengambil foto," sahut Yukine.

Namun setelah beberapa gaya tidak juga puas.

"Biarkan aku saja."

Balryu mengambil alih menggunakan ponselnya sendiri. "Angkat kaki mu," perintah Balryu.

Balryu mengangkat kaki kanannya kemudian menaruhnya di atas bahannya sendiri, Yukine mengikutinya namun segera Balryu menyuruhnya menggunakan kaki kirinya. Jadilah telapak kaki bertemu telapak kaki.

"Tidak buruk," ujar Yukine yang melihat hasilnya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bumantara yang ikut bergabung di ruang tengah.

"Tidak ada," jawab Yukine.

"Aku punya misi untuk kalian," ucap Bumantara hingga dua anaknya itu saling bertatapan. "Taraaa ...." Bumantara menunjukkan sebuah undangan yang nampak mewah juga estetik.

"Aku punya firasat buruk," gumam Balryu yang hanya dapat di dengar oleh Yukine.

"Apa itu?" sahut Yukine.

"Lihatlah sebentar lagi," jawaban yang tidak memuaskan sama sekali.

"Sebenarnya undangan ini sudah lama namun ayah pikir jika ibu tidak punya waktu untuk ini jadi ayah juga tidak akan menghadirinya ternyata ibumu bisa. Maka lihatlah." Bumantara menyerahkan undangan itu untuk dilihat keduanya.

"Terbukti bukan?" gumam Balryu ketika sama-sama membaca undangan itu bersama dengan Yukine.

"Apakah begitu membosankan?" sahut Yukine.

"Lumayan, terakhir kali aku menerima banyak tawaran aliansi."

"Aliansi?"

"Lamaran."

"Oh," sahut Yukine sambil menahan tawa.

Bumantara yang melihat kedua anaknya terus saling berbisik membuatnya tidak sabar.

"Apa sebenarnya yang kalian bicarakan?"

Yukine dan Balryu saling bertatapan kemudian dalam hitungan ketiga mereka serempak mengatakan.

"Kami memutuskan untuk tidak ikut."

"Kami memutuskan untuk tidak ikut."

Bumantara cukup terkejut dengan kekompakan mereka.

"Tidak bisa! Kalian harus ikut."

Meskipun nampak keras namun keduanya sama sekali tidak merasa takut karena mereka tahu jika laki-laki itu tidak akan benar-benar memarahi mereka.

"Ayaaaahhh ...," rengekan Yukine di keluarkan.

"Keputusan sudah final." Ibunya yang baru datang juga ikut memberikan titahnya.

"Ibu waktunya sangat mepet, aku tidak punya kebaya," ucap Yukine masih menggunakan wajah menyedihkannya.

"Aku juga tidak punya baju batik lagi, semuanya sudah pernah digunakan." Balryu juga tidak akan tinggal diam.

"Tenang saja semuanya sudah terkendali jika ibu mengatakan kalian harus ikut berati ibu sudah memikirkan semua keperluan kalian." Ucap Xiyun membuat pundak kedua anaknya itu terkulai tidak berdaya.

4 hari kemudian hari yang menyeramkan itu datang, kedua orang tuanya sudah siap di bawah menunggu putra putri mereka.

"Balryu, Fe Fei ... cepatlah. Jalanan akan macet," suara Xiyun memenuhi seluruh rumah. Meskipun Xiyun jarang bicara lantang namun dirinya tetap memiliki kodrat seorang wanita, suaranya dapat menggetarkan bumi dan langit.

Balryu yang sejak tadi siap namun masih bermain dengan ponselnya hanya tersenyum mendengar panggilan dari ibunya. Karena tidak ingin membuat ratu rumah ini marah segera Balryu menunjukkan diri.

"Aku akan memanggil Xiao Gui," ucap Balryu sambil sedikit menunduk ke lantai bawah.

Balryu menghampiri Yukine ke kamarnya dan mengetuknya dua kali.

"Masuk."

Balryu masuk setelah mendapatkan persetujuan dari pemilik kamar, Yukine sedang membelakanginya menghadap cermin yang menunjukkan seluruh anggota tubuhnya. Balryu terpaku kembali ketika melihat bayangan Yukine di dalam cermin.

"Ada apa?" tanya Yukine tanpa menoleh dan itu menyadarkan Balryu.

"Ibu sudah memanggil," jawabnya namun masih melihat Yukine yang sibuk dengan selendang di pundak kanannya.

"Perlu bantuan?"

"Tidak perlu, sebentar lagi selesai."

Namun Balryu tidak mendengarkan laki-laki itu tetap mendekati adiknya yang fokus pada bros yang digunakan untuk mengaitkan selendang di pundaknya.

"Untukmu," ujar Balryu menyodorkan sebuah parfum berwarna ungu pada Yukine.

"Untukku?" jawab Yukine melepaskan bros yang belum kepasang itu dan mengambil parfum di tangan Balryu.

Yukine sibuk mengecek aroma parfum barunya dan Balryu mengambil alih untuk mengaitkan bros itu.

"Harum sekali," seru Yukine tidak berharap jika parfum itu begitu harum.

"Aromanya tidak akan hilang seharian," sahut Balryu.

Yukine mengenakan parfum pada tubuhnya dan merasa puas setelah melihat dirinya sendiri di pantulan cermin.

"Kenapa tadi tidak ikut ibu pergi ke salon menyanggul rambut?" tanya Balryu sambil merapikan rambut Yukine yang hanya dibiarkan tergerai begitu saja.

"Terlalu merepotkan," jawab Yukine. "Aku lebih suka di gerai."

"Aku rasa juga seperti itu, lebih cantik di gerai."

Balryu masih memperhatikan bagaimana Yukine begitu cocok menggunakan kebaya Janggan berwarna hitam polos hanya sedikit bordir bunga di bagian bawahnya dengan batik coklat bercorak hitam, selendang yang ada di pundaknya batik yang sama seperti bawahannya.

"Aku sudah siap."

"Tidak ingin menambah warna lipstik lebih cerah?"

"Aku tidak sedang mencari jodoh, aku berdandan untuk diriku sendiri," jawab Yukine dan jawaban itu sangat memuaskan untuk Balryu.

Keduanya turun bersama sedangkan kedua orang tua yang ada di bawah saling berbisik ketika melihat penampilan Yukine.

"Putri kita sangat cantik," bisik Bumantara.

"Lihatlah betapa cantik ibunya, ibunya juga pandai memilihkan kebaya yang sangat pas untuknya," jawab Xiyun.

"Baiklah, baiklah ibunya yang paling cantik dan pintar."

"Memang itu kenyataannya," sahut Xiyun dengan bangga melihat kecantikan putri mereka.

"Putraku juga begitu bagus," imbuh Xiyun.

Mereka berangkat dengan satu mobil pasangan suami-istri itu di depan sedangkan kedua anak mereka sedang main game di belakang.

Yukine banyak bertanya pada Balryu tentang permainan karena bagaimanapun Balryu adalah penciptanya tidak ada orang yang lebih paham daripada orang disampingnya ini, percakapan mereka sangat nyambung karena sudah mendalami permainan ini sedangkan orang tua di depan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

Mobil itu akhirnya sampai di tempat tujuan dan mereka masuk dan langsung di sambut oleh seorang yang di tugasnya untuk menerima tamu, mereka juga mengisi daftar hadir saat mengantri Yukine ingat jika ponselnya tertinggal di mobil.

"Ini karena memakai kebaya," gerutu perempuan itu. Yukine sampai meninggalkan ponselnya di mobil karena tidak memiliki kantong, Yukine juga tidak membawa tas seperti ibunya.

"Ayah aku akan mengambil ponsel ku yang tertinggal di mobil," ucap Yukine meminta kunci mobil pada ayahnya.

Yukine pergi begitu saja sendirian, sedangkan anggota keluarganya yang lain masih menunggu.

"Ayah juga lupa membawa ponsel ayah," ucap Bumantara seketika ingat jika ponselnya juga tertinggal.

"Kalian benar-benar ayah dan anak," seru Xiyun.

"Aku akan mengambilkannya," ucap Balryu langsung meluncur begitu saja ingin menyusul Yukine yang jalannya tidak bisa terlalu cepat karena menggunakan kebaya.

Balryu sudah setengah berlari untuk mengejar Yukine dan akan memanggilnya tapi mengurungkan niatnya saat ada seorang laki-laki tiba-tiba menghampiri Yukine dan Balryu belum pernah melihatnya itu berbeda dari yang pernah dilihat di stasiun maupun seorang laki-laki yang memberikan Yukine sebuah bunga di pesta.

"Aku kira aku salah mengenali orang," ucap laki-laki itu yang sudah menghadang jalan Yukine.

"Minggir," ucap Yukine dengan ketus.

"Jangan galak seperti itu, aku hanya menyapa saja kebetulan aku ada urusan di sini," jawab Geum dengan senyum lebarnya.

"Aku tidak peduli aku sedang buru-buru," jawab Yukine sudah akan mengambil jalan lain namun Geum menghadangnya lagi dan itu membuat Yukine melotot padanya.

"Jangan marah, tapi kamu makin cantik saat marah apalagi mengenakan kebaya seperti ini," ucap Geum masih dengan senyum lebarnya bahkan tangannya dengan entengnya menyentuh kepala Yukine.

Balryu yang dari kejauhan melihat adiknya di ganggu sudah akan berlari untuk berurusan dengan laki-laki itu namun langkahnya terhenti seketika saat melihat dengan entengnya Yukine menggunakan pergelangan tangannya untuk menghantam sisi kiri kepala Geum.

"Peliharaan ini nampaknya perlu dijinakkan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   37. Kakak ipar yang dingin

    Baru juga di abaikan sebentar bunga ini sudah didatangi kumbang lagi, Balryu menatap Yukine yang sedang bicara dengan Damar laki-laki ini jauh lebih familiar untuk Balryu karena sudah pernah melihat dari kejauhan sebelumnya.Imran masih mengajaknya bicara namun Balryu mengabaikannya dan lebih memilih untuk menghampiri Yukine dan Damar. Damar lebih dulu mengetahui kedatangan Balryu dan menyapanya."Hallo, saya Damar," ucap Damar dengan senyuman lebar juga mengulurkan tangannya namun Balryu menanggapinya dengan anggukan kepala dan "Emm."Damar sedikit tidak berharap jika akan di perlakukan seperti ini oleh kakak dari temannya karena Damar pernah melihat sendiri bagaimana Laki-laki ini begitu hangat sebelumnya. Uluran tangan dari laki-laki itu sudah akan di tarik namun segera diambil oleh laki-laki lain yang baru saja bergabung."Perkenalkan aku Imran, sahabat baik laki-laki ini." Imran menggunakan tangan kanannya untuk menyambut uluran tangan Damar dan menggunakan tangan yang lain meran

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   36. Penguasa pantai selatan

    Geum tidak tahan melihat perempuan begitu cantik tepat di hadapannya tangannya yang nakal tidak berpendidikan tiba-tiba saja terangkat dan menepuk pelan kepala perempuan itu namun yang tidak disangkanya di detik selanjutnya kepalanya seperti dihantam sesuatu yang begitu kuat, telinganya berdenging hebat dan pandangannya sedikit kabur bahkan tubuhnya goyah hingga terhuyung jatuh untung saja tidak sampai jatuh ketanah karena ada mobil di sampingnya yang digunakannya untuk bersandar.Butuh beberapa saat untuknya untuk kembali pulih dan menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini kejadiannya begitu cepat sampai tidak melihat bagaimana perempuan di depannya ini memberikan pukulan padanya.Geum menggelengkan kepalanya beberapa kali berharap segera pulih kembali namun ketika melihat ke arah Yukine, perempuan itu sedang menatapnya dengan mata lebarnya, penuh intimidasi yang tidak bisa ditolerir oleh Geum."Sepertinya peliharaan ini perlu dijinakkan!" ucap Yukine yang membuat Geum merasa ber

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   35. Nampaknya peliharaan ini perlu dijinakkan

    Yukine mengenakan sepatu yang baru saja sampai setelah beberapa hari menunggu, Balryu juga mencoba sepatunya. Laki-laki itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya."Seleramu bagus juga," ujar Balryu."Aku akan mengambil foto," sahut Yukine.Namun setelah beberapa gaya tidak juga puas."Biarkan aku saja."Balryu mengambil alih menggunakan ponselnya sendiri. "Angkat kaki mu," perintah Balryu.Balryu mengangkat kaki kanannya kemudian menaruhnya di atas bahannya sendiri, Yukine mengikutinya namun segera Balryu menyuruhnya menggunakan kaki kirinya. Jadilah telapak kaki bertemu telapak kaki."Tidak buruk," ujar Yukine yang melihat hasilnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Bumantara yang ikut bergabung di ruang tengah."Tidak ada," jawab Yukine."Aku punya misi untuk kalian," ucap Bumantara hingga dua anaknya itu saling bertatapan. "Taraaa ...." Bumantara menunjukkan sebuah undangan yang nampak mewah juga estetik."Aku punya firasat buruk," gumam Balryu yang hanya dapat di dengar oleh Y

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   34. Peliharaan pertamanya seorang budak

    "Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"Setelan sekian lama akhirnya mulut itu mengeluarkan suara lagi dan kedua tangannya masih sibuk membersihkan sisa-sisa air matanya."Jangan hubungi dia abaikan saja, lihat bagaimana reaksinya ketika kamu marah dan mengabaikannya. Jika dia benar-benar menyukaimu dia akan memperjuangkan mu, membujuk mu lebih bagus jika dia datang malam ini. Mungkin aku yang salah memandangnya terlalu rendah.""Bagaimana jika dia tidak melakukan semuanya?""Buang saja ke laut," jawaban cepat dan spontan itu membuat Khia Na tersenyum kecil."Aku pikir menjalin hubungan dengan laki-laki yang jauh lebih dewasa akan menyenangkan tapi selama ini ketika marah aku belum pernah di bujuk sekalipun dan ketika aku manja dia marah selalu mengatakan untuk tidak manja karena aku sudah dewasa.""Lalu?""Sepertinya semua yang kamu katakan benar, aku tidak perlu menunggu lagi mungkin ini saatnya aku memikirkan diriku sendiri.""Bagus, akhirnya sadar juga.""Terima kasih," ucap

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   33. Kamu buta, bodoh apa bagaimana?

    Mata Yukine berbinar ketika dihadapkan dengan makanan yang memenuhi meja di tempat tinggal sahabatnya itu."Makan, makan tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," ujar Khia Na."Kamu baik sekali," sanjung Yukine sedangkan wanita di depannya hanya tersenyum lebar.Mereka duduk berhadapan dan mulai menyantap makanan namun hanya Yukine yang makan dengan semangat pihak lain hanya mengambil sedikit makanan itupun tidak segera dihabiskan, awalnya Yukine tidak menyadarinya namun jika diperhatikan ada sedikit keganjalan."Apakah kita sedang berkencan?" ucap Yukine di tengah makanannya."Apakah kamu gila? Sahabatmu ini masih suka yang berbatang," jawab Khia Na dengan cepat, nada bicaranya masih sangat tinggi penuh dengan tenaga."Tapi suasana ini terlalu romantis untukku," sahut Yukine sambil menunjukkan suasana di sekelilingnya yang telah di hias sedemikian rupa nampak romantis."Jangan pikirkan, cepatlah makan," ucap Khia Na mencoba menutupi sesuatu dari Yukine."Aku juga tidak sedang

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   32. Kurir ini begitu cantik

    Yukine menatap pesan yang dikirim oleh Balryu yang mengatakan untuk membawakan satu pasang baju santai dan satu pasang baju kerjanya. Balryu tidak bisa meninggalkan kantor dan harus bermalam di pagi harinya ada meeting pagi-pagi sekali. Ada mandat dari kakaknya tentu dirinya segera mencari semuanya yang dibutuhkan oleh Balryu.Ketika Yukine masuk ke dalam kamar laki-laki itu dan mengemasi barang-barang yang dibutuhkan oleh Balryu tanpa sengaja Yukine melihat sesuatu yang terselip di dalam buku, meskipun tidak membukanya Yukine sudah dapat menebak jika itu sebuah tangkai bunga namun Yukine masih penasaran akan hal itu dan benar saja itu hanya setangkai bunga namun nampak familiar."Sepertinya aku pernah melihatnya, apakah ini bunga yang sama seperti yang aku berikan ataukah memang ini?"Yukine menggelengkan kepalanya menepis pikirannya sendiri, "Lagipula kenapa bunga dariku disimpan?"Karena hanya sendirian di kamar ini tidak mungkin ada yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, Yuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status