Share

50. Korban yang lain

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-14 21:59:17

Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya.

"Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.

Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya.

"Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine.

"Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.

Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya.

"Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemukan keberadaannya. Tempat itu sepi hanya ada dirinya saja, Yukine duduk dengan tenang di halte menunggu kedatangan laki-laki itu namun bukanlah Balryu yang datang melainkan Rayi. Rayi berlari mengejarnya sampai ke halte.

"Ada apa? Kenapa menyusul?" tanya Yukine pada Rayi yang masih terengah-engah karena menyusulnya.

Rayi tidak menjawab namun langsung memeluk tubuh Yukine. Yukine tidak siap dengan Rayi yang tiba-tiba memeluk dirinya begitu erat.

"Ada apa?" tanya Yukine bingung.

Rayi tidak dapat menanggapi pertanyaan Yukine karena perempuan itu sudah menangis. Yukine tidak lagi bertanya namun membiarkan Rayi menyelesaikan tangisannya kemudian perlahan melepaskan pelukannya.

"Aku minta tolong," ujar Rayi sambil mengusap air matanya.

"Apa?"

"Bisakah balaskan dendamku pada laki-laki itu."

"Siapa? Alga?"

"Ya."

"Balas dendam?"

"Kamu akan berurusan dengan laki-laki itu karena Yukine sahabatmu. Bisakah kita menjadi teman dan urus laki-laki itu juga untukku."

"Apa yang ingin aku lakukan untukmu?"

"Aku ingin membalas semua hal yang telah diperbuatnya terhadap aku dan juga gadis-gadis yang lain."

Mata Yukine terbelalak mendengar ucapan Rayi. Yukine tidak mengatakan apa-apa karena juga tidak tahu harus berkata apa yang dilakukannya adalah memeluk tubuh gadis perempuan itu. Meskipun Rayi tidak mengatakan secara gamblang namun dengan pengalamannya berurusan dengan Alga, Yukine sudah bisa menembak bagaimana alurnya.

"Tenangkan dirimu dulu. Kita masih punya banyak waktu," ucap Yukine meskipun tahu jika itu tidak banyak membantu.

Rayi hanya mengangguk mempercayai Yukine.

"Besok aku akan kembali lagi. Coba ingat apa saja yang kamu ketahui dan kumpulkan bukti apapun dan sekecil apapun. Semuanya akan membantu."

"Mungkin akan sedikit sulit karena aku sudah tidak memilikinya," ucap Rayi nampak mencoba mengingat rasa sakit itu lagi.

"Tidak apa-apa, semuanya tidak terburu-buru jangan terlalu memaksakan kamu juga butuh waktu."

Rayi mengangguk lagi.

"Sebaiknya kamu pulang dulu, takutnya ibumu akan mencarimu keluar terlalu lama. Kamu tidak perlu khawatir aku akan datang lagi besok."

Rayi mengikuti nasihat Yukine dan segera kembali dan sekarang ada beban besar di pundaknya, Yukine merasa jika bukan hanya pundaknya yang penuh dengan beban saat ini otaknya terus mengingat bagaimana Rayi bisa begitu terkejut saat ada laki-laki menyentuh pundaknya. Jika bukan trauma akan pengalaman buruk sebelumnya perempuan itu tidak akan sampai seperti itu. Bahkan sampai pindah menjauh dari tempat itu berarti sudah terlalu buruk.

Yukine yang terus melamun sampai dirinya tidak tahu jika Balryu sudah datang. Yang dilakukan oleh Yukine malah hanya termenung di tempatnya memikirkan Rayi dulunya.

Yukine baru menyadari keberadaan Balryu ketika laki-laki itu menekan klakson hingga Yukine tersadar dari lamunannya. Yukine segera bangkit masuk ke mobil Balryu dengan tentengan beririsan makan malam mereka.

"Ada masalah?" tanya Balryu ketika mobil itu sudah melaju.

"Masalah apa yang bisa aku miliki," sahut Yukine.

"Namun wajahmu begitu tertekan."

"Ada banyak tugas yang menumpuk sepetinya aku akan lebih sering pulang terlambat."

"Jangan terlalu memaksakan otakmu jika terasa sulit maka berhentilah terlebih dahulu."

"Otakku kosong tidak ada banyak hal di sana jika tidak digunakan untuk belajar untuk apalagi?"

Balryu tersenyum mendengarnya, jika dirinya tidak tahu jika gadis kecilnya ini bermain di belakangnya maka akan merasa iba dengan apa yang dikatakannya. Seorang yang amnesia tidak memiliki ingatan apapun dari masa lalunya namun di sampingnya ini seperti bukan amnesia melainkan tidak tahu. Cukup berbeda antara lupa dan tidak tahu. Namun kembali lagi Balryu mengabaikan otaknya yang terlalu produktif.

Kejadian beberapa waktu lalu sudah membuatnya untuk mengambil keputusan akan mengabaikan hal-hal yang ditemuinya dan memilih bersikap tidak tahu apapun.

Sesampainya di rumah Yukine langsung melakukan boxing. Musik yang memenuhi ruangannya dapat memblokir suara-suara sumbang dari luar kamarnya. Rasa ingin menghajar laki-laki bernama Alga itu saat ini begitu kuat dan Yukine hanya dapat melampiaskan pada mesin boxing di kamarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   51. Rayi dan Keke

    Yukine tidak bisa menahan air matanya sendiri ketika melihat seorang gadis menangis di depannya, Rayi menceritakan semuanya yang telah dialaminya di masa itu dengan sedetail-detailnya. Awalnya Rayi ragu, takut namun mendengar ucapan Yukine yang bersungguh-sungguh membuatnya tidak lagi menutupinya padahal dengan ibunya saja Rayi tidak pernah terbuka seperti ini."Awalnya aku bisa mengenal laki-laki bernama Alga itu karena aku mempunyai seorang teman bernama Keke, temanku itu menjalin hubungan dengan Alga dan itu sudah cukup lama. Sebenarnya Keke ingin mengakhiri hubungan mereka namun tidak bisa karena tiap kali ingin putus Alga terus mengancamnya." Dengan perlahan Rayi menceritakan kisahnya."Mengancam bagaimana?""Keke bodoh saat itu karena mau berhubungan dengan Alga dan mereka merekamnya dengan suka rela. Alga menggunakan itu untuk mengancam Keke, jika ingin putus maka rekaman itu akan disebar luaskan."Rayi tidak tahu jika temannya itu memiliki hubungan dengan seorang laki-laki tox

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   50. Korban yang lain

    Ponsel Yukine bergetar dan itu pesan dari Balryu, menanyakan keberadaannya dan akan menjemputnya."Sepertinya aku harus pulang," ucap Yukine pada Rayi yang ada di sampingnya, masih menutup mulutnya rapat-rapat.Yukine yakin Rayi masih menyembunyikan sesuatu namun dirinya tidak dapat memaksa perempuan itu untuk bicara semua padanya."Kamu akan pergi?" tanya Rayi sambil mendongak melihat ke arah Yukine."Kakakku akan segera datang menjemput. Selamat tinggal," ujar Yukine sambil beranjak.Yukine sudah berjalan beberapa langkah namun berhenti dan melihat ke arah Rayi yang masih di tempatnya."Terima kasih untuk semuanya, sedikit apapun informasinya itu sangat berguna untukku. Cepat atau lambat aku pasti akan berurusan dengan laki-laki itu. Aku juga harus menemukan kebenaran temanku," ucap Yukine sambil tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perjalanannya.Yukine berjalan ke jalan utama dan berhenti di sebuah halte, sengaja Yukine menunggu Balryu di halte agar laki-laki itu mudah menemuka

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   49. Rayi

    Senyuman kecil terlihat di sudut bibir Yukine ketika dari sudut matanya melihat jika Geum masuk ke dalam bathtub yang suhunya menusuk kulit dan tulangnya. Meskipun mulutnya terus mengumpat karena tidak terbiasa akan suhu ekstrem ini."Aku tidak kuat lagi," ujar Geum setelah berendam selama dua menit di dalam bathtub itu."Cukup untuk hari ini namun setiap hari harus ada kemajuan walaupun itu satu detik," ujar Yukine sambil membereskan semua tugas-tugasnya. Yukine melirik pada kantong belanjaannya yang belum tersentuh kemudian mengambil satu botol minuman dan juga almond itu."Sebisa mungkin aku akan datang lebih sering untuk melihat kemajuannya."Saat Yukine sudah akan mencapai pintu Geum tidak tahan akhirnya bertanya juga."Sebenarnya untuk apa aku melakukan semua ini, ini sangat menyiksa."Yukine berhenti dan hanya setengah menoleh pada Geum. "Anggap saja sebagai latihan kamu akan tahu setelah waktunya tiba pada akhirnya kamu yang akan diuntungkan."Yukine segera pergi tidak memped

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   48. Es kristal

    Ruangan itu redup hanya ada cahaya dari lampu kecil di samping ranjang, namun Yukine merasa jika tempat tidur itu tidak senyaman tempat tidur miliknya di rumah dan saat Yukine mengangkat tangannya terdapat sebuah selang yang terhubung ke infus yang menggantung di atasnya."Rumah sakit? Lagi? Kenapa?"Yukine bertanya-tanya mengapa dirinya bisa kembali lagi di tempat ini dan mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Namun bagaimanapun Yukine memikirkannya dirinya tetap tidak bisa menemukan apa yang salah karena seingatnya diri sendiri hanya merasa sesak napas setelah itu tidak ingat apapun."Kamu sudah bangun?"Suara berat Balryu memecahkan kesunyian. Karena suasana yang redup juga keadaan Yukine yang baru saja sadar sampai dirinya tidak menyadari jika ada orang lain di ruangan itu padahal tangan kanannya masih di genggem erat oleh laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" tanya Yukine dengan suara rendah."Hampir pagi," jawab Balryu dengan cepat."S

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   47. Ide gila Balryu

    Yukine merasa jika lehernya terasa gatal, berpikir jika itu karena sudah beraktivitas seharian tubuhnya kotor dan perlu mandi namun permainan Bege sungguh apik hingga Yukine mengabaikan rasa gatalnya dan malah semakin bersemangat menonton pertunjukan yang disuguhkan oleh Balryu."Bagus, pukul kepalanya," ucap Yukine begitu bersemangat.Merasa belum cukup hanya dengan satu coklat Yukine mengambil snack lainnya dan itu sebuah almond, suapan demi suapan Yukine lakukan dengan cepat terlebih tontonan yang dilihatnya begitu seru setiap pukulan yang dilayangkan Bege Yukine akan memasukkan beberapa butir almond pada mulutnya.Yukine melihat tendangan apik dari Bege yang mengenai dada Beru namun anehnya Yukine juga merasakan sakit pada dadanya. Yukine memukul-mukul dadanya sendiri karena seperti ada sesuatu yang besar di sana. Almond itu di kunyah dengan cukup baik dan sudah menelannya namun Yukine merasa itu menyesakkan dadanya dan sekarang seperti tersedak padahal tidak ada apapun di tenggor

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   46. Xiao Gui

    "Lalu aku anak siapa?"Bagaikan di sambar petir di siang bolong Xiyun mendapatkan pertanyaan semacam ini dari seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh tangannya sendiri sejak bayi.Awalnya Balryu tidak pernah memikirkan hal ini karena di rumah ini begitu banyak dokumentasi tentang dirinya bahkan ketika Balryu berusia dua hari dan tidak menemukan keganjalan apapun, Bumantara dan Xiyun mengetahui semua kebiasaan dan apapun tentang dirinya karena memang mereka mengasuhnya sejak bayi."Tentu saja kamu putra ibu." Xiyun masih berusaha menyembunyikannya hal besar itu dari Balryu.Bumantara dan Xiyun sudah hampir lupa jika Balryu bukanlah darah daging mereka sendiri namun sekarang dihadapkan dengan pertanyaan dari anak itu membuat Xiyun tidak bisa berkata-kata. Anak ini terlalu pintar hingga Xiyun tidak bisa membodohinya sedikit pun.Dengan amat terpaksa Bumantara dan Xiyun menceritakan semuanya pada anak berusia 10 tahun itu padahal mereka berencana akan jujur padanya setelah Balryu suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status