Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.
Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu. "Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine. Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beberapa kata yang tidak dapat di dengar oleh Geum perempuan itu berjalan kearahnya. "Akhirnya pulang juga," ujar Geum yang melihat Yukine mendekat. "Kita pulang sekarang?" tanya Geum dengan antusias. "Permainan baru saja di mulai," jawab Yukine sambil melewati Geum. "Permainan? Permainan apa?" Geum bingung namun segera mengikuti langkah nona besarnya. "Bukankah setelah ini seharusnya kita pulang?" Bukan apa-apa Geum sudah meninggalkan tempat asalnya selama lima belas hari dan sedikit merindukan tempat tidurnya yang lembab akan tetapi Yukine malah menolak untuk pulang padahal kemarin perempuan itu yang sering menyuruhnya untuk pulang menyudahi pencarian kerangka itu di sungai. "Kamu akan tahu nanti," jawab Yukine sama sekali tidak melambatkan tempo berjalannya namun Geum segera menyusul di samping agar dapat melihat bagaimana raut wajah perempuan itu. "Kita akan melakukan apa?" Yukine berhenti mendengar Geum yang terus mengajukan pertanyaan namun kali ini suasana hati Yukine sedang baik dan tidak menyuruh laki-laki itu untuk berhenti bicara namun malah menepuk pipi Geum. "Kita akan bersenang-senang, aku ingin melihat hasil latihan mu selama ini," ujar Yukine sambil menyentuh lengan Geum yang berotot. Otak Geum masih memproses apa yang baru saja dikatakan oleh Yukine dan perempuan itu sudah kembali berjalan meninggalkannya. "Apakah dia akan menyuruhku membunuh seseorang?" tanya Geum pada dirinya sendiri. Geum memandangi punggung Yukine yang berjalan mendahuluinya, Geum berpikir jika dirinya sudah sedikit tahu tentang nona besarnya namun ternyata orang yang sudah di sering ditemuinya ini Geum sama sekali tidak tahu apapun tentangnya. Selama Geum di sini Yukine menyuruhnya untuk merental sebuah mobil agar mudah bepergian setiap hari dan kini Geum menggunakan itu untuk mengantarkan nona besarnya ke tempat yang Geum sendiri tidak mengetahuinya. Mobil itu terus melaju dengan Yukine yang mengarahkan jalan. "Setelan perempatan ini belok kanan kemudian berhenti," ujar Yukine melihat jalan yang begitu familiar untuknya. Jalan yang dulunya pernah dilaluinya berkali-kali dan hampir setiap hari. Pandangan Yukine terus ke luar jendela untuk melihat rumah itu namun gerbang tempat tinggal yang menorehkan banyak hal itu tertuliskan dijual, dilihat dari kondisi kediaman yang nampak gelap tidak ada penerangan sedikitpun. Mobil itu terus berjalan dengan kecepatan rendah dan berbelok ke kanan perlahan berhenti seperti yang diinginkannya Yukine. Mereka berdua turun kemudian masuk ke dalam sebuah rumah makan sederhana nasi Padang. "Ini permainannya?" gumam Geum dalam hati namun masih tidak mau bertanya lagi. Yukine hanya memesan teh hangat namun menyuruh Geum memesan makanan, Yukine hanya menikmati minumannya sambil menunggu Geum menghabiskan makanannya. "Bu bolehkah aku bertanya?" tanya Yukine pada pedagang nasi Padang itu yang kebetulan sedang membuat minuman tidak jauh dari tempatnya duduk. "Tanya apa?" ujar wanita setengah baya itu dengan santun. "Di sekitar seni apakah ada rumah yang disewakan?" "Kalo di sewakan sepertinya tidak ada." "Kebetulan aku sedang mencari seseorang apakah ibu tahu orang ini?" Yukine menunjukkan foto kakeknya pada penjual itu. "Ohh ini aku kenal dia rumahannya tidak jauh dari sini tapi dia sudah meninggal." "Meninggal?" Yukine berpura-pura sedih dan kecewa. "Memangnya kenapa kamu mencarinya kamu keluarganya?" "Kakek yang ada di foto ini adalah teman baik kakakku aku di suruh untuk mencarinya karena dia ingin mengetahui kabarnya sebelum penyakitnya semakin parah." Yukine sedikit mengarang cerita untuk mengambil simpati dan informasi dari wanita ini. Geum yang sedang memakan makanannya sampai berhenti hanya untuk melihat nona besarnya versi yang lemah lembut seperti ini karena selama ini yang di tunjukkan hanya wajah dan sikap yang dingin padanya. "Sayang sekali kakek itu sudah meninggalkan 5 atau 6 tahun yang lalu jika tidak salah." "Bagaimana dengan keluarganya mungkin aku bisa berkunjung." "Kamu juga tidak beruntung, rumah kakek itu di jual sedangkan putri dan keluarganya pindah ke luar kota." "Kota mana." "Saya kurang tahu."Permainan mereka sudah selesai di kota ini dan pagi ini mereka bersiap untuk pulang, mereka berdua tidak perlu banyak berkemas Yukine maupun Geum tidak membawa banyak barang bahkan Yukine tidak membawa baju ganti laki-laki itu selama berada di sini juga hanya membeli beberapa pakaian saja.Saat keduanya keluar dari homestay itu tidak berharap untuk bertemu dengan orang dikenalnya, Yukine dan laki-laki itu saling pandang, Yukine sedikit terkejut melihat laki-laki itu begitu pula sebaliknya."Fe Fei?" ucap Damar terkejut melihat Yukine.Damar melihat perempuan itu kemudian laki-laki di sampingnya setelah itu melihat dari mana mereka keluar, Damar terus melihat ketiga arah itu secara bergantian."Apa yang kamu lakukan di sini?" Yukine lebih dulu bertanya karena nampak Damar tiba-tiba merasa canggung akibat hal-hal yang ada di otaknya."Aku sedang lewat kebetulan ada pedagang buah di pinggir jalan aku berhenti untuk membeli," ujar Damar sambil menunjuk pedagang yang tidak jauh dari mereka
Geum menikmati nikotin di sela-sela jarinya sambil menatap tempat surga dunia itu, disampingnya perempuan itu bicara cukup panjang kali lebar tentang apa yang harus dilakukannya terhadap tempat itu. Iki adalah kali pertamanya Geum mendengar perempuan itu bicara sangat banyak.Awalnya ketika Yukine menunjukkan tempat ini Geum sedikit bersemangat karena berpikir jika dirinya bisa sedikit beristirahat melepas penat akan tetapi dirinya salah ternyata tempat ini adalah tempat bermain mereka yang selanjutnya."Tidak perlu sampai menyakiti siapapun. Mereka yang bekerja di sini bukan semata-mata karena uang dan mengejar kesenangan banyak dari mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain atau juga karena tidak bisa pergi," ujar Yukine sambil memperhatikan beberapa gadis yang sedang menarik pelanggan di tempat bergemelap penuh warna warna itu."Aku mengerti," ujar Geum sambil melemparkan putung rokoknya sebelum keluar.Geum membenahi penampilannya sambil berjalan ke tempat itu baru saja
Mobil itu kembali membawa Yukine dan Geum menyusuri jalan yang familiar namun kali ini Yukine nampak kurang bersemangat. Geum masih tidak bertanya hanya mengemudikan mobil itu dengan kecepatan 20 Km. Yukine menatap kosong jalanan yang semakin sepi, kepalanya terasa berat sebelah setelah mengetahui fakta jika keluarga itu telah pergi.Pindah ke luar kota tanpa seorangpun yang tahu keberadaannya. Yukine berpikir seperti sedang mencari jarum di tumpukan jerami mencari keluarga itu di bumi Nusantara yang begitu luas ini membuat Yukine sudah pusing duluan."Aku butuh sebuah petunjuk," ujar Yukine sambil memijat kepalanya sendiri. "Mereka tidak mungkin berpindah kota dengan acak bukan? Sepertinya aku akan mencari informasi tentang keluarga paman."Saat Yukine dipusingkan tentang keluarga bibinya pandangannya tanpa sengaja melihat seseorang yang pernah menjadi salah satu sebab akibat hal malang yang pernah menimpa Yukine."Laki-laki itu!" ucap Yukine dengan geram.Geum menoleh pada Yukine ka
Yukine tidak tahu apa saja yang dikatakan oleh Geum pada penjaga makam namun saat ini mereka sudah berhasil menguburkan kerangka itu di samping makam kakeknya. Yukine tidak menuliskan apapun pada papan itu membiarkan tetap kosong ketika nanti semua balas dendamnya sudah terbalas maka dengan tangannya sendiri Yukine akan menuliskan namanya di papan itu.Geum sudah selesai bicara dengan penjaga makam namun masih tidak ingin menganggu Yukine yang nampak serius dengan dua makam di depannya. Perempuan itu tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri untuk waktu yang lama. Geum sudah terbiasa melihat Yukine hanya diam seperti itu begitu lama yang dilakukannya hanya sabar menunggu perempuan itu bergerak. Sambil menghembuskan asap dari mulutnya Geum menikmati pemandangan pemakaman umum di sore hari menjelang malam itu."Apakah perempuan ini akan bermalam di sini?" tanya Geum dalam hati sambil melirik ke arah Yukine.Matahari perlahan tenggelam ada pergerakan dari Yukine, setelah mengatakan beb
Bibir itu merekah ketika membuka pesan yang sejak tadi ditunggunya. Isi pesan itu membuatnya bahagia namun pikirannya menjadi tenang karena orang yang biasa mengirimkan pesan sudah ada kabar."Aku sudah menemukan tengkoraknya." Isi pesan itu di sertai dengan gambar seperti biasa.Selama lima belas hari ini Geum sudah berhasil menemukan banyak bagian tubuh itu namun tetap saja ada yang tidak lengkap seperti bagian-bagian kecil dan kaki kanannya. Geum juga hanya menemukan potongan dua jari yang tidak lengkap dari 20 jari.Ini sudah seperti keajaiban untuk Yukine dan perempuan itu tidak berani menurut lebih dari ini."Aku akan datang besok," balas Yukine.Senyuman itu segera hilang di gantikan dengan sendawa besar. Yukine merasa jika perutnya sangat penuh dan sedikit sulit untuk bernapas dengan benar. Akan tetapi Yukine tetap memaksakan dirinya untuk segera menyelesaikan tugasnya dan segera tidur agar dirinya bisa pergi pagi-pagi sekali besok namun Yukine tidak mengambil kereta paling pa
Yukine memainkan pensil ditangannya, dihadapannya banyak buku-bukunya yang terbuka namun pikirannya tidak berada di tempat melainkan berada jauh di sana. Geum sudah ada di sana selama 15 hari dan setiap hari akan mengirimkan gambar demi gambar dari potongan kecil jasadnya.Tapi hari ini sampai malam Geum tidak ada kabar bukan karena Yukine menunggu kabar baik namun memikirkan orang yang mengirimkan kabar, Yukine tidak khawatir jika hari ini tidak ada kabar tapi menghawatirkan orangnya.Yukine menoleh ketika mendengar pintunya diketuk padahal tidak ditutup."Ibu memanggilmu. Kamu tidak mendengarnya?" ucap Balryu yang ada di pintu."Ada apa?""Makan malam.""Aku masih kenyang."Balryu tidak terbiasa dengan adiknya yang sekarang menolak makanan. Jika itu dulu Fe Fei sering menolak makan malam karena alasan diet namun untuk Yukine yang sekarang diet tidak ada dalam kamusnya sebab itu Balryu perlu membujuk mu untuk turun."Punya banyak tugas?" tanya Balryu sambil menyelonong masuk untuk me