Share

3. Terenggut Paksa

Author: Aww Dee
last update Last Updated: 2024-09-04 15:07:51

“A-apa maksud Kakek?” Radha dan Krisna spontan saling pandang. Mereka berusaha mencoba mencerna kembali ucapan yang baru saja keluar dari mulut Kakek Felix.

Kata-kata —pengganti— itu, membuat udara di sekitar mereka semakin tegang.

Kakek Felix masih dengan ekspresi datar, dan sorot mata yang tak pernah lepas dari Krisna. "Radha harus melahirkan seorang putra, calon pewaris keluarga Harlingga," lanjutnya, dan kali ini terdengar lebih tajam. "Jika tidak, jangan harap kalian bisa menjalani hidup dengan nyaman."

Emosi Krisna yang semula sudah tertahan, kini kembali meluap. “Aku tidak mencintai Radha, Kakek. Bagaimana bisa aku melakukannya!”

"Keputusanku sudah bulat," ucapnya dengan nada yang dingin namun penuh wibawa. “Kau boleh tidak mencintai Radha, tapi kau tetap seorang Harlingga. Tanggung jawabmu adalah memastikan garis keturunan ini terus berlanjut. Jika kau tidak bisa, maka persiapkan dirimu untuk kehilangan semuanya.”

Radha kembali termenung. Lagi, untuk kedua kalinya ia dibuat terkejut oleh perkataan Kakek Felix.

"Aku beri waktu kalian sebulan. Kuharap kalian berdua bisa memberikanku kabar bahagia. Jika tidak, kalian tahu apa yang akan terjadi," ucap Kakek Felix, mempertegas ultimatum yang baru saja disampaikan.

Krisna menggertakkan giginya, matanya memancarkan kemarahan. Tangannya mengepal erat, seakan ingin menghancurkan apa saja di dekatnya. "Sebulan?" suaranya bergetar, setengah tak percaya. "Kakek, ini gila! Kau tidak bisa memaksakan sesuatu yang mustahil terjadi dalam waktu sesingkat itu!"

Tatapan dingin Kakek Felix tetap tak berubah. "Sebulan, Krisna," ulangnya dengan nada tanpa kompromi. "Tak peduli apa pun alasanmu, tugasmu tetap harus dijalankan. Jika kau gagal, semua yang kau miliki—semua yang pernah kuberikan padamu—akan lenyap."

Ancaman itu menggantung di udara, menusuk Krisna dan Radha dengan rasa ketakutan yang tak terucapkan. Kakek Felix tak memberi ruang untuk negosiasi. Kalimatnya seperti vonis yang tak dapat dihindari.

Kakek Felix melangkah pergi, meninggalkan Krisna dan Radha dalam keadaan kacau dan syok.

Ancaman kakek tua itu terus terngiang-ngiang meski pria itu telah meninggalkan Krisna dan Radha.

Mereka hanya punya waktu sebulan—dan Kakek Felix tak peduli bagaimana caranya… Radha harus hamil.

Radha terduduk lemas di lantai, tubuhnya gemetar hebat. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, namun ia berusaha menahannya. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh ketakutan dan keputusasaan yang tak terbendung.

"Bagaimana mungkin?" bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Radha menatap kosong ke arah lantai, tangannya mencengkeram erat ujung bajunya. "Sebulan... hamil dalam sebulan..." Kata-kata itu terasa pahit di lidahnya.

Kenyataan pahit menghantam Radha seperti ombak yang menerjang karang. Hubungannya dengan Krisna selama ini hanyalah sebuah pernikahan tanpa cinta.

Bagaimana mungkin ia bisa mengandung anak dari pria yang bahkan tak sudi menyentuhnya?

Di sisi lain, Krisna tampak bergetar, bukan karena ketakutan, tetapi kemarahan yang semakin memuncak. Ia menatap tajam ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh kakeknya, "Sial!" umpatnya pelan.

Lalu tanpa peringatan, Krisna berbalik dan menatap Radha dengan penuh kebencian. "Ini semua pasti rencanamu!"

Radha tersentak, menatap suaminya dengan kaget. "Apa maksudmu, Krisna?" tanyanya, suaranya bergetar penuh kebingungan.

Krisna berjalan mendekat dengan langkah tergesa-gesa. Dia menarik Radha bangkit dari lantai dengan kasar, membuat wanita itu terdorong paksa berdiri. "Jangan berpura-pura bodoh. Pasti kau yang mengadu pada Kakek Felix soal Nindy. Kau menjebakku, agar aku tidur denganmu dan memberimu anak, kan? Itu rencanamu!"

Radha menggeleng cepat, air matanya mulai jatuh. "Aku tak pernah melakukan itu," jawabnya dengan nada pelan, namun penuh rasa sakit.

Krisna mencengkeram bahu Radha semakin keras. Wajahnya mendekat, suaranya penuh dengan ejekan. "Jangan bohong, Radha. Kau pikir aku tak tahu? Kau sangat licik."

“Argh, lepaskan aku, Krisna. Kau menyakitiku.” Radha berteriak dan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman Krisna yang semakin menyakitkan. "Aku bahkan tidak tahu kalau Kakek Felix tahu soal wanita itu!”

Namun, Krisna tak mendengarkan. Senyumannya semakin sinis. "Kau merasa sakit?" cibirnya. "Bagus. Kau pantas merasakannya.”

Bagi Krisna, hidupnya telah berubah menjadi neraka sejak hari pernikahannya dengan Radha. Setiap pagi ia terbangun dengan perasaan tercekik, seolah-olah rantai tak kasat mata mengikat lehernya, memaksanya untuk menjalani kehidupan yang tak pernah ia inginkan.

Dinding-dinding rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung kini terasa seperti sel penjara yang mengurungnya.

Kini, saat ia menatap Radha dengan kebencian yang tak disembunyikan, Krisna merasakan kepuasan. Setidaknya, pikirnya, ia bisa membuat wanita itu merasakan secuil penderitaan yang ia alami setiap hari.

Dengan satu tarikan kuat, Krisna menarik tubuh Radha semakin dekat, hingga nyaris tak ada jarak di antara mereka.

Radha menggigil, merasakan hawa dingin dari sikap Krisna yang begitu kasar. Ia tahu ada bahaya yang mengancam. Amarah suaminya sudah terlalu jauh untuk ditenangkan.

Radha kembali mencoba mendorong tubuh Krisna, tetapi sia-sia. Tubuhnya yang kecil tak mampu melawan kekuatan Krisna yang jauh lebih besar.

"Krisna, aku mohon... lepaskan aku," ucap Radha terisak, namun permohonannya diabaikan.

Krisna malah semakin kasar. Ia mendorong Radha hingga punggung wanita itu menghantam dinding dingin dan keras.

“Ah….” Jeritan kecil lolos dari bibir Radha saat rasa sakit menjalar di punggungnya. Tapi Krisna tak berhenti. Tindakan gilanya semakin tak terkendali.

Tanpa peringatan, Krisna mencengkeram wajah Radha dan mencium bibirnya dengan kasar. Air mata Radha berderai tanpa henti, rasa takut dan ketidakberdayaan menyelimuti tubuhnya.

Krisna adalah suaminya, lelaki yang begitu ia cintai. Tapi tindakan ini, ciuman paksa yang kasar adalah bentuk penghinaan. Ia terus menggelengkan kepalanya dan berpikir, apa yang sedang terjadi pada pria yang dulu ia kenal?

"Ada apa, Radha?" tanya Krisna, dengan suara serak dan penuh cemoohan. "Kau begitu mendambakan diriku, kan? Jadi kenapa sekarang kau menangis?"

Radha menangis semakin keras. Terlebih ketika dengan satu gerakan keras, Krisna menyentak tubuh Radha dan melemparkannya ke atas sofa.

Pria itu kembali menghimpit tubuh mungil Radha dengan sikap yang brutal.

“L-lepas….” Radha berusaha menjerit, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Radha untuk melawan Krisna. Semua tenaganya terkuras habis, tubuhnya terasa hancur baik fisik maupun batin.

Amarah Krisna akhirnya mereda setelah ia mencapai puncak kepuasan. Sementara itu, Radha duduk dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Tangannya gemetar saat mencoba merapikan pakaian yang sudah berantakan, usai harga dirinya direnggut secara kejam.

Ketika Radha bangkit dari sofa. Sebuah noda merah di sana menjadi pusat sorotan, baik itu oleh Radha ataupun Krisna.

Sebuah senyum sinis dilayangkan pria itu. "Selamat, akhirnya kau telah berhasil menjadi Nyonya Harlingga seutuhnya."

PLAK!

Tamparan keras mendarat di pipi Krisna, membuat kepala lelaki itu terpaksa berbalik. Radha yang gemetar tak lagi menahan emosinya.

"Sudah cukup, Krisna!" teriaknya, suaranya serak dan dipenuhi amarah bercampur kesedihan. "Jika kau begitu membenciku dan ingin aku pergi dari hidupmu, maka ceraikan aku sekarang juga!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   103. Saga Tersudut

    “Kau bertanya karena ingin tahu, atau ingin cepat-cepat menemui kekasih gelapmu itu?” sindir Gayatri dengan nada penuh keangkuhan. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu, termasuk Baskara dan Mega, menatapnya dengan ekspresi terkejut. Hanya Nindy yang tampak biasa saja. Bahkan ada senyum tipis yang terukir di bibirnya, seolah menunggu reaksi yang akan diberikan Saga. Saga mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak amarah yang mulai merayapi dadanya. Ia menatap Gayatri dengan sorot mata tajam. “Tolong jangan mengucapkan sesuatu yang sama sekali tidak benar tentang hubungan saya dan Radha.” Gayatri mendengus sinis. “Tidak benar, katamu?” Ia melipat kedua tangannya di dada. “Jadi, menurutmu, kepedulianmu yang berlebihan terhadap Radha itu hal yang wajar? Jangan munafik, Saga. Aku sudah melihat bagaimana kau yang selalu berada di sisinya tiap kali dia bermasalah dengan suaminya. Bahkan caramu menatap Radha, aku bisa tahu bahwa ada sesuatu di antara kalian berdua. Jangan kira ak

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   102. Perdebatan Keluarga Harlingga

    Gayatri mengepalkan jemarinya dengan erat, menahan amarahnya yang meluap-luap. Napasnya terdengar memburu, wajahnya memerah, dan matanya menyorotkan kemarahan yang tidak bisa lagi terbendung. “Berani-beraninya Krisna menutup telepon Mamanya sendiri!” batin Gayatri, geram."Apa yang terjadi?" Suara berat dan penuh wibawa khas milik Baskara terdengar dari belakangnya. Pria itu baru saja keluar dari kamar tempat Kakek Felix beristirahat. Wajahnya terlihat lelah dan cemas. "Apa kau sudah memberi tahu Krisna tentang kondisi Ayah?"Gayatri menoleh dengan ekspresi jengkel. "Tentu saja, Mas! Aku juga sudah menyuruhnya untuk segera pulang. Tapi dia justru membantahku dan bersikeras untuk tetap menemani Radha. Kata Krisna, wanita itu pingsan!" Nada suaranya penuh kejengkelan dan ketidakpercayaan.Baskara mengernyit. "Radha pingsan?""Iya, Mas! Dan Krisna membawanya ke rumah sakit. Seolah-olah itu lebih penting daripada kondisi kakeknya sendiri!" Gayatri mendengus sinis. "Aku sudah menduga wani

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   101. Merasa Takut Untuk Pertama Kalinya

    Krisna terperangah. Napasnya tercekat saat melihat tubuh Radha ambruk ke tanah tanpa daya. Untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Pikirannya kosong dan tubuhnya membeku. Tetapi detik berikutnya, tanpa sadar, ia sudah berlari ke arah wanita itu."Radha!" Krisna berlutut di sampingnya, tangannya terulur untuk menyentuh wajah Radha yang pucat pasi. Dada wanita itu naik turun tak beraturan, napasnya tersengal-sengal, dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   100. Kembali Menyalahkan Radha

    Krisna menarik tangan Radha dengan erat, membawanya keluar dari ruangan yang penuh dengan kekacauan. Langkahnya cepat, hampir menyeret Radha yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Napasnya memburu, sementara pikirannya berputar liar, mencoba memahami mengapa dia tiba-tiba merasa perlu melindungi Radha. Radha hanya bisa menurut, mengikuti Krisna dengan langkah goyah. Jantungnya masih berdegup kencang, kepalanya pening akibat kilatan kamera dan suara-suara menghakimi yang terus terngiang di telinganya. Namun, genggaman tangan Krisna yang kuat seolah memberinya perlindungan di tengah badai yang mengamuk. Mereka terus berjalan hingga mencapai taman belakang gedung, jauh dari sorotan kamera dan kerumunan orang-orang yang menggila serta haus akan berita penuh sensasi dari salah satu anggota keluarga Harlingga. Saat akhirnya Krisna melepaskan genggamannya, Radha terhuyung sedikit ke belakang. Napasnya masih tersengal, dadanya naik turun dengan cepat. “Apa... yang baru saj

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   99. Berkerumunnya Para Wartawan

    Radha berdiri terperangah di tengah kerumunan wartawan yang tak kenal ampun. Kilatan kamera terus menyambar wajah Radha dan menyilaukan matanya. Suara-suara tajam dan penuh desakan dari wartawan pun turut menusuk telinganya, membuat kepalanya berdengung tanpa henti. “Nyonya Radha, benarkah Anda telah menggugat cerai Tuan Krisna?” salah satu wartawan melemparkan pertanyaan dengan nada mendesak. “Apakah benar penyebabnya adalah orang ketiga?” yang lain menambahkan tanpa memberi waktu bagi Radha untuk menjawab. Sebuah mikrofon mendekat dari arah lain, “menurut informasi yang kami terima, Anda memiliki hubungan tersembunyi dengan seorang pria dari keluarga kaya. Bisakah Anda memberi klarifikasi tentang itu?” “Dan apakah benar Anda tengah mengandung anak dari pria tersebut?” pertanyaan terakhir dilontarkan dengan nada yang lebih tajam dan mengintimidasi. Radha hanya bisa membeku, tubuhnya terasa seolah kehilangan tenaga. Kilatan kamera yang terus-menerus membuat pandangannya semakin

  • Tuan CEO, Mari Bercerai!   98. Kejutan Di Acara Amal

    Krisna menegang sesaat. Kata "sayang" yang diucapkan Radha dengan nada menggoda seolah nyaris menghantam benteng pertahanannya. Mata hitamnya menatap wanita di sampingnya yang kini tersenyum manis seakan benar-benar menikmati perannya. "Apa kau sangat menikmatinya?" gumamnya pelan. Radha tertawa kecil. "Bukankah kau sendiri yang menyuruhku bersikap layaknya istri yang baik?" Krisna hanya mendengus dan menatap lurus ke depan. Langkahnya mantap saat memasuki gedung mewah tempat acara amal berlangsung. Sejak mereka muncul di pintu masuk, mata para tamu undangan yang ada di dalam ruangan itu, kompak tertuju pada mereka. Bisik-bisik di antara mereka pun mulai samar terdengar. "Oh, lihat itu! Mereka datang!" “Astaga, aku pikir ini seperti acara pengobatan raja dan ratu. Mereka berdua terlihat sangat menawan!” “Aku hanya mendengar bahwa menantu perempuan mereka sangat cantik, dan ternyata itu benar.” “Rasanya beruntung sekali bisa datang ke tempat ini. Bisa melihat wajah tampan cuc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status