Home / Rumah Tangga / Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku / Seperti Bicara dengan Tembok

Share

Seperti Bicara dengan Tembok

Author: Senja Berpena
last update Huling Na-update: 2025-08-04 10:07:50

Setelah malam penuh luka, Anne terbangun dengan semangat baru. Wanita itu seakan tidak pernah lelah untuk mendapatkan perhatian dari suaminya.

Apa pun akan dia usahakan agar sikap suaminya berubah seperti dulu, hangat dan penuh kasih sayang.

Seperti pagi sebelumnya, Anne kembali menyiapkan sarapan untuk Samuel sebelum pria itu berangkat kerja.

Bahkan kali ini menu yang disajikan terlihat mewah dan spesial. Semua Anne lakukan hanya untuk membuat Samuel kembali padanya.

"Selamat pagi, Sayang." Bahkan panggilan sayang pun diucapkan Anne untuk memancing selera makan suaminya, tetapi wajah datar itu masih muncul di sana.

Samuel berjalan menuju ke meja makan tanpa bersuara, tetapi tatapannya pada menu pagi itu terlihat sedikit bercahaya.

Hal ini membuat Anne mengulum senyum, hatinya bergetar saat menangkap sinar minat di mata suaminya.

"Duduklah, akan aku siapkan sarapan untukmu," kata Anne dengan lembut.

Wanita itu bergerak dengan cekatan dan terampil dalam menyiapkan sarapan, sepanjang kegiatan itu, bibirnya selalu melengkung indah menampilkan senyuman ceria.

Hati Anne sedikit berbunga, dia begitu bahagia mendapati suaminya mau menyendok makanan yang disiapkan.

Setelah melihat Samuel nyaman memulai sarapannya, Anne perlahan ikut duduk di kursi samping suaminya. Jemarinya mulai bergerak untuk menyiapkan sarapannya sendiri.

"Bagaimana rasanya? Aku sengaja membuat menu ini khusus untukmu,” ucap Anne penuh harap mendapat respon baik dari Samuel.

"Biasa saja."

Anne menatap wajah suaminya dengan raut wajah muram. Dia tahu pasti bahwa sejujurnya Samuel puas dengan masakannya pagi ini, hanya saja pria itu tidak mau terbuka. Hal ini terlihat dari cara makan yang pelan seakan menikmati rasa.

"Apa perlu aku bawakan untuk makan siangmu, Samuel?" tanya Anne dengan ragu.

Samuel mengangkat kepalanya menatap manik mata Anne, lalu kepalanya menggeleng. Setelahnya dia kembali fokus pada piringnya yang masih menyisakan sedikit.

"Jika begitu, apa perlu aku isi lagi menu yang lain pada piringmu?" tanya Anne lagi dengan suara lembut.

"Tidak. Katakan saja apa tujuanmu menyajikan semua ini dan sikapmu yang sok itu!"

Jleb! Susunan kata yang begitu dingin dan menekan membuat Anne menunduk.

Di bawah sana kedua tangannya saling bertaut dengan ibu jari bergerak gelisah. Hatinya seketika berubah pedih, dia mendengus perlahan agar Samuel tidak mendengar kegelisahan itu.

"Saat di pesta Mama kemarin begitu membuat hatiku sakit. Apa kau tidak tergerak untuk menyentuhku?" tanya Anne dengan keraguan di sana.

Perlahan wanita itu menoleh menghadap Samuel hanya ingin tahu bagaimana reaksi suaminya dengan kalimat tanya yang frontal itu.

Namun, dia kembali kecewa. Samuel sama sekali tidak merubah pola pada wajahnya, tetap datar.

Anne menelan salivanya, tiba-tiba dia merasa kenyang dengan suasana dingin yang selalu dihadirkan suaminya itu.

Peristiwa di pesta itu masih membekas di hatinya. Untuk alasan itu Anne harus menguatkan niat bertanya pada suaminya meskipun hasil akhir sudah dapat ditebak, tetapi dia tidak mau mundur sebelum berjuang.

"Aku tidak mandul, Samuel. Andai kau mau menyentuhku mungkin bisa hamil lebih cepat, aku ingin kita ke dokter," kata Anne dengan nada rendah.

Samuel menatap Anne sekilas lalu kembali tenggelam pada sisa makanan yang masih di piring. Setelahnya, dia meraih cangkir berisi kopi dan mulai meneguk perlahan. "Terserah!" jawabnya.

"Aku hanya ingin membuktikan pada seluruh keluargamu bahwa aku tidak mandul. Kau harus ikut, Samuel."

Anne berkata dengan tegas, kali ini wanita itu berani menaikkan nada bicaranya agar suaminya menanggapi kalimatnya itu.

"Ambilkan aku koran pagi ini di sana," perintah Samuel mengalihkan topik pembicaraan.

Anne lalu bangkit dari duduknya sambil menghembuskan napas panjang, dia mencoba bersabar dengan interaksi pagi itu.

Langkahnya yang panjang membuat Anne cepat kembali ke tempatnya semula. Pandangannya masih tertuju pada Samuel yang fokus pada berita bisnis pagi.

"Bagaimana dengan ingnku tadi, Samuel?" kejar tanya Anne.

Samuel tetap diam, tangan dan kedua matanya sibuk pada lembar koran itu membuat Anne mengusap dadanya.

Ia merasa diabaikan. Dengan kasar jemari Anne menyentak ujung koran itu dan menatap tajam pada Samuel.

"Tidak bisakah kau untuk sesaat memperhatikan percakapan ini, Samuel?" ujar Anne dengan nada sedikit lebih tinggi.

Samuel menatap dingin istrinya tanpa bersuara. Tatapan itu membuat tubuh Anne kaku, lengannya yang masih memegang ujung koran pagi perlahan turun. "Apa yang kau inginkan, Anne? Lakukan saja apa pun yang membuatmu puas!"

Anne menghela napas panjang berulang kali, saat ini dia terus berusaha menenangkan hatinya agar tetap sadar dengan sikap suaminya itu.

Namun, apa daya semua terhenti dan terputus begitu saja dengan kalimat yang keluar dari mulut Samuel.

Wanita itu menunduk, mencoba menetralkan perasaannya. Menata ulang kepingan cinta yang masih tersisa, lalu berusaha mengeluarkan suara lagi memohon pada suaminya.

"Lalu, kapan kau bisa datang ke dokter itu bersamaku?" tanya Anne dengan nada sedikit lebih rendah dari sebelumnya.

"Terserah."

"Bagaimana jika sore ini?"

"Hem."

Jawaban pendek dan datar membuat dada Anne sesak. Wanita itu kembali menekan emosinya agar tidak meledak yang akan berakibat fatal pada hubungan mereka. Anne tidak mau hal buruk terjadi pada pernikahannya, ia masih mencintai Samuel sama seperti dulu.

"Mama begitu ingin segera menggendong cucu dari kita, Samuel. Tidakkah hatimu tergerak untuk membuat beliau bahagia?"

Samuel tidak merespon kalimat Anne, pria itu justru bangkit dari duduknya sambil melipat koran pagi lalu mulai melangkah meninggalkan Anne dengan tatapan penuh emosi.

Brakk!

Telapak tangan Anne menggebrak meja dengan keras membuat tubuh Samuel berbalik menghadapnya. Pria itu tetap bungkam dan dingin menatap istrinya yang terlihat terbalut emosi.

"Apa aku ini hanya kaset rusak di hadapanmu hingga tak satu pun kalimat yang kuutarakan kau respon? Aku seperti bicara dengan tembok, kau tahu?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
AlbyMalik
ya ampun Anne kamu udah usaha masak apalah segala mac tetep aja Samuel kaya es batuu
goodnovel comment avatar
Risa Andriani
nyesek sekali bacanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Berhasil Kabur

    Gedung tua itu berderit setiap kali angin malam menyelinap melalui celah-celah kusamnya.Lampu redup bergoyang, menorehkan bayangan panjang di dinding yang retak — saksi bisu pada rahasia yang tak seharusnya hidup di dunia yang terbuka.Di sebuah ruangan kecil bertutup selimut kotor, Jeane duduk terhimpit, mata tajamnya mengamati setiap gerak penjaga yang lewat.Ia tahu waktu adalah musuhnya; namun keganasan pikiran adalah sekutu yang selalu setia.Jeane menarik napas panjang, menahan sakit yang sebenarnya setengah pura-pura.Sekian hari disekap membuat tubuhnya lelah, tapi otaknya malah menyala. Ia harus keluar.Harus — bukan hanya untuk kebebasannya sendiri, tetapi untuk melanjutkan rencananya: menghancurkan Samuel dan Anne, sekali untuk selamanya.Di luar pintu, dua penjaga bergantian berjaga. Mereka berpakaian gelap, wajah kebanyakan kosong — orang yang melakukan tugas karena upah, bukan karena kesetiaan.Jeane mengamati mereka seperti predator mengamati mangsa; dia tahu tepat tit

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Aku tidak Marah

    Malam di lorong rumah sakit terasa dingin, lampu-lampu remang membuat bayangan panjang menari di dinding.Di dalam kamar perawatan intensif, suara mesin berdenyut lembut, menandai napas dan detak jantung Anne yang mulai stabil.Samuel duduk di kursi samping ranjang, matanya merah karena kurang tidur, namun wajahnya dipenuhi rasa syukur yang tak terkatakan.Di pangkuannya, handuk kecil yang dipakai Anne untuk mengelap bibirnya masih tersampul.Anne, yang tubuhnya masih lemah, menoleh perlahan saat mendengar suara-suara wajah yang akrab di luar.Ia sengaja membuka mata samar, ingin merekam setiap nada suara Samuel yang menenangkan itu.Namun, ia tidak sengaja mendengar cuplikan percakapan yang bukan untuk telinganya — sebuah bisik yang berubah menjadi pengakuan dan sumpah.“Daryl… aku sudah urus semuanya,” gumam Samuel pelan, suaranya hanya untuk orang di dekatnya.“Dokumen legal, bukti transaksi, saksi-saksi — aku akan membersihkan nama Anne sampai bersih. Kalau itu berarti aku harus m

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Akhirnya Siuman

    Suasana kamar ICU dipenuhi suara mesin yang berdengung pelan. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, dingin dan menusuk.Di samping ranjang putih bersih itu, Samuel duduk dengan tubuh yang sedikit membungkuk.Wajahnya tampak lelah, mata merah karena berhari-hari tidak tidur. Tangannya tak lepas menggenggam jemari Anne yang terasa dingin dan lemah.Sudah hampir seminggu Anne koma setelah kecelakaan mengerikan di panti asuhan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan bagi Samuel.Ia hanya bisa memohon pada Tuhan agar perempuan yang dia cintai kembali membuka matanya.Samuel mengusap rambut Anne dengan lembut.Suaranya parau ketika ia berbisik,“Anne tolong, bangunlah. Aku tidak peduli seberapa marah kau padaku, seberapa kecewamu padaku, asalkan kau tetap di sini bersamaku.”Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Ia merasa hancur, merasa gagal melindungi wanita yang selama ini menjadi pusat dunianya.Tiba-tiba, jemari Anne bergerak pelan di genggamannya. Samuel terhenyak dan jan

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Perang Ibu dan Anak

    “Apa ini benar, Samuel?” teriak Tyas dengan wajah amarah dan luka. “Kau anakku sendiri, mencopot ibumu dari perusahaan yang kubangun bersama ayahmu?!”Samuel menatapnya tanpa gentar dan raut wajahnya penuh ketegasan. “Benar, Ma. Mulai hari ini, kau bukan lagi bagian dari perusahaan ini. Semua wewenangmu telah dicabut secara hukum.”Ruangan langsung riuh. Beberapa direksi saling berbisik, sebagian tampak terkejut, sebagian lagi tersenyum tipis karena sudah lama ingin melihat Tyas jatuh.Namun, sebagian direksi yang setia pada Tyas justru terlihat panik dan marah.Tyas berdiri dengan gerakan kasar hingga kursinya terjungkal ke belakang. “Apa kau sudah gila?!” teriaknya dengan wajah merah padam.Ia meraih tumpukan berkas di meja dan melemparkannya ke arah Samuel. Beberapa kertas berhamburan di udara dan jatuh berserakan di lantai.“Kau pikir kau bisa menghancurkan aku begitu saja? Aku yang membesarkanmu! Aku yang menjaga perusahaan ini saat kau belum bisa apa-apa!”Samuel tetap berdiri t

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Aku Merindukanmu, Anne

    Ruang kerja Samuel dipenuhi oleh ketegangan. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja kayu mahoni, layar laptop menampilkan grafik, rekaman video, dan data transaksi keuangan.Lampu meja menyinari wajah Samuel yang tampak letih namun penuh tekad. Matanya merah karena kurang tidur, tetapi genggamannya pada pena tetap kuat.Di hadapannya, Daryl berdiri sambil membawa beberapa map tebal. Ia menatap tuannya dengan ekspresi khawatir.“Tuan Samuel,” katanya pelan, “ini semua bukti yang berhasil saya kumpulkan. Rekaman panggilan telepon, transfer dana ke rekening Jeane, dan dokumen yang menunjukkan Nyonya Tyas menggunakan wewenangnya untuk mengalihkan dana perusahaan. Tapi ….”Samuel mengangkat kepalanya dan sorot matanya menatap tajam Daryl. “Tapi apa, Daryl?”Daryl menelan ludah sebelum menjawab. “Tapi langkah ini berbahaya. Nyonya Tyas memiliki banyak pendukung di jajaran direksi. Jika Anda salah langkah, mereka bisa membalikkan keadaan dan menyerang Anda balik. Anda akan dianggap sebagai

  • Tuan CEO Tak Lagi Mencintaiku   Ada Campur Tangan Tyas

    Setelah beberapa jam berlalu. Samuel akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang ICU di mana sang istri masih berada di sana karena mengalami kritis dan kondisinya terus menurun.Samuel berdiri di sisi ranjang, tubuhnya kaku namun jemarinya menggenggam tangan Anne erat-erat.Jemari itu dingin, rapuh, seakan hanya sehelai benang yang menahan hidupnya.“Anne?” panggil Samuel dengan suara lirih namun penuh rasa sakit. “Kumohon, jangan tinggalkan aku.”Air mata yang selama ini dia tahan jatuh juga membasahi kulit tangan Anne. Ia menunduk dan keningnya menempel pada punggung tangan istrinya.“Aku tidak tahu bagaimana hidupku tanpamu, Anne. Kau satu-satunya alasan aku bertahan menghadapi semua ini. Jika aku pernah membuatmu terluka, kumohon, maafkan aku.”Di balik kelopak matanya yang tertutup, Samuel membiarkan pikirannya terhanyut pada kenangan-kenangan mereka.Anne yang pertama kali dia temui di kafe kecil, senyumnya hangat namun malu-malu.Anne yang memeluknya erat saat mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status