LOGIN“Fa-Fasya. Ini ibuku! Bagaimana Bu Claire bisa punya foto ibuku? Dia yang merawatku selama dua tahun ini. Dia juga yang menyelamatkanku dari insiden, meski aku tidak tahu apa insiden yang menimpaku.” Mada terengah-engah dengan nafas tak beraturan.
“Aku tahu semua rahasia tentangmu. Aku juga yang selama ini membiayai terapi ingatanmu.” Claire mendekati Mada, dia juga jaga jarak karena memiliki feeling kuat bahwa akan ada sesuatu besar terjadi.
Mada akhirnya tahu, kenapa Claire benar-benar menginginkannya datang. Ternyata dia yang selama ini berjasa dalam hidupnya. Namun, Mada tidak merasa hutang budi. Dia hanya merasa berhutang nyawa pada Fasya. Tapi ketika Claire tahu siapa pembunuh Fasya, maka Mada tidak bisa diam saja. Dia harus membalas!
“Sial, katakan di mana dia!” bentak Mada.
Woosh!
Woosh!
Mada berubah.
Matanya menatap tajam ke arah Claire. Bola mata hitam pekat itu mulai memunculkan sorot pembunuh.
Aura tubuh Mada yang mulanya hangat, berubah dingin dan menyeramkan. Tubuhnya pun tiba-tiba tegap.
Yang paling mencolok adalah suara Mada yang berubah, jadi berat dan menggema.
"Siapa? Siapa yang membunuh Fasya?!"
Claire mendapat foto itu saat Mada menaruhnya di ranjang rumah sakit. Tidak sadar Mada menjatuhnya siluet foto Fasya dan Claire langsung menyimpannya. Saat dilihat, Claire langsung tahu maksud Mada karena Fasya adalah mantan ART di rumahnya.
Fasya pernah cerita pada Claire kalau dia menyelamatkan seorang lelaki yang luar biasa dengan tato menyeramkan di punggung, bekas luka seperti sayatan di bagian dada, kemudian ada satu cap timah panas di leher kiri Mada, meski ukurannya sangat kecil. Dari situ, Fasya yakin Mada bukan orang sembarangan.
Saat sudah sadar, Mada bingung dia ada di mana. Fasya kemudian berbincang dengan Claire perihal terapi ingatan Mada dan Claire setuju untuk membiayainya selama dua tahun penuh.
Sayang, enam bulan lalu, Fasya meninggal tak wajar, seperti pembunuhan berencana.
Fasya ditemukan di sebuah jurang dalam dekat tebing dengan hanya sisa kepalanya saja.
Tulang-belulangnya remuk tak tersisa, bahkan ada kemungkinan sudah dimakan gagak.
Dari sinilah semua terbongkar kalau Fasya adalah segalanya bagi Mada. Ketika Claire melempar foto tadi, aura Zero keluar. Wajar ketika Mada begitu marah karena kondisi mendiang ibu asuhnya sangat mengenaskan!
"Aku tidak main-main. Cepat katakan siapa yang membunuh ibuku atau aku memporak-porandakan semua penghuni Blok A!" Jiwa Mada hilang seutuhnya dan sekarang hanya ada Zero.
Dengan bulu kuduk berdiri dan keringat mengucur di dahi, Claire sepertinya merasakan perubahan yang pernah diceritakan Romi; kemunculan sosok lain yang selama ini terpendam dalam alam bawah sadar Mada.
Semakin dalam dia melihat foto ibunya, semakin membara amarah dalam tubuhnya.
Fasya, satu-satunya orang yang Mada sayangi.
Hutang nyawa, hutang asuh, hutang terima kasih, dan segala hutang lainnya, belum sempat Mada balas. Fasya lebih dulu dihabisi oleh orang-orang tidak bertanggung jawab.
Saat itu juga, Claire langsung melempar dua pilihan ke Mada. “Aku tahu, motifmu menjadi satpam di sini untuk mencari tahu siapa konglomerat yang membunuh ibumu, kan?”
Mada menggertakkan giginya kuat-kuat dan hampir saja menerjang Claire dengan penuh kekuatan. Beruntung Claire sempat menyela, "Bekerja samalah denganku dan kita balaskan dendam kematian ibumu!"
“Siapa dia? Aku harus bertemu dengannya. Aku akan mematahkan kepalanya, tangannya, kakinya, bahkan kubuat tulang-belulangnya remuk seperti remahan pasir! Aku masih belum bisa menerima kematian ibuku yang tidak wajar!”
“Nasib kita sama, Mada. Orang yang membunuh ibumu, ternyata sama dengan orang yang membunuh papaku.” Claire kembali menggoda Mada.
“Kamu memang satpam di komplek ini. Gajimu rendah. Hidupmu lontang-lantung tidak jelas. Karena itu, jadilah bodyguard pribadiku. Aku janji, setelah enam bulan, aku pasti memberitahumu siapa pelakunya! Bagaimana, kau sepakat?”
Woosh!
Angin sepoi kembali menerpa, jiwa Zero kembali tidur. Saat itu, Mada terkejut karena melihat Claire yang ingin menggodanya. Mada menelan ludah, dia tidak bisa menyembunyikan hasrat.
Bayangkan, satu rumah dengan wanita cantik, kaya raya, semok, dan sintal, kemudian dia hanya menggunakan gaun hitam tipis yang menampilkan bra di dalamnya. Siapa yang tidak ingin melahapnya?
“Apa kau menolak tawaranku?” Claire mendekat lagi, jemarinya menyingkap gaun tidur hingga bahu mulusnya terlihat. “Kalau kau takut balas dendam, katakan saja. Aku bisa cari orang lain.”
Mada mengepalkan tangan.
Bagian dirinya yang satu masih ragu-ragu karena mengira Claire hanya memanfaatkannya saja, tapi bagian dirinya yang lain menggebu-gebu.
Balas dendam itu hal yang mutlak dan nyawa harus dibayar nyawa!
Ia menarik napas panjang. “Apa yang Bu Claire inginkan dari saya? Aku tidak punya uang. Aku tidak punya kekuatan. Lalu apa? Bu Claire hanya ingin aku jadi tumbal biar aku mati mengenaskan seperti ibuku, kan?”
Claire berdiri, jemarinya menyentuh tali gaun tidurnya. Dengan gerakan perlahan, ia menurunkannya sedikit. "Coba katakan sekali lagi! Oh, atau milikmu sudah terangsang?"
Karena kain satinnya kualtias terbaik, hanya dengan dorongan Claire, tali gaun di bahu kanannya melorot, memperlihatkan bahu putihnya. Tangan Claire turun di antara dua paha Mada. Dia terus mengelus punya Mada sembari menanyakan kesepakatan tadi.
Mada masih terpaku sembari tangannya menggenggam erat gagang pintu. Dia tidak mau melakukan ini. Dia masih punya pacar dan dia sangat menyayangi pacarnya. Tidak mungkin Mada berselingkuh atau bermain dengan wanita lain. Dia adalah laki-laki paling setia di dunia!
"Kenapa? Kepikiran Nabila?" ucap Claire yang membuat mata Mada terbelalak. Dia heran, bagaimana Claire tahu semua kehidupannya.
Sial!
Selama ini, ternyata Mada diawasi.
"Malam ini kamu milikku, Mada!" Gaun tidur tipis Claire kemudian melorot dari bahu kiri dan renda hitam yang menutupi dada 36C itu terbuka separuh. Claire menarik tangan kanan Mada dan meletakkannya tepat di dada kiri. "Ah, Mada, teruskan!"
"Jangan paksa aku melakukan ini!" Mada berusaha menolak, tapi instingnya terus bergerak. Tangan kanan Mada bergerak dengan sendirinya. Dia tidak bisa menahan diri. Celana yang semakin terasa sesak, ingin segera dia buka. Ia memejam sekejap saat Claire menempelkan dada 36C itu ke dadanya, semakin membuatnya sesak atas dan bawah.
Sentuhan itu membuat darahnya bergejolak, tubuhnya menegang tanpa bisa dikendalikan.
“Lepaskan saja, aku tahu milikmu sudah mulai menegang,” bisiknya serak, jarinya menyusuri baju Mada, masuk ke dalam, lalu turun ke perut, menekan ringan di pinggang.
Mada yang celananya semakin terasa sesak, menghela napas berat. “Jangan main-main denganku! Bu Claire sengaja melakukan ini terus melaporkanku agar aku dipecat, kan?”
“Kata siapa?.” Claire mengangkat dagunya, menatap lurus ke mata Mada. “Tubuhmu tidak bisa berbohong. Ayo nikmati malam panas ini, Mada!”
Celana Mada jelas menonjol. Ereksinya keras dan terus menekan celana satpamnya. Mada tidak mau perkara ini membuatnya kehilangan pekerjaan. Dia juga tidak mau menghianati Nabila, meski dalam hati, dia tahu kalau Claire jauh lebih cantik, molek, dan sexy daripada pacarnya sendiri.
“Mmhh… keras sekali,” desisnya, lalu bibir panasnya menempel ke bibir Mada. Claire menyeringai puas. “Biar aku yang membukanya, Mada..”
Claire mendesah, tangannya naik ke leher Mada, meremas rambutnya. “Ah, ja-jangan kau sentuh bagian itu… aaaahh–”
Perempuan itu mendesah sangat keras begitu Mada hilang kendali dan menarik sisa tali yang menutup dada kanan Claire. Kedua tangannya bergerak sendiri. Gairah sudah menguasai tubuhnya. Saat itu juga, angin sepoi kembali berhembus.
Swoosh!
Swoosh!
AC suhu 18 derajat tidak terasa dingin.
Claire sadar, ini bukan Mada, ini Zero. Perjudiannya berhasil. Dia berhasil membangkitkan Zero dua kali dalam satu pertemuan. Dengan sedikit penasaran sekaligus takut, Claire menjauhkan tubuhnya dari tubuh Mada. Dia lupa, ini adalah Zero, tentara terkuat. Bukan kuat dari kekuatannya saja, tapi kuat juga dalam urusan ranjang!
Saat Claire melangkah menjauh, Mada dengan cepat menariknya. Suara Zero yang berat dan menggema memecah keheningan. "Kau coba menggodaku dan akulah sosok yang kau cari. Jangan salahkan aku kalau kekuatanku akan membuatmu terkapar tak berdaya di atas ranjang!" ucapnya, lalu membopong tubuh Claire yang telanjang ke atas sofa.
“Mada, barusan aku dapat mandat dari Jenderal Zhang Ze. Kamu diuruh mencairkan beberapa ratus dollar di ATM yang aku berikan kapan hari lalu. Pergilah ke Bank Platina di pusat ibukota. Setelah itu, carilah villa mewah yang kelak jadi tempat tinggalmu.”Baru saja ingin menutup mata, ponselnya berdering, dan Sofia segera memberi perintah.“Hmm, aku masih ngantuk. Apa nggak bisa diundur sampai nanti siang atau sore?” Mada menguap setelah semalaman tidak tidur.“Jenderal Zhang Ze ingin kamu segera pergi. Aku sarankan, villa Phoenix yang letaknya ada di perkomplekan mewah Heaven Garden.”“Ah, sialan! Oke. Aku pergi sekarang.”Dengan kantung mata bengkak dan pakaian kusut milik Boris yang belum diseterika, Mada pergi, tanpa membangunkan Boris yang masih mendengkur pulas.Sofia mengirim titik koordinat lokasi Bank Platina.“Aneh, kenapa hanya ada satu Bank Platina di ibukota? Harusnya, ada minimal tiga atau empat bank. Kenapa pula Jenderal Zhang Ze memberi perintah dadakan seperti ini!?”Sel
“Benar. Barusan, aku dapat info dari markas pusat. Kamu pasti tahu, kan, dia bukan laki-laki biasa. Dia mantan pembunuh bayaran terkenal. Aku takut kalian berdua terluka, atau bahkan terbunuh karena laki-laki itu.”Boris dan Mada saling tukar pandang. “Tenang, Sofia, kami tidak semudah itu mati. Percaya pada kami. Kami akan membereskan orang ini, seberapapun mengerikannya dia.”Kekhawatiran Sofia ternyata tidak terjawab.Louis, yang rencana awalnya datang ke Cliff Inna untuk memburu Mada, tiba-tiba menghilang tanpa jejak.Padahal, lima menit sebelumnya, Mada mendapat kabar jika Louis dalam perjalanan menuju perbatasan mengendarai jeep dengan kaca anti peluru.Pun hingga pagi menyongsong, Mada tak kunjung menutup mata. Sementara Boris, dia sudah terlelap sebelum matahari terbit tadi. Mungkin pria itu capek setelah pertempuran tengah malam tadi.Merenung menatap latar pergudangan tua, Mada masih kepikiran, bagaimana nasib Kristal setelah rencana pembunuhan itu gagal.Serigala Merah past
Sekarang, sisa satu perampok yang menggunakan topi baseball hitam. Dia memberondongkan senjata, menembak acak orang-orang sipil di sana.Mada menunggu kesemptan hingga perampok itu teralihkan perhatiannya oleh Boris, dan tidak menatapnya lagi.Julukan Zero tidak main-main. Kecepatan dan keakuratan serangan yang dimiliki Mada dalam menotok leher perampok itu, sangat cepat. Bagai ular, tepat di nadi meridian tengahnya.Perampok itu tumbang sebelum sempat membabi-buta lebih lama lagi. Urat nadinya mati sementara. Jangankan membalas pukulan Mada, untuk berteriak saja, dia tidak mampu.“Sssttt...”“Jangan berisik!”Mada menoleh ke seluruh pelanggan, memberi kode menggunakan gerakan bibir sembari menautkan telunjuknya. Mereka mengangguk paham. Tidak satu pun membuat kegaduhan sampai Mada selesai.Kecerdikan Mada didukung oleh prediksi akurat Boris, dia sudah menghitung estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengalihkan perhatian, sampai Mada berhasil mengalahkan perampok satunya.Usai menenan
Mada terkenal dengan julukan Zero.Di Leviathan Army, ada kode tertentu yang diberikan sesuai kekuatan dan kepiawaian anggota dalam menjalankan misi. Makin kecil angkanya, makin tinggi pula pangkatnya.Zero sendiri merupakan julukan yang hanya diberikan pada militer-militer terkuat di zamannya.Di antara semua pasukan khusus Leviathan Army, hanya Mada yang menunjukkan kemajuan signifikan sejak dia bergabung.Hanya butuh waktu empat tahun dia menguasai semua ilmu beladiri, senjata, juga obat-obatan yang harusnya ditempuh dalam waktu minimal 15 tahun.Dalam empat tahun itu juga, Mada berhasil menyelesaikan misi-misi sulit, yang bahkan menurut anggota Leviathan Army lainnya, mustahil untuk diselesaikan.Salah satunya adalah, memberantas organisasi hitam yang merugikan dunia bernama Red Lotus, seorang diri, tanpa bantuan petinggi Leviathan Army yang lain.Dan, sekarang, para petinggi Red Lotus berkumpul, membentuk afiliasi baru bersama mafia-mafia kejam dunia, lalu menamai diri mereka seb
“Berhasil atau tidak, kita belum tahu, sampai kita mencoba rencana ini! Tapi, ada satu hal yang perlu kamu ingat. Aku tidak bawa identitas apapun. Kemungkinan besar, aku diusir petugas keamanan. Jadi, keluar lah sebelum aku diusir!”Bertepatan juga, Nabila ingin membahas perceraian itu dengan Mada.Sesuai kata pepatah, tanpa perlu menebar umpan, jika timing mu sesuai, ikan pasti menyambar. Hal itu yang dialami Mada kala tatapan tajamnya direspon Nabila.Menggandeng mesra tangan Robby, Nabila mendekati posisi duduk Mada, lalu mengata-ngatainya. Tapi, kali ini, Nabila tidak terlalu ngotot.Sekali lagi, mereka membuat keributan dan memancing atensi tamu undangan. Semua perhatian terpusat.Sofia menggunakan kesempatan ini untuk mencari dua anggota Serigala Merah lain yang menyamar. Dan, benar kata Mada, ada empat anggota yang bertugas masuk hotel.“Sial! Begitu ingatannya pulih, akurasi pengamatannya jauh lebih hebat dari tiga tahun lalu!?” Sofia menggeleng, masih tidak percaya dengan apa
“Diancam putus kontrak? Ti-tidak mungkin!”Gleg!Nabila meneguk ludah.Majalah Beautyness adalah satu-satunya majalah kecantikan terkemuka yang digunakan Nabila meraih follower serta popularitas. Tanpa majalah itu, dia hanya gadis biasa, tak punya pengikut, ataupun fans sejati.Meski cantik, perilaku arrogan dan lidahnya yang tajam, seringkali membuat netizen enggan untuk mengikuti segala postingan aktivitasnya.“Maafkan aku, Ris, bukan maksudku mengacau-”“Sekali lagi aku melihatmu mengacau, aku tidak segan memutus kontrakmu, juga seluruh aset-asetmu di salon kecantikan Beautyness. Camkan itu!”Nada dingin Risa membuat Nabila mati kutu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Amarah yang tertahan, dia luapkan dengan sorotan tajam ke arah Mada.Seolah gadis itu berkata, “lihat aja, Mada, kamu pasti terima akibatnya!?”Pesta berlanjut seperti biasa. Kali ini, Tuan Bram meminta orang-orang berkumpul di aula hotel yang disulap menjadi restoran prasmanan bNabilag lima.Malam ini terlihat sangat m







