/ Fantasi / Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz / Bab 2. Kembali Ke Kota Metropolis

공유

Bab 2. Kembali Ke Kota Metropolis

last update 최신 업데이트: 2025-11-18 16:44:40

Perlahan hari mulai gelap, dan kapal besar milik perusahaan keluarga Smith itu mulai mendekat ke pelabuhan pribadi milik Keluarga Smith di bagian timur Kota Metropolis. Empat orang yang siap menurunkan Nathan dari kapal tampak antusias, sementara Nathan hanya duduk diam, menundukkan kepala, perlahan mengunyah roti yang diberikan Billy. Di sampingnya berdiri sebotol air mineral, air mineral pertamanya setelah lima tahun kesendirian di pulau itu.

Lima tahun yang lalu…

Malam tanggal 28 Desember 2019, pukul 21.00 Waktu Kota Metropolis.

Di sebuah desa kecil bernama Desa Amaris di pinggiran kota, sepasang ayah dan anak sedang berbincang.

“Ayah, apakah ayah jadi akan berlayar besok malam?” tanya Nathan kecil pada Norman.

“Iya, nak. Ayah akan berlayar selama dua hari, dan sebelum malam tahun baru, ayah sudah kembali.”

“Kau menginaplah di rumah Bibi Sarah. Besok pagi, sebelum ayah mempersiapkan kapal, kita akan mengunjungi makam ibumu.”

“Baik, ayah.”

Malam itu berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah, Nathan dan Norman datang ke rumah tetangga di sebelah rumah mereka. Norman mengetuk pintu, dan seorang wanita paruh baya keluar membukakan pintu. Ia adalah Sarah Middleton, adik ipar Norman sekaligus saudara mendiang istrinya, Kate Middleton.

Di belakang Sarah, sepasang gadis kembar keluar menyapa, “Selamat pagi, Paman. Selamat pagi, Kak Nathan,” sapa mereka berdua, menatap malu-malu ke arah Nathan.

“Wah, selamat pagi, cantik. Alana dan Alena, akan berangkat ke sekolah?” tanya Norman sambil berlutut di depan mereka.

“Benar, Paman. Apakah Paman akan pergi melaut? Bisakah aku meminta seekor bintang laut?” tanya Alena polos.

“Lena, kau ini… kita kan sudah besar, kenapa permintaanmu seperti anak kecil?” tegur Alana.

“Lana, kau saja yang merasa sudah besar. Aku masih anak-anak, jadi apa salahnya jika minta Paman Norman menangkapkan bintang laut untukku?” balas Alena.

“Hei, sudah… kenapa kalian jadi bertengkar?” ujar Sarah sambil tersenyum menahan tawa.

“Kak Norman, ada apa kau datang pagi-pagi? Ada hal penting?” tanya Sarah.

“Begini, Sar. Aku berencana pergi berlayar malam ini dan ingin menitipkan Nathan padamu. Pagi ini aku akan ke makam Kate, lalu mengantarkan Nathan ke sekolah. Setelah itu aku akan mempersiapkan kapal. Nanti sore mungkin aku masih bisa jemput Nathan. Bisakah kau menjaga Nathan setelah itu?”

“Tentu saja, Kak. Kebetulan aku dan anak-anak juga akan ke makam George, jadi kita bisa berangkat bersama,” jawab Sarah.

“Baiklah, kalau begitu kita berangkat dengan mobilku,” tambah Norman.

Dua belas tahun lalu, Sarah dan suaminya, George Muller, pindah ke Desa Amaris ini dan tinggal di sebelah rumah Norman dan Kate. Namun lima tahun lalu, suaminya yang merupakan seorang tentara meninggal dalam tugas. Sejak saat itu, Kate dan Norman adalah satu-satunya keluarga terdekat yang Sarah miliki. Tentu saja jika ia mau, ia bisa kembali ke rumah ayahnya, namun ia memilih menetap dan merawat kakaknya yang sedang menderita sakit parah.

Sampai akhirnya, dua tahun kemudian, Kate juga berpulang karena penyakitnya. Dan hanya tersisa mereka berlima sekarang.

Selama perjalanan, Sarah dan Norman mengobrol tentang rencana tahun baru, sementara Nathan bermain dengan Alana dan Alena di kursi belakang.

“Kak Norman, apa tidak apa-apa berlayar sekarang? Cuaca akhir tahun sering tiba-tiba memburuk,” kata Sarah, sedikit cemas.

“Kau tenang saja, aku hanya berlayar dekat pantai. Aku juga akan kembali dalam dua hari. Lagipula aku pergi bersama Kevin. Dia juga tidak akan mau berlayar terlalu jauh, istrinya kan akan melahirkan sebentar lagi,” jawab Norman yakin.

Sementara di kursi belakang, Nathan diapit oleh kedua gadis kecil itu, seolah dua putri cantik berebut seorang pangeran tampan.

“Kak Nathan, bukankah kau berjanji hanya bermain dengan Lana? Katakan itu pada Lena,” ujar Alana sambil menarik lengan Nathan.

“Kak Nathan, apa benar Kakak mengatakan itu? Apa Kakak tidak suka bermain dengan Lena?” tanya Alena, wajahnya muram dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Tidak kok. Aku memang mengatakan akan bermain dengan Lana, tapi Lena juga ikut,” jawab Nathan menengahi.

“Kak Nathan hanya kasihan padamu, jadi dia mengajakmu bermain juga,” ejek Alana.

“Kenapa begitu, Kak? Apa benar Kak Nathan berpikir begitu?” tanya Lena tak terima.

“Tidak kok. Aku ingin bermain dengan kalian berdua. Aku suka bermain bersama kalian, baik itu Lana ataupun Lena,” jawab Nathan menenangkan.

“Tidak mau. Lena itu masih kekanak-kanakan. Nanti dia merepotkan kita,” kata Alana.

“Lana, kau tidak boleh berkata begitu. Lena juga kan saudara kembarmu. Seharusnya kau menjaganya, bukan malah tidak mengajaknya bermain,” ujar Nathan polos.

“Tapi Kak…”

“Kak Nathan, kalau Lana tidak mau, Kakak main dengan Lena saja. Kita akan bermain Raja dan Ratu. Kakak akan jadi rajanya, dan Lena akan jadi istri Kakak sekaligus ratunya.”

“Dasar anak kecil. Main saja sendiri. Aku dan Kak Nathan akan jalan-jalan ke taman bunga seperti orang dewasa yang berpacaran. Kamu bermain saja mainan anak-anak itu sendiri. Kak Nathan tidak akan ikut, kan Nathan itu punyaku.”

“Mama, coba lihat Lana, Ma… dia ingin merebut Kakak Nathan untuk dirinya sendiri,” ujar Lena mengadu.

Sarah tersenyum sambil menepuk kepala Lena. “Iya, iya nak… tenang saja. Semua akan bergiliran main dengan Kak Nathan.”

Norman menoleh pada Nathan, “Bagaimana, nak? Kau pilih yang mana?”

“Kalau kau suka dua-duanya, Bibi tidak keberatan,” tambah Sarah.

“Apa yang Ayah dan Bibi Sarah maksud?” tanya Nathan polos.

“Sudahlah, sayang. Kau cepatlah besar. Nanti kau akan mengerti maksud Bibi dan Ayahmu,” jawab Sarah lembut.

Nathan hanya tersenyum polos, tak bisa mencerna maksud mereka sepenuhnya.

Kembali ke masa kini…

Rombongan kapal nelayan yang membawa Nathan telah kembali dari pelayaran.

“Kawan, mari kita turun. Aku akan membantumu. Kita akan rapikan rambut dan janggutmu, lalu mencari pakaian. Ayah dan Pamanku akan menghubungi keluargamu,” ajak Billy.

Nathan mengangguk dan mengikuti Billy perlahan. Semua mata menatap ke arahnya, membuatnya merasa terancam dan waspada.

Franky yang menyadari ketegangan itu berkata cepat, “Brian, anak ini pasti ketakutan dan merasa terancam. Mungkin akibat traumanya di pulau itu. Sebaiknya kita bawa dia ke rumahmu dulu, itu tempat terdekat dari sini.”

“Ayo, kita juga harus segera menghubungi keluarganya. Mereka pasti bahagia mendengar kabar ini,” tambah Paul.

“Baik, aku rasa Laila dan Mila juga tidak keberatan jika aku membantu orang ini,” jawab Brian. Laila adalah istrinya, dan Mila adalah putri tunggalnya.

Beberapa saat kemudian, mobil Brian tiba untuk menjemput Nathan. Para nelayan dan Nathan menatap sejenak, menyadari bahwa perjalanan Nathan dari pulau ke kota baru saja dimulai.

Sesampainya di kediaman keluarga Smith, Nathan turun perlahan dari mobil. Matanya menatap sekeliling dengan hati-hati. Rumah itu besar, megah, dengan taman rapi di depan. Billy segera membuka pintu dan membimbing Nathan masuk.

“Tenang… semua baik-baik saja di sini,” kata Billy sambil menepuk bahu Nathan perlahan.

Nathan menatap ke arah Franky, Paul, dan Brian, lalu menoleh sekali lagi ke luar jendela, mengamati jalan dan taman sekeliling. Hatinya masih waspada, tapi sedikit demi sedikit ia mulai merasa aman.

Ini baru permulaan perjalanan Nathan kembali ke dunia lama yang ia tinggalkan lima tahun lalu. Sebuah dunia yang penuh kenangan, keluarga, dan pertanyaan tentang masa depannya yang baru.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 10. Jauh Lebih Nyaman Daripada Dunia Luar

    Saat itu Nathan menyadari kalau dia kini sebatang kara. Kedua orang tuanya telah pergi untuk selamanya. Nathan berteriak dan menangis sejadi-jadinya. ... Kembali ke tahun 2024... Di dalam mobil Billy, mata Nathan mulai berkaca-kaca. Ia menghadap keluar jendela, namun dalam hatinya kini bercampur antara rasa bahagia, nyaman, tapi juga sedih, cemas, dan gundah menjadi satu. Semua orang hanya diam. Sarah dan ayahnya duduk di belakang Nathan, dan tiga gadis di kursi paling belakang hanya mencuri pandang ke arah Nathan lewat kaca spion di atas kursi pengemudi. Setelah satu setengah jam, mobil Billy mulai memasuki daerah pedesaan. Sekitar sepuluh menit lagi, mereka akan sampai di desa Amaris, tempat tinggal mereka. "Kawan, apa kau baik-baik saja?" tanya Billy. "Aku baik, Bil. Bisakah mulai sekarang kau memanggil namaku saja? Kita ini saudara, kita harus berusaha lebih dekat mulai sekarang." "Baiklah, Nath. Bagaimana? Panggilan itu cocok tidak?" canda Billy. "Cocok, kau bol

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 9. Sejauh Apapun Kau Melangkah, Jangan Pernah Melupakan Keluarga

    Nathan hanya terdiam, menatap ke arah ayahnya dengan tatapan bingung dan rasa ingin tahu. "Ayah hanya ingin mengatakan, jika nanti kita sudah pulang, ayah akan membawamu kepada kakekmu. Sudah saatnya kalian saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kau harus ingat nak, sejauh apa pun kau melangkah di masa depan, jangan pernah melupakan keluarga. Kau mengerti?" "Mengerti ayah," sahut Nathan cepat. "Bagus! Dan satu hal lagi nak, di Desa Amaris, aku hanya memiliki dua keluarga, yaitu bibimu Sarah dan Paman Kevin. Jadi jangan sekali-kali kau perhitungan dengan mereka berdua dalam hal apa pun. Ayah dan Paman Kevin itu adalah sahabat sejak kecil, sampai sekarang kami bahkan bekerja bersama. Jika suatu hari terjadi sesuatu pada ayah, kau harus tetap bersikap baik pada mereka. Mengerti nak?!" "Iya ayah, aku akan mengingat perkataan ayah dengan baik." "Bagus sekali. Lagi pula Bibi Sarah itu juga adalah calon mertuamu di masa depan, jadi kau harus baik-baik padanya. Jika tidak, dia

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 8. Kilas Balik Tragedi

    Sementara itu... Dalam perjalanan kembali ke Desa Amaris, mobil Billy melaju dengan kecepatan sedang, memberi kesempatan pada Nathan untuk mengamati pemandangan di sekitarnya. Nathan bisa melihat jika selama lima tahun kepergiannya, kota Metropolis telah banyak berubah, kota itu terasa semakin muda sementara ia merasa dirinya mulai tumbuh semakin dewasa. Nathan menatap gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan, ia merasakan kenyamanan yang tak bisa ia jelaskan, saat bisa kembali ke kota dan desa tempat kelahirannya, sementara di sudut lain hatinya ada rasa penyesalan luar biasa yang memberinya beban yang tak dapat dilihat oleh siapa pun. ... Lima tahun lalu... 29 Desember 2019 pukul 20.00 "Nathan, kamu letakkan barang bawaanmu di sana, ikat ke tiang agar tidak bergerak saat perahu bergoyang. Lalu ambil rompi pelampung di sana dan pakailah satu untuk berjaga-jaga. Siapa tahu tiba-tiba badai datang. Jangan lupa setelahnya kamu tutup pintu itu lagi supaya rompi yang tersisa tet

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 7. Memberikan Kompensasi yang Pantas

    "Sebentar kakek, apakah kakek membawa uang?" tanya Nathan tiba-tiba. "Iya nak, aku bawa. Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Reynand dengan tatapan penuh cinta kepada cucunya itu. "Kakek, seseorang telah menyelamatkan aku, dan memberi tumpangan dari pulau asing tempatku terdampar hingga aku bisa kembali dengan selamat. Tolong berikan kompensasi pada mereka. Aku tidak mau memiliki hutang budi." Mendengar ucapan cucunya, Reynand segera mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna emas, dan menyerahkannya pada Nathan. "Ini nak, di dalam kartu ini ada uang tiga ratus miliar, apakah itu cukup? Jika kurang kakek akan berikan yang lain." "Sudah kakek, aku rasa ini sudah cukup, tapi jika kurang biar nanti mereka menghubungi kita lewat Billy." "Benar nak, katakan pada mereka, jika kompensasi itu kurang, mereka bisa menghubungi kita lagi." Nathan lalu berjalan ke arah kedua utusan Brian dan berkata, "Kami tidak akan kembali ke kediaman keluarga Smith. Tolong berikan kartu ini pada T

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 6. Perjumpaan Penuh Haru

    Nathan yang sudah sampai di dekat pintu mendadak berhenti. Melihat itu, suara sang gadis terdengar sekali lagi, “Kak Nathan, apa kakak ingat Rania? Aku adalah teman Lana dan Lena, kak?” Saat mendengar itu, Nathan benar-benar berbalik dan menatap gadis cantik berkacamata itu. “Kau, Nia?” “Iya kak Nathan, aku Nia… Rania, teman Lana dan Lena.” ujar Rania menekankan kalimatnya sekali lagi. “Kakak ingat aku?” Semua orang saat itu tidak memperhatikan dua hal: pipi gadis berkacamata itu memerah, dan di sisi lain, untuk pertama kalinya senyuman muncul di wajah Nathan. Namun perlahan ekspresi wajah Nathan mulai kembali berubah. “Maaf, Rania, aku harus segera pergi.” “Kak Nathan, tunggu!” teriak Rania sambil berlari mengejar Nathan. Namun Nathan langsung berlari menjauh tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Rania berbalik, memasang wajah kecewa. “Kali ini kau benar-benar keterlaluan, Mil. Ayah juga sama saja, Rania benci ayah.” Tepat saat itu, Billy juga sudah turun dari lantai atas.

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 5. Sebuah Keluarga yang Saling Merindukan

    Benda yang jatuh adalah gelas yang dipegang Sarah. Saat dia hendak melihat siapa yang datang karena kedua putrinya berbincang cukup lama, dia tanpa sengaja mendengar berita tentang Nathan yang ditemukan. Hal itu membuatnya sempat gemetaran dan lemas beberapa saat hingga gelas yang digenggamnya terlepas. Alana dengan cepat menoleh ke arah ibunya, “Ada apa, Bu, apa yang terjadi?” Namun Sarah sama sekali tak menanggapi pertanyaan putrinya. “A... apa, apakah kalian benar-benar menemukan Nathan? Apakah dia baik-baik saja?” ... Lima tahun yang lalu. Sore hari di tanggal 29 Desember 2019. Norman baru saja membawa Nathan dan kedua sepupu kembarnya kembali dari sekolah. Setelah itu Norman mempersiapkan segala keperluan untuk keberangkatannya berlayar malam ini. “Kak Norman, kau harus hati-hati saat berlayar. Ingat untuk menelponku saat kakak kembali, dan kakak tidak boleh pergi terlalu jauh. Sebelum tahun baru kakak sudah harus berada di rumah,” pesan Sarah pada kakak iparnya i

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status