แชร์

Bab 3. Kediaman Keluarga Smith

ผู้เขียน: Syikazrafahyan93
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-18 16:44:43

Beberapa waktu kemudian, kelima orang itu tiba di kediaman keluarga Smith.

Brian dan ketiga rekannya membawa Nathan masuk melalui gerbang rumah keluarga Smith. Meski tubuhnya kini sudah mengenakan pakaian milik Billy, rambut dan janggutnya yang acak-acakan tetap membuatnya mencolok dan menjadi pusat perhatian. Penjaga, pelayan, tukang kebun, sopir, dan seluruh staf yang berada di halaman menatapnya dengan rasa penasaran yang jelas terpancar di wajah masing-masing. Nathan hanya berjalan tertunduk di belakang Billy, satu-satunya orang yang benar-benar ia percayai saat ini.

Sampai di depan pintu, Brian menekan tombol sistem otomatis dan mengirim pesan ke istrinya. “Sayang, buka pintu. Aku sudah kembali dan kami menemukan seseorang yang selamat dari pulau asing. Kita perlu memberinya perawatan.”

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan Laila, yang tampak masih berusia tiga puluhan, menatap Nathan dengan ekspresi terkejut. “Sayang, siapa yang kau selamatkan? Kenapa kau bawa dia ke rumah kita?” tanyanya, suaranya bercampur antara bingung dan cemas.

Sejenak Nathan menatapnya dengan mata yang masih waspada. Ia merasakan kehangatan dari tatapan Laila, namun ia juga merasa malu dan canggung karena kondisi dirinya yang lusuh dan kotor setelah bertahan hidup di pulau terpencil selama lima tahun.

Sementara itu, Laila jelas merasa heran kenapa suaminya membawa orang asing kembali ke rumah mereka.

Sebenarnya siapapun orangnya, pasti akan memiliki pemikiran yang sama dengan yang Laila pikirkan sekarang, saat berada di kondisi serupa.

Keempat pria itu juga bukannya tidak memahami hal itu, hanya saja ada sesuatu yang menggugah jiwa kelelakian mereka dan membuat mereka terobsesi. Mereka menghormati keberanian dan kemampuan Nathan untuk bertahan hidup sejak berusia 14 tahun di pulau liar itu sendirian. Bagi mereka, sosok Nathan adalah bukti nyata dari ketahanan dan kekuatan yang jarang dimiliki oleh seseorang dan bahkan jarang ditemui di dunia.

Selain itu, mereka berempat juga tahu tentang pencarian besar-besaran lima tahun lalu saat perahu Norman dinyatakan hilang. Pencarian perahu Norman Ferdian lima tahun lalu melibatkan keluarga terkaya dan paling berkuasa di Kota Metropolis, keluarga Middleton. Mereka sendiri belum mengetahui mengapa keluarga nomor satu itu mau mengerahkan seluruh armada besar keluarganya hanya untuk menemukan sebuah perahu nelayan kecil.

Sebenarnya itu karena ada rahasia besar yang tersembunyi di balik identitas Nathan. Tidak banyak orang yang tahu jika ibu kandung Nathan, Kate Middleton, adalah putri tertua Reynand Middleton, kepala keluarga Middleton saat ini. Pernikahan Norman dan Kate yang sederhana tidak disetujui Reynand, karena Reynand tidak ingin putri sulung kesayangannya menderita jika hidup bersama seorang nelayan yang hanya tinggal di sebuah desa kecil di pinggiran kota. Namun Reynand tidak tahu jika takdir akan mengantarkan putrinya kepada kebahagiaan sejati. Kate benar-benar hidup bahagia bersama pria sederhana yang mencintainya dengan tulus hingga akhir hayatnya. Karena tak kunjung mampu meyakinkan ayahnya, Kate akhirnya memutuskan pergi dari rumah dan tinggal bersama Norman. Setelah beberapa tahun, dengan usaha Sarah, akhirnya Reynand menerima keputusan putrinya. Saat itu ia akhirnya menyadari bahwa sikapnya memang terlalu keras. Kate yang tetap bertahan bersama suaminya menunjukkan bahwa Norman benar-benar pria yang baik dan bisa membahagiakan putrinya.

Karena terlalu malu, Reynand tidak meminta Kate kembali. Ia hanya menugaskan Sarah untuk pergi ke Desa Amaris dan tinggal di sebelah rumah Kate, serta diam-diam membantu perekonomian keluarga mereka.

Ketika Kate berpulang, Reynand merasakan kesedihan yang luar biasa. Ia secara pribadi datang dan meminta maaf kepada Norman. Ia tahu keputusan yang salah telah membuat luka yang sangat dalam di hati putri sulungnya. Sejak itu ia memutuskan akan merawat menantu dan cucunya dengan menggunakan seluruh harta kekayaan dan kekuasaan keluarganya, namun Norman yang sudah terbiasa hidup sederhana langsung menolak dengan hormat dan memilih tetap hidup sederhana.

Puncaknya, saat perahu Norman dinyatakan hilang dan Nathan juga ada di dalamnya, Reynand melakukan pencarian besar-besaran seperti orang gila, mengerahkan seluruh armada besar keluarga Middleton demi menemukan cucu kesayangannya. Dan begitulah sejarah itu terukir.

Kembali ke rumah keluarga Smith, Laila menoleh ke Nathan, mengernyitkan dahi, dan berkata pelan, “Brian, siapa pemuda ini? Aku…”

“Sayang, bisakah kita masuk dulu, kita bicarakan di dalam,” potong Brian cepat, menenangkan istrinya.

“Baiklah, ayo masuk,” jawab Laila, masih terlihat bingung.

Setelah duduk di ruang tamu yang luas, Brian dan teman-temannya mulai menceritakan kejadian yang dialami Nathan di pulau itu. Laila, yang tadinya kaku, kini meneteskan air mata. Kepeduliannya muncul karena rasa iba terhadap nasib Nathan dan ayahnya.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara motor sport di halaman.

“Sayang, Mila kembali...” kata Laila gugup.

Brian menatap ke arah jendela, melihat dua sosok gadis cantik muncul. Billy tersenyum tipis, “Dia kembali bersama Rania. Kau cepat sambut mereka dan beritahukan tentang Nathan. Jika tidak, mereka mungkin akan kaget… tapi kita juga harus pastikan Nathan akan tetap tenang.”

Brian menunduk sedikit, mengamati Nathan saat ia menoleh, wajahnya masih waspada tapi ada kilatan rasa ingin tahu. Franky menepuk bahu Billy, “Dia mulai menyesuaikan diri sedikit… lihat, dia tidak begitu tegang seperti sebelumnya.”

Paul menatap Nathan sambil berkata dalam hati, “Lima tahun di pulau itu… kau benar-benar bertahan, nak. Semua ini, setiap detail, akan kami jaga untukmu. Kami akan menemukan keluargamu dan mengantarmu kembali pada mereka.”

Sementara itu, Billy menatap Nathan dan berkata lembut, “Kawan, kau harus ikut aku. Kita akan membersihkan dirimu dulu. Setelah keluargamu datang, kita akan temui mereka, dan kau bisa kembali ke rumahmu jika mau.”

Nathan mengangguk pelan, “Terima kasih, Bil,” ucapnya, suaranya pelan tapi tulus. Billy tersenyum, mengetahui bahwa Nathan benar-benar mempercayainya.

Ketika Nathan mengikuti Billy ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Brian, Franky, dan Paul tetap memantau dari jauh, memastikan setiap langkah Nathan aman. Mereka tahu ini baru permulaan. Selanjutnya, mereka bertiga dengan segera meminta beberapa bawahan untuk berangkat ke kediaman keluarga Ferdian, memberi kabar tentang keberadaan Nathan sekaligus menjemput keluarga Nathan melalui alamat yang tertera di kartu identitas Norman.

Di luar kediaman keluarga Smith, dua gadis cantik sedang berdiri merapikan pakaian mereka. Mereka terlihat seperti dua dewi yang memiliki kepribadian berbeda namun sama-sama memancarkan aura kecantikan sempurna.

Seorang gadis dengan jaket kulit, rambut panjang yang terikat di belakang, menggunakan celana jeans panjang dan sepatu sporty menampilkan sosok wanita tangguh dan mandiri. Dia adalah Mila Smith, putri tunggal Brian dan Laila. Gadis yang satunya adalah gambaran seorang peri yang lebih lembut. Dia menggunakan baju kaos lengan panjang yang tampak sopan, dengan sebuah map dalam pelukannya, memakai kacamata modis dan rok berbunga selutut, membuatnya tampak sangat cantik alami dan elegan. Dia adalah Rania, putri sulung Paul dengan istrinya Naina, teman sekampus sekaligus sahabat Mila.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 10. Jauh Lebih Nyaman Daripada Dunia Luar

    Saat itu Nathan menyadari kalau dia kini sebatang kara. Kedua orang tuanya telah pergi untuk selamanya. Nathan berteriak dan menangis sejadi-jadinya. ... Kembali ke tahun 2024... Di dalam mobil Billy, mata Nathan mulai berkaca-kaca. Ia menghadap keluar jendela, namun dalam hatinya kini bercampur antara rasa bahagia, nyaman, tapi juga sedih, cemas, dan gundah menjadi satu. Semua orang hanya diam. Sarah dan ayahnya duduk di belakang Nathan, dan tiga gadis di kursi paling belakang hanya mencuri pandang ke arah Nathan lewat kaca spion di atas kursi pengemudi. Setelah satu setengah jam, mobil Billy mulai memasuki daerah pedesaan. Sekitar sepuluh menit lagi, mereka akan sampai di desa Amaris, tempat tinggal mereka. "Kawan, apa kau baik-baik saja?" tanya Billy. "Aku baik, Bil. Bisakah mulai sekarang kau memanggil namaku saja? Kita ini saudara, kita harus berusaha lebih dekat mulai sekarang." "Baiklah, Nath. Bagaimana? Panggilan itu cocok tidak?" canda Billy. "Cocok, kau bol

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 9. Sejauh Apapun Kau Melangkah, Jangan Pernah Melupakan Keluarga

    Nathan hanya terdiam, menatap ke arah ayahnya dengan tatapan bingung dan rasa ingin tahu. "Ayah hanya ingin mengatakan, jika nanti kita sudah pulang, ayah akan membawamu kepada kakekmu. Sudah saatnya kalian saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kau harus ingat nak, sejauh apa pun kau melangkah di masa depan, jangan pernah melupakan keluarga. Kau mengerti?" "Mengerti ayah," sahut Nathan cepat. "Bagus! Dan satu hal lagi nak, di Desa Amaris, aku hanya memiliki dua keluarga, yaitu bibimu Sarah dan Paman Kevin. Jadi jangan sekali-kali kau perhitungan dengan mereka berdua dalam hal apa pun. Ayah dan Paman Kevin itu adalah sahabat sejak kecil, sampai sekarang kami bahkan bekerja bersama. Jika suatu hari terjadi sesuatu pada ayah, kau harus tetap bersikap baik pada mereka. Mengerti nak?!" "Iya ayah, aku akan mengingat perkataan ayah dengan baik." "Bagus sekali. Lagi pula Bibi Sarah itu juga adalah calon mertuamu di masa depan, jadi kau harus baik-baik padanya. Jika tidak, dia

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 8. Kilas Balik Tragedi

    Sementara itu... Dalam perjalanan kembali ke Desa Amaris, mobil Billy melaju dengan kecepatan sedang, memberi kesempatan pada Nathan untuk mengamati pemandangan di sekitarnya. Nathan bisa melihat jika selama lima tahun kepergiannya, kota Metropolis telah banyak berubah, kota itu terasa semakin muda sementara ia merasa dirinya mulai tumbuh semakin dewasa. Nathan menatap gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan, ia merasakan kenyamanan yang tak bisa ia jelaskan, saat bisa kembali ke kota dan desa tempat kelahirannya, sementara di sudut lain hatinya ada rasa penyesalan luar biasa yang memberinya beban yang tak dapat dilihat oleh siapa pun. ... Lima tahun lalu... 29 Desember 2019 pukul 20.00 "Nathan, kamu letakkan barang bawaanmu di sana, ikat ke tiang agar tidak bergerak saat perahu bergoyang. Lalu ambil rompi pelampung di sana dan pakailah satu untuk berjaga-jaga. Siapa tahu tiba-tiba badai datang. Jangan lupa setelahnya kamu tutup pintu itu lagi supaya rompi yang tersisa tet

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 7. Memberikan Kompensasi yang Pantas

    "Sebentar kakek, apakah kakek membawa uang?" tanya Nathan tiba-tiba. "Iya nak, aku bawa. Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Reynand dengan tatapan penuh cinta kepada cucunya itu. "Kakek, seseorang telah menyelamatkan aku, dan memberi tumpangan dari pulau asing tempatku terdampar hingga aku bisa kembali dengan selamat. Tolong berikan kompensasi pada mereka. Aku tidak mau memiliki hutang budi." Mendengar ucapan cucunya, Reynand segera mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna emas, dan menyerahkannya pada Nathan. "Ini nak, di dalam kartu ini ada uang tiga ratus miliar, apakah itu cukup? Jika kurang kakek akan berikan yang lain." "Sudah kakek, aku rasa ini sudah cukup, tapi jika kurang biar nanti mereka menghubungi kita lewat Billy." "Benar nak, katakan pada mereka, jika kompensasi itu kurang, mereka bisa menghubungi kita lagi." Nathan lalu berjalan ke arah kedua utusan Brian dan berkata, "Kami tidak akan kembali ke kediaman keluarga Smith. Tolong berikan kartu ini pada T

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 6. Perjumpaan Penuh Haru

    Nathan yang sudah sampai di dekat pintu mendadak berhenti. Melihat itu, suara sang gadis terdengar sekali lagi, “Kak Nathan, apa kakak ingat Rania? Aku adalah teman Lana dan Lena, kak?” Saat mendengar itu, Nathan benar-benar berbalik dan menatap gadis cantik berkacamata itu. “Kau, Nia?” “Iya kak Nathan, aku Nia… Rania, teman Lana dan Lena.” ujar Rania menekankan kalimatnya sekali lagi. “Kakak ingat aku?” Semua orang saat itu tidak memperhatikan dua hal: pipi gadis berkacamata itu memerah, dan di sisi lain, untuk pertama kalinya senyuman muncul di wajah Nathan. Namun perlahan ekspresi wajah Nathan mulai kembali berubah. “Maaf, Rania, aku harus segera pergi.” “Kak Nathan, tunggu!” teriak Rania sambil berlari mengejar Nathan. Namun Nathan langsung berlari menjauh tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Rania berbalik, memasang wajah kecewa. “Kali ini kau benar-benar keterlaluan, Mil. Ayah juga sama saja, Rania benci ayah.” Tepat saat itu, Billy juga sudah turun dari lantai atas.

  • Tuan Muda Tersembunyi Pulau Alcatraz   Bab 5. Sebuah Keluarga yang Saling Merindukan

    Benda yang jatuh adalah gelas yang dipegang Sarah. Saat dia hendak melihat siapa yang datang karena kedua putrinya berbincang cukup lama, dia tanpa sengaja mendengar berita tentang Nathan yang ditemukan. Hal itu membuatnya sempat gemetaran dan lemas beberapa saat hingga gelas yang digenggamnya terlepas. Alana dengan cepat menoleh ke arah ibunya, “Ada apa, Bu, apa yang terjadi?” Namun Sarah sama sekali tak menanggapi pertanyaan putrinya. “A... apa, apakah kalian benar-benar menemukan Nathan? Apakah dia baik-baik saja?” ... Lima tahun yang lalu. Sore hari di tanggal 29 Desember 2019. Norman baru saja membawa Nathan dan kedua sepupu kembarnya kembali dari sekolah. Setelah itu Norman mempersiapkan segala keperluan untuk keberangkatannya berlayar malam ini. “Kak Norman, kau harus hati-hati saat berlayar. Ingat untuk menelponku saat kakak kembali, dan kakak tidak boleh pergi terlalu jauh. Sebelum tahun baru kakak sudah harus berada di rumah,” pesan Sarah pada kakak iparnya i

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status