Share

06. Ancaman Kecil

Penulis: Hannfirda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 21:18:45

"Nyonya Charlotte!"

Charlotte merasakan genggaman seseorang melingkari pergelangan tangannya, membuat sendok berisikan potongan kue stroberi tersebut jatuh ke lantai. Wanita itu lantas mendongak, bertemu tatap dengan Lucas yang memasang tampang serius penuh keawasan. Luna sendiri panik, segera memanggil pengawal tambahan yang berjaga di sekitar untuk memeriksa dapur.

"Anda tidak apa-apa, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas memastikan.

Charlotte mengangguk perlahan, menarik napas dengan mata terpejam. Selepas dirasa telah menenangkan diri, wanita itu berdiri. "Mengejutkan sekali. Aku tidak mengira kalau percobaan semacam ini akan datang lagi."

"Lagi? Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya, Nyonya Charlotte?"

Pertanyaan Lucas langsung dihadiahi anggukan susulan yang sudah bisa pria itu duga. "Tapi, entah siapa target yang sebenarnya. Bisa saja bukan aku, atau orang lain."

Lucas berjongkok, mengamati sebuah paku kecil yang menyembul dari sesendok kue stroberi yang Charlotte jatuhkan tadi. Seseorang berniat untuk mencelakai salah satu anggota keluarga Soedarso. Entah siapa tujuannya, tetapi saat ini Charlotte sedang dalam bahaya besar.

"Nyonya Charlotte masih lapar? Saya akan memasaknya sendiri. Bisa menunggu untuk beberapa menit, Nyonya Charlotte?" tawar Luna, yang masih dihinggapi kekhawatiran.

"Umm, ya, tidak masalah. Tidak perlu memasak apa pun, Luna. Aku akan ke kamar saja—"

"Ada kekacauan apa ini, Kak Charlotte?"

Suara Megan yang masih menuruni anak tangga terdengar. Charlotte segera memberi ekspresi bertajuk baik-baik saja yang senantiasa dia perlihatkan. "Tidak ada apa-apa, Megan. Hanya ... insiden seperti biasa."

Menyadari maksud dari perkataan Charlotte, Megan menuruni sisa anak tangga secepat kilat. Wanita muda itu menghampiri Charlotte, mengutarakan kecemasan yang sama besar.

"Kamu tidak apa-apa, Kak Charlotte? Apakah kamu terluka?" panik Megan.

Charlotte mengulum senyum, memberi tepukan singkat pada pundak Megan untuk menenangkan adik madunya itu. "Aku sudah bilang, aku baik-baik saja, Megan. Terima kasih karena sudah mengawatirkanku."

Megan mengembuskan napas lega. Dipeluknya sosok Charlotte dengan penuh ketulusan, yang membuat wanita itu tersentuh seketika. Saat memeluk Charlotte, tatapan Megan jatuh kepada Lucas yang sibuk menyingkirkan kue stroberi tadi sebagai bukti untuk dilaporkan kepada Hendra Soedarso.

Selama beberapa saat, Megan tampak terpana akan keseriusan yang menyertai wajah tampan pria itu. Namun, cepat-cepat Megan menggeleng sembari melepas pelukan dengan Charlotte.

"Kak Charlotte, bagaimana kalau kita pergi ke kolam renang saja? Kita menenangkan diri di sana ya? Kak Charlotte mau membaca buku apa? Biar aku ambilkan dari perpustakaan," ujar Megan.

Charlotte mengangguk, berterima kasih atas interupsi yang Megan tawarkan di tengah kekacauan kecil ini. "Ya, tolong seperti yang biasanya saja."

Megan mengangguk penuh semangat, berlalu ke perpustakaan di rumah Soedarso yang terbiasa menjadi tempat beristirahat bagi Charlotte dan Megan di kala senggang. Begitu sosok Megan menjauh, Charlotte mengamati Lucas dan Luna yang sibuk bekerja sama untuk mengamankan kue storberi serta berasumsi siapa saja yang sanggup menyelundupkan kue mematikan itu ke rumah keluarga Soedarso.

"Aku akan pergi ke kolam renang, kalian bisa terus menyelidikinya sampai Mas Hendra pulang."

Perkataan Charlotte sukses mengalihkan atensi keduanya. Dengan tegas, Lucas menggeleng. "Anda mau ke kolam renang, Nyonya Charlotte? Maka akan saya temani."

Luna melanjutkan penuh kesungguhan, mendekat dua langkah ke arah Charlotte. "Begitu juga dengan saya, Nyonya. Setelah kejadian ini, kami tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Nyonya Charlotte. Bahkan, kalau Nyonya Charlotte mau di kolam renang sekali pun."

"Astaga, baiklah! Terserah kalian saja!"

Charlotte berbalik, menuju area kolam renang yang terawat tapi jarang disambangi oleh para penghuni rumah. Hendra Soedarso yang sudah berumur, paling-paling hanya akan berjemur sambil mengomeli para bawahannya di sana. Istri pertama Hendra—Miriam—kabarnya tidak terlalu menyukai kolam renang setelah Hendra memutuskan untuk menikah lagi. Kalau istri ketiga—Elmira—mampir ke kolam renang hanya untuk sekadar pamer untuk dibagikan ke sosial media.

Tiba di kolam renang, Charlotte duduk di gazebo. Lucas dan Luna mengekorinya penuh profesionalisme. Kalau Luna, sebenarnya tidak masalah. Namun, kehadiran Lucas membuat Charlotte tidak bisa menikmati kesendiriannya dengan tenang.

Tidak lama kemudian, Megan datang sembari membawa sebuah buku yang biasa Charlotte baca. "Terima kasih, Megan. Kamu memang pengertian sekali."

Megan tersenyum lebar, senang bisa membantu kakak madunya itu biarpun baru saja terjadi insiden kecil yang sudah tidak terlalu asing bagi para penghuni keluarga Soedarso.

Pada sepuluh menit pertama, Charlotte membaca dengan santai bersama Megan di gazebo. Lucas dan Luna mengawasi dari pinggir area kolam renang dengan penuh kewaspadaan, ditemani oleh pengawal dan pelayan pribadi Megan yang juga berada di sana.

Merasa bosan, Charlotte melangkah, berhenti tepat di pinggiran kolam renang.

"Mau berenang, Kak?" tanya Megan, terlihat antusias.

Charlotte memiringkan kepala, menimbang-nimbang. Tidak ada salahnya menyegarkan diri setelah apa yang baru menimpanya barusan.

Maka secara perlahan, Charlotte melepas gaun rumahnnya, memperlihatkan gaun dalaman yang melekat pada tubuhnya. Luna yang sudah biasa melihat pemandangan tersebut, hanya diam saja. Namun, Lucas sempat membulatkan mata penuh keterkejutan, yang segera ditutupi oleh raut datar pria itu.

Megan terlihat bersemangat, segera melepas pakaiannya pula, kini mengenakan tanktop dan celana pendek sejengkal. Lucas berdeham, tidak mengira kalau para istri Hendra Soedarso ternyata bisa sebebas ini.

Megan memang cantik, terlihat segar dan penuh warna. Namun, tidak bisa dimungkiri bila pesona Charlotte lebih memikat Lucas. Terutama, ketika wanita itu berenang dengan santainya di kolam renang, membuat Lucas merasakan sesuatu yang tidak pada tempatnya.

Lucas mengepalkan tangan, menahan diri supaya tidak melepas pakaiannya dan terjun ke kolam renang untuk merengkuh Charlotte. Napas pria itu memberat seiring melonjak desiran pada tiap pembuluh darahnya hanya karena melihat sosok Charlotte saat ini.

"Kamu tidak apa-apa, Lucas?" tanya Luna kebingungan, merasa ada yang aneh dari tatapan pengawal pribadi baru yang satu itu.

"Eherm, ya, hanya saja ... panas ...."

Luna mengangguk polos. "Iya, sekarang ini sudah jarang hujan. Makanya, Nyonya Charlotte sering menghabiskan waktu di kolam renang seperti ini, Lucas."

"Sering?"

Lucas mampu mendengar suaranya berubah serak dan berat. Membayangkan Charlotte berenang setiap hari di bawah teriknya matahari, membuat Lucas kewalahan mengatur dirinya sendiri agar tetap terkontrol.

"Tuan Besar datang!"

•••••

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   09. Ini Ciuman?

    "Wah, rasanya tiap datang ke sini aku selalu takjub, Kak Charlotte."Megan mendorong pelan pintu utama kafe yang belum terlalu ramai lantaran baru saja buka. Di belakang keduanya, tentu saja para pengawal pribadi mengekori dengan penuh kewaspadaan.Berjalan riang di sampingnya, Megan menyapa beberapa pelayan serta barista yang bertugas. Keduanya mulai menaiki anak tangga, menuju ruang kerja Charlotte yang berada di lantai dua."Wah, seandainya saja aku bisa sepintar kamu, Kak Charlotte! Pastinya aku ingin membuat kafeku sendiri, berlagak seperti bos besar." Megan tertawa di akhir kalimat seraya mendudukkan diri di sofa terdekat."Kalau kamu mau, tidak ada salahnya mencoba, Megan. Coba saja dengan bisnis yang menjual minuman untuk dibawa pulang, bukan yang biasa diminum di tempat," saran Charlotte.Megan mengerucutkan bibir. "Entahlah, rasanya aku ingin sebuah usaha yang memiliki tempat secantik punyamu ini, Kak Charlotte. Terlihat seperti bos besar, wah! Tidak salah kalau Kak Charlott

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   08. Sekadar Kecupan

    "Kamu tidak bisa berkata seperti itu! Aku ini nyonyamu! Yang seharusnya kamu jaga! Bukannya mengambil kesempatan dalam kesempitan begini!"Lucas menyeringai, tetap menatap Charlotte yang terlihat bagai kucing menggemaskan yang terperangkap di bawahnya. Ditatap begitu, Charlotte malah salah tingkah. Pipinya merona tanpa bisa dicegah."Astaga, Nyonya sayang .... Kalau Anda bersikap menggemaskan seperti ini, mana bisa saya tidak menginginkan Anda, hm?" goda Lucas."Minggir, Lucas! Kalau kamu tidak minggir, aku akan membuat kamu melakukan suatu kesalahan besar, sampai akhirnya besok kamu pergi dari sini!" ancam Charlotte, tak mau gentar begitu saja."Oh ya? Kesalahan macam apa?" Lucas merendahkan tubuhnya, menopang dengan kedua tangan yang berada pada tiap sisi tubuh Charlotte. "Mau mengatakan kepada si tua bangka itu kalau saya sudah berlaku kurang ajar seperti ini?""Ya! Karena kamu sudah seenaknya tidur di—hmph!"Sepasang mata Charlotte membelalak, tidak menyangka bahwa Lucas akan menj

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   07. Mencuri Kesempatan

    Lucas berdecak kesal saat mendengar ucapan Luna. Pria itu berdeham, tampil tegap bersiap menyambut kedatangan Hendra Soedarso yang sedang menuju area kolam renang.Dan benar saja, sosok Hendra Soedarso datang diikuti asisten pribadinya serta dua pengawal yang senantiasa mengekori ke mana pun pria tambun itu pergi.Charlotte, yang semula berenang santai bersama Megan, turut menyadari kedatangan Hendra Soedarso. Segera saja, wanita itu menyikut Megan dan memberi tanda; keluar dari kolam renang untuk menyambut Hendra.Lucas tersedak ludahnya sendiri saat melihat gaun dalaman Charlotte yang sebelumnya sudah melekat, justru semakin memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu. Lucas nyaris menjatuhkan rahang, tetapi ingat bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk terpesona pada seseorang yang harus dijaganya.Saat Charlotte dan Megan menghampiri dengan keadaan yang terbilang seksi, Hendra Soedarso tidak dapat menyembunyikan senyumnya. "Astaga, istri-istriku ini ... kalian terlihat menggoda sekal

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   06. Ancaman Kecil

    "Nyonya Charlotte!"Charlotte merasakan genggaman seseorang melingkari pergelangan tangannya, membuat sendok berisikan potongan kue stroberi tersebut jatuh ke lantai. Wanita itu lantas mendongak, bertemu tatap dengan Lucas yang memasang tampang serius penuh keawasan. Luna sendiri panik, segera memanggil pengawal tambahan yang berjaga di sekitar untuk memeriksa dapur."Anda tidak apa-apa, Nyonya Charlotte?" tanya Lucas memastikan.Charlotte mengangguk perlahan, menarik napas dengan mata terpejam. Selepas dirasa telah menenangkan diri, wanita itu berdiri. "Mengejutkan sekali. Aku tidak mengira kalau percobaan semacam ini akan datang lagi.""Lagi? Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya, Nyonya Charlotte?"Pertanyaan Lucas langsung dihadiahi anggukan susulan yang sudah bisa pria itu duga. "Tapi, entah siapa target yang sebenarnya. Bisa saja bukan aku, atau orang lain."Lucas berjongkok, mengamati sebuah paku kecil yang menyembul dari sesendok kue stroberi yang Charlotte jatuhkan tadi.

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   05. Makan Siang

    Tok! Tok! Tok!"Nyonya Charlotte? Sarapan sudah siap! Perlukah saya membawa sarapan ke dalam kamar? Atau apakah Nyonya Charlotte akan datang sendiri ke meja makan?"Charlotte tersentak. Wanita itu segera melepaskan diri dari jangkauan Lucas, berdeham untuk menyembunyikan kegugupan yang tengah melanda. "Ya, aku akan datang ke meja makan saja, Luna. Aku mau mandi dulu.""Perlukah saya membantu Nyonya Charlotte untuk membersihkan diri?" tawar Luna sopan, yang masih setia berdiri di balik pintu."Tidak perlu, Luna. Terima kasih! Aku akan memanggilmu saat membutuhkan bantuanmu nanti," balas Charlotte."Baik, Nyonya Charlotte. Kalau begitu, saya akan bersama dengan pelayan lain yang membantu di dapur."Sesaat setelah bayangan Luna yang terlihat dari celah bawah pintu menghilang, Charlotte mendengkus lega. Wanita itu kembali merebahkan diri sembari memikirkan apa yang sedang terjadi. Namun, sebelum membuka suara, sebuah lengan kekar telah melingkari pinggangnya lagi. "Oh, jadi kamu menyuruh

  • Tuan Pengawal Milik Nyonya Arogan   04. Menghindar

    Sebelum Charlotte mampu mengutarakan protes, tahu-tahu saja dia merasakan salah satu tangan Lucas menyusup ke balik jas yang tersampir pada pundak wanita itu. Charlotte merinding, tetapi detak jantungnya yang sarat akan antisipasi itu malah membuat pipinya merona lebih dulu. Melihat tampang Charlotte yang mulai salah tingkah, Lucas kembali melayangkan tawa kecilnya dengan suara berat nan seksi. "Nah, lihat, Nyonya Charlotte. Sepertinya tubuhmu mengingat dengan benar, siapa yang mampu memuaskannya di atas ranjang ...." Cepat-cepat menggeleng, Charlotte mundur tiga langkah, menepis tangan Lucas yang masih bisa menjangkaunya. Lucas memiringkan kepala, menyeringai seakan-akan sedang mendapatkan mainan baru. "Saya tahu, Nyonya Charlotte," Lucas malah mendekatinya lagi, yang mana tepat berdiri di depan wanita itu, "siapa pun bisa melihat, pria tua seperti Hendra Soedarso tidak akan bisa memuaskan para istrinya di atas ranjang." "Ka—" "Kak Charlotte?" Lucas segera mundur dua la

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status