Share

Chapter 219

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 03:33:26

“Ada apa, Tuan? Sepertinya ada sesuatu mendesak?” Philip bertanya ketika Henry menutup panggilan teleponnya.

Henry mengangguk. “Maafkan saya, Tuan Philip. Saya tidak bisa berlama-lama. Istri saya kurang sehat, saya harus segera kembali,” katanya, dengan sedikit cemas.

“Lain kali, saya akan mengganti hari ini,” lanjutnya.

Philip mengangguk mengerti. “Jangan khawatir, Tuan Henry. Kita masih memiliki banyak waktu. Salam untuk Istri Anda.”

Begitu selesai berjabatan tangan, Henry melangkah cepat menuju lift, diikuti oleh Ryan di belakangnya.

Ting!

Mereka sampai di loby. Dengan terburu-buru Henry keluar meninggalkan lift.

“Kau urus sisanya di kantor,” katanya, tanpa menoleh ke arah Ryan, langkahnya tetap cepat dan mantap. “Aku pulang lebih awal hari ini.”

“Saya mengerti, Tuan.”

Henry duduk di kursi pengemudi, menyalakan mesin mobil lalu melajukan mobilnya cepat.

Dalam perjalanan pulang , pikirannya tidak tenang. Ucapan Rosa yang mengatakan istrinya kurang sehat itu terus terngiang.

Pagi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elvi Yanti Simarmata
langsung dua bab dong thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 222

    Jalan Old Post Road di Millbrook mulai tenang dan damai saat sore hari tiba, hanya dengan sedikit aktivitas yang sedang berlangsung. Jalanan tidak terlalu ramai dengan kendaraan, beberapa penduduk lokal berjalan-jalan, beberapa siswa pulang dari aktivitas sekolah, lalu beberapa kafe dan restoran mulai bersiap melayani para pengunjung untuk makan malam.Sinar matahari menembus celah-celah daun pohon maple, membentuk pola cahaya dan bayangan di jalanan. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu sebagian besar adalah bangunan batu bata tua yang bergaya kolonial dengan perkebunan atau peternakan yang terawat. Semua memiliki karakternya masing-masing.Tak ada hiruk pikuk kota di sana. Yang ada adalah suara alam—suara angin berhembus pelan, suara tawa jauh dari area taman, dan sesekali deru mobil yang melintas tidak terburu-buru.Saat itu, mobil yang dikendarai Henry tiba di depan kedai yang jelas bertuliskan ‘The Millbrook Press & Panini’. Jendela depannya yang menampilkan etalase kaca berisi an

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 221

    Ya Tuhan … apalagi ini?Ini lebih diluar ekspektasinya. “Apa tidak ada opsi lain yang ingin kau makan?” Henry mencoba mencari penawaran lain. Namun, Eva tetap menggeleng, tak mau mengubah keputusannya. Di tengah semua pilihan yang ada, hanya satu yang terlintas di pikirannya–panini. Itu satu-satunya makanan yang paling enak saat ini, tidak ingin yang lain. “Hanya itu yang ingin ku makan sekarang,” jawabnya.“Tapi akan butuh waktu lama untuk mendapatkannya. Sedangkan kondisimu sekarang?” Henry kembali mengamati wajah pucat Eva.Eva tak langsung menjawab. Dia memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali dengan berkata pelan, “Aku bisa menunggunya. Asal kau yang bawakan.”Henry menghela napas panjang. Ada sesuatu dalam nada suara Eva, lemah dan lembut, membuatnya tak mampu untuk menolaknya. “Baiklah ….” Henry menyetujui, membuat wajah Eva Cerah kembali. “Aku akan meminta Ryan datang ke Millbrook untuk mencarinya.”Ekspresi Eva berubah cepat dalam hitungan detik. Dari lemah, men

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 220

    Henry membiarkan Eva membaringkan kepalanya di pangkuannya. Dia menatap wajah Eva yang tampak tenang, meski rona pucat belum sepenuhnya memudar. Momen seperti ini jarang terjadi, sikap manja Eva membuatnya tak bergerak.Jika kondisinya sekarang membuatnya lebih manja, maka Henry tak keberatan sedikitpun. Justru ada rasa senang, sesuatu yang jarang dia temui, dan kini terasa begitu berarti. Henry meletakkan ponsel di atas nakas. Niat mau menghubungi dokter dia urungkan. Bukan karena lupa, tetapi saat ini ada hal yang lebih penting. Dia menoleh ke arah Eva yang berbaring di pahanya, dan tanpa ragu dia memutuskan untuk tetap di sisinya. Tangannya membelai rambut Eva yang tergerai di pangkuannya. “Bagaimana kalau kita makan siang bersama?” katanya, sedikit menunduk agar wajahnya sejajar dengan Eva. “Aku akan meminta Rosa membawa makananmu ke dalam,” lanjutnya, suaranya pelan tapi penuh perhatian. “Atau … mau ku pesankan makanan yang lain? Apa kau ingin makan sesuatu?”Setiap perkata

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 219

    “Ada apa, Tuan? Sepertinya ada sesuatu mendesak?” Philip bertanya ketika Henry menutup panggilan teleponnya.Henry mengangguk. “Maafkan saya, Tuan Philip. Saya tidak bisa berlama-lama. Istri saya kurang sehat, saya harus segera kembali,” katanya, dengan sedikit cemas. “Lain kali, saya akan mengganti hari ini,” lanjutnya.Philip mengangguk mengerti. “Jangan khawatir, Tuan Henry. Kita masih memiliki banyak waktu. Salam untuk Istri Anda.”Begitu selesai berjabatan tangan, Henry melangkah cepat menuju lift, diikuti oleh Ryan di belakangnya. Ting!Mereka sampai di loby. Dengan terburu-buru Henry keluar meninggalkan lift.“Kau urus sisanya di kantor,” katanya, tanpa menoleh ke arah Ryan, langkahnya tetap cepat dan mantap. “Aku pulang lebih awal hari ini.”“Saya mengerti, Tuan.”Henry duduk di kursi pengemudi, menyalakan mesin mobil lalu melajukan mobilnya cepat. Dalam perjalanan pulang , pikirannya tidak tenang. Ucapan Rosa yang mengatakan istrinya kurang sehat itu terus terngiang. Pagi

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 218

    Begitu memasuki area tunggu, Philip muncul, berjalan mendekat sambil membuka kedua tangannya menyambut kedatangan Henry. Dia memakai pakaian golf berwarna cerah dan topi bermerk. Senyum lebar muncul di wajahnya. “Selamat datang, Tuan Henry. Akhirnya Anda datang juga,” katanya, sambil menyodorkan tangan. Henry menjabat tangannya. “Terima kasih, Tuan Philip. Maaf sedikit terlambat.” “Tidak sama sekali, Tuan. Mari.” Philip membawa Henry untuk masuk lebih dalam. Keduanya tiba. Henry tersenyum, menoleh ke arah lapangan, lalu melirik ke sekeliling. Tempat itu mewah dan nyaman. Ada bar terbuka dan kursi-kursi berlapis kulit dan lounge private. Di sana, Ryan meletakkan perlengkapan golf milik Henry dengan hati-hati. “Ada siapa saja hari ini?” tanya Henry sambil memakai sarung tangan golfnya. “Tuan Marcus, Tuan Daniel, mereka juga ada di sini,” jawabnya. “Mereka sudah ke driving range. Kita masih punya waktu. Saya sengaja mengatur jadwal lebih longgar.”Henry mengangguk.Ada anak tang

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 217

    Pukul 09.00 waktu setempat. Kafe terkenal di sudut kota itu tampak tenang. Musik mengalun pelan, dan interaksi para pengunjung menjadi pelengkap. Di salah satu sudut ruangan, Eva duduk menunggu. Tak lama kemudian, Sophia datang. Seperti biasa, penampilannya tidak pernah gagal. Dia mengenakan blus krem, rok panjang putih, dan hak 3 cm. Eva berdiri menyambutnya. Hari ini, dia mengenakan perpaduan atasan broken white dan bawahan midi, motif kotak-kotak geometris hitam putih. Penampilannya sederhana, tetapi terlihat terawat dan sopan. “Maafkan aku sedikit telat. Ada sesuatu yang kuurus tadi,” kata Sophia sambil duduk.Eva tersenyum tipis, lalu menjawab, “Tidak apa-apa. Aku juga baru saja sampai.”“Kau sudah memesan?” Eva menggeleng. “Belum.”Sebelum membahas topik, mereka memesan makanan dan minum sebagai teman mengobrol. Obrolan akan asyik jika ditemani dengan beberapa cemilan. Beberapa menit kemudian, barista mengantar pesanan mereka. Mereka mulai mengobrol santai. Sesekali ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status