Beranda / Rumah Tangga / Tubuhmu Milikku / Xavier mabuk berat

Share

Xavier mabuk berat

Penulis: Fiyaseni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-12 21:04:05

Tak lama kemudian, mereka telah selesai sarapan. Arabelle pergi sekolah diantar oleh Ardi yang juga berangkat bekerja diperusahaan baru, ia tidak lagi memegang perusahannya. Karena sudah bangkrut, dan ia juga tidak bisa mengelolah perusahan keluarga Xena karena dirinya bukan anggota asli dari keluarga tersebut.

Maka dari itu, Ardi memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan lain yang sesuai dengan bidang yang dimilikinya yaitu perusahan yang bekerja dibidang properti, milik keluarga James, sahabat dari kakaknya__Aron, yang sekarang dikepalai oleh anak kandung James, yaitu Xavier Son James. 

Ardi bisa dikatakan karyawan baru diperusahaan tersebut, ia baru bekerja sekitar 6 bulan semenjak perusahannya bangkrut akibat dirinya yang selalu sibuk merawat sang keponakan, Xena di panti rehabilitasi. Namun, apapun itu, Ardi tetap ikhlas merawat Xena, karena ia menginat kebaikan keluarga Aron padanya dulu.

Xena membereskan piring kotor yang berada diruang makan, lalu membawanya kedapur untuk dicuci. Tiba-tiba, Tania datang dan berdiri tepat dibelakangnya seraya melipat kedua tangannya.

“Nah, seperti itu. Kalau numpang di rumah orang memang harus rajin.”

Xena menoleh dan mengangguk kecil kearah sang tante dengan senyuman tipis. Walupun sebenarnya oia masih merasa sakit hati akan perkataan Tania tadi.

“Habis ini, kamu sapu dan pel seluruh rumah ini ya.” titahnya.

“Iya Tante.”

Hanya itu yang bisa ia katakan, karena tak ada pilihan lain untuk tidak menuruti perkataan sang Tante. Setelah itu, Tania pun langsung mengangguk dan bergegas pergi dari tempat itu, membiarkan Xena membereskan pekerjaan rumah itu sendirian.

Mencuci piring, menyapu, mengepel serta membersihkan seluruh debu dirumah itu ia kerjakan sendiri, sedangkan Tania hanya duduk dan asik menonton televisi seraya memakan cemilan. Bukan dirinya jahat terhadap Xena, namun Tania ingin kehadiran Xena dirumah ini tidak membuat keadaan ekonomi keluarganya yang masih terpuruk menambah beban bagi mereka semua.

Xena yang baru saja selesai membersihkan seluruh rumah ini, hendak berjalan menuju kamar mandi akan membersihkan dirinya. Namun, belum sempat Xena menuju toilet, Tania memanggilanya.

“Xena,.” 

“Iya Tante.”

“Kemari.” ucapnya yang langsung dituruti oleh gadis itu, ia berjalan dan berdiri didekat Tania.

“Saya baru baca, ada lowongan pekerjaan di perusahan PT. Good Property. Dari pada kamu di rumah ini menyusahkan keluarga saya, lebih baik kamu bisa bekerja disana dan menambah penghasilan untuk rumah ini. Lumayankan, uangnya juga bisa buat kamu beli sesuatu yang kamu mau.”

Xena tertegun. “Kerja Tante?”

“Iya. Om kamu juga bekerja diperusahaan tersebut, kalian bisa berangkat bersama kalau kamu bekerja disana.” ujarnya dengan nada santai.

‘Apa perusahaan tersebut bisa menerima karyawan yang memiliki trauma seperti aku.’ batinnya. 

“Kenapa kamu bengong. Kamu tidak mau ya? Kamu ingin numpang disini terus dan menikmati semuanya secara gratis, iya?!”

Xena tertunduk dengan gelengan kepala. Sungguh, tak ada niat sedikitpun dihatinya untuk membuat keluarga mereka susah, hanya saja Xena masih takut jika harus bertemu dengan orang banyak di luaran sana.

“Kalau begitu cari kerja!”

 Bentakan Tania, berhasil membuat Xena terkejut bukan main, jantungna dag dig dug akan bentakan itu dan membuat dirinya masih tertunduk, tak berani menatap Tania.

“Kamu dengarkan, apa yang saya ucapkan barusan, Xena?”

Gadis cantik itu mengangguk namun masih dengan wajah yang tertunduk. “I-iya Tante, Xena akan mencoba daftar pekerjaan disana.” jawabnya gugup.

Tania mengangguk. “Bagus, bagus kalau kamu mendengarkan perkataan saya. Sudah sana, kamu mandi. Bau kamu itu.”

Xena mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Gadis itu menatap dirinya dicermin toilet seraya mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Tania tadi pasal pekerjaan tersebut.

“Aku tidak mungkin membuat susah keluarga Om Ardi terus. Aku harus bisa membantu keluarga ini. Tapi ... aku tidak yakin kalau aku bisa bekerja.” monolognya.

Xena menghela napasnya sejenak, lalu ia membelakangi cermin itu dengan kedua tangannya. 

“Hak waris keluarga Aron tidak bisa diturunkan kepada Xena untuk sekarang ini. Mengingat kondisinya yang masih belum stabil akan trauma yang dialaminya sangat sulit untuk dia bisa memegang perusaahan ini.”

Seperdetik ia mengingat kata-kata itu membuatnya membuang napasnya dengan gusar, Xena kembali menatap dirinya dicermin itu. 

“Iya. Aku harus bisa sembuh, aku harus bantu keluarga Om Ardi. Kebangkrutan perusaahaanya juga karena beliau selama ini merawatku. Aku harus coba apa kata Tante Tania, aku harus mendaftar diperusahaan tersebut.” gumamnya dengan tekad yang kuat.

****"

Pukul 23:00 seorang laki-laki tampan dengan hidung mancung tengah mabuk berat di sebuah club malam. Ia menghabiskan banyak minuman disana, prustasi akibat mantan kekasih yang mengkhianatinya membuat lelaki tersebut kehilangan akal sehatnya, sampai ia tak sadar apa yang dilakukannya ini bisa membuat reputasi karirnya bisa tercoreng.

Lelaki berpakaian rapih dengan memakai jas berwarna biru tua senada dengan celana yang dikenankannya, duduk disamping pria yang tengah mabuk itu. Ia sangat kasihan pada lelaki itu yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Jas yang sudah tak dipakai lagi, serta kemeja yang sudah terbuka kancingnya membuat bosnya kini lebih mirip disebut dengan berandalaan. Apalagi rambutnya yang acak-acakan membuat sifat wibawanya menurun.

Lelaki itu memncoba menengguk minuman itu lagi, namun dengan cepat asistennya, Lucas. Segera merebut botol itu dan menyingkirkannya dari bosnya tersebut.

“Pak, sudah Pak cukup. Bapak tidak boleh meminum ini lagi Pak. Lihat, sudah berapa banyak botol yang Bapak minum.” tegas Lucas kearah Xavier.

Xavier terkekeh kecil disudut bibirnya, ia melihat Lucas dengan pandangan yang buram dengan beberapa kali bersendawa akibat banyak meminum alkohol tersebut.

“Hei, Lucas. Anda itu hanya asisten saya, anda tidak berhak melarang saya.” ucapnya yang lemah dengan nada orang mabuk.

Xavier mengambil alkohol itu lagi, namun dengan cepat Lucas merebutnya kembali dan menyingkirnya jauh-jauh. “Pak. Sudah Pak cukup.” tegas Lucas.

Xavier yang tengah mabuk, membuatnya kehilangan akal sehat hingga ia berdiri dan menarik kerah baju Lucas, matanya merah menatap tajam sang asisten tersebut. 

“Anda dengar baik-baik ya. Saya ini sedang dibohongi oleh seorang wanita setengah ular. Dia itu memiliki tutur kata yang manis ... tapi ternyata mampu membuat hati saya ter-iris .... Kamu paham itukan?!”

Xavier berkata ngawur, ia mendorong tubuh Lucas hingga sang empunya terjatuh disofa itu. Lucas tau, apa yang dikatakan Xavier itu adalah bentuk kekesalananya terhadap Jovita__mantan kekasihnya. Karena wanita itu pergi bersama pria lain dan hampir menguras harta milik Xavier. Jelas, itu membuatnya marah dan sangat membenci wanita ular tersebut.

Xavier menjatuhkan dirinya disofa. Ia terkekeh mengingat betapa bodoh dirinya ini, mempercayai wanita cantik yang memiliki sifat seperti ular, pandai bersilat lidah. Dua tahun ia menjalin kasih dengan wanita tersebut, namun hanya pengkhianatan yang ia dapatkan.

Perlahan, kekehan diwajahnya berubah menjadi amarah yang mendalam. Matanya memelotot rahangnya mengeras, serta kedua tangannya pun mengepal sampai terlihat urat-urat tangannya yang menegang.

“ARGH!!!”

Xavier menghantam dinding didekatnya dengan emosi dan kemarahan yang menyelimuti dirinya, hingga meninggalkan rona kebiruan ditangannya dan membuat punggung tangannya pun terlihat bengkak. 

‘Aku akan mencarimu Jovita. Aku akan menghabisimu seperti aku menghabisi keluarga Aron.’ batinnya dengan penuh rasa dendam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tubuhmu Milikku   Akhir Kisah

    "A-aku, titip anak kita." Jawab Xena dengan suara lirih dan juga pelan setelah itu yang langsung menutup muka Dua matanya secara perlahan.Sungguh. Perkataan itu benar-benar membuat Xavier langsung syok. Tiba-tiba saja istrinya mengatakan kalimat itu yang membuatnya semakin merasa takut dan juga cemas.Dengan cepat, dia mengecupi beberapa kali tangan serta kepala sang istri dan terus berusaha mencoba membangunkan istrinya tersebut."Xena ... Sayang ... Kamu dengar saya. Sayang ... Bangun sayang.""Xena ... Kamu tidak perlu bercanda. Sayang. Xena ...""Xena ... Jangan seperti ini, jangan membuatku khawatir."Berkali-kali, Xavier memanggil-manggil nama sang istri dan juga mengusap seluruh wajahnya, namun tetap saja wanita cantik itu tidak membuka kedua matanya bahkan tidak merespon dirinya sama sekali hingga hal itu pun benar-benar membuat Xavier menangis Ia pun langsung memanggil sang dokter."Dokter ... Dok! Dokter .... Tolong istri saya Dok." Teriam Xavier.Sang Dokter dan beberapa s

  • Tubuhmu Milikku   Xena melahirkan

    Tiba-tiba, saja. Salah satu polisi itu ada yang mendekatinya dan berdiri tepat di dekatnya.Sontak, ia pun langsung melihat kearah polisi itu."Pak Xavier, anda harus kami."Xavier langsung bangkit dari posisinya."Ada apa Pak? Apa terjadi sesuatu pada istri dan juga anakku?" Tanyanya yang cemas."Sebaiknya anda ikut kami sekarang dan akan mengetahui jika anda sudah berada di tempat yang akan kami tuju nanti."Xavier mengangguk. Mereka pun segera pergi dari tempat itu dan menaiki mobil kantor polisi selama di perjalanan pikiran Soviet pun tidak karuan ia selalu memikirkan keadaan istrinya dan takut terjadi sesuatu pada sang istri dan juga bayi yang dalam kandungannya.Tak butuh, waktu lama. Mereka pun telah sampai di rumah sakit Sentosa. Pikirannya teringat kembali akan papanya pada waktu itu yang berada di rumah sakit itu namun meninggal dunia.'Tidak, semoga tidak terjadi apa-apa dengan istriku dan juga bayi yang dikandungnya.' batinnya.Xavier dan juga para polisi itu pun berjalan me

  • Tubuhmu Milikku   Xena Merindukan Xavier

    "Pah ... Bangun Pah. Maafkan semua kesalahan Xavier." Lirihnya.Sang istri, yang selalu setia berada di sampingnya pun terus mengusap pundak sang suami ia menguatkan suaminya tersebut walaupun sebenarnya ia tahu itu sangatlah sakit karena dirinya pun mengalami hal tersebut bahkan jauh sejak ia masih kecil."Maaf, jenazah akan segera dimandikan." Ucap salah satu suster di sana."Kita harus ikut, pemakaman papah." Ucap Xena dengan lembut.Xavier mengangguk kecil. sejujurnya hatinya masih sangat teriris melihat keadaan yang terjadi pada dirinya saat ini namun sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit dan kuat apalagi ada istrinya yang selalu setia menemani Sampai detik ini.Beberapa jam kemudian pemakaman jam 10.00 telah usai Xavier dan Sena yang masih berada di pemakaman tersebut pun akhirnya ikut meninggalkan pemakaman itu."Ayo, Pak Xavier anda kembali lagi ke kantor polisi." Ucap salah satu polisi yang mengawal dirinya."Sebentar, Pak. Saya ingin berbicara dulu Dengan istriku.""Silahk

  • Tubuhmu Milikku   James pergi Selamanya

    Beberapa hari kemudian, Xena menjenguk papa mertuanya di rumah sakit ia pun berbicara kepadanya bahwa safir telah ditangkap oleh Polisi."Jadi bagaimana perkembangan Papah?" Tanya Xena dengan nada lembut.James yang kini sudah bisa duduk, berbicara pada menantunya itu dengan nada lembut dan juga ramah."Syukurlah, sekarang papa sudah jauh menjadi lebih baik. Oh ya, bagaimana dengan Soviet pukas berkata bahwa dia sudah di ..."ucapan James berhenti sejenak namun dengan cepat China pun langsung melanjutkan ucapan tersebut dengan mendahuluinya melakukan kepalanya."Iya Pah. Dia sudah dibawa oleh kantor polisi beberapa hari yang lalu." Sambungnya.James memanganguk. Ia tahu bahwa menantunya ini begitu merasakan perasaan yang sangat sempurna di satu sisi dia sangat mencintai suaminya tersebut tapi di sisi lain ia harus melepaskannya Karena di balik pembantaian tersebut adalah suaminya sendiri."Papah tau, apa yang kamu rasakan saat ini bahkan papa pun begitu merasakannya. papa merasa kecew

  • Tubuhmu Milikku   Xavier menyerahkan diri ke polisi

    Satu jam telah berlalu Mereka pun telah selesai menyantap makan malam tersebut savier dan juga Xena pun masuk ke dalam kamar sedangkan arah masih berada di sana untuk membantu para pelayan itu membereskan makanan tersebut.Xavier langsung duduk di kasur, ia memerhatikan istrinya yang tengah membereskan serta menyiapkan baju tidur untuknya."Xena, aku ingin berbicara sesuatu kepadamu duduklah disampingku." Ucapnya.Wanita cantik yang tengah hamil itu pun berjalan menuju sang suami lalu duduk tepat di sampingnya dengan tahu itu wajah senyum."Apa yang akan kau bicarakan padaku?" Tanyanya.Xavier menghela napasnya sejenak. Ia memperhatikan wajah cantik sang istri serta bola matanya yang coklat itu dia mengusap beberapa kali perutnya lalu mengecup perut itu dan berbicara pada bayinya secara berbisik."Sayang ... Maafkan Papah ya." Ucapnya.Perkataan, itu jelas membuat wanita cantik itu berkerut alis dia langsung bertanya kepada suaminya Apa maksud dari perkataannya tersebut."Kenapa kamu

  • Tubuhmu Milikku   Hukuman untuk Ardi dan Tania

    Sebenarnya Xena tak tega melihat Om serta tantenya bersimpuh di depan kakinya ia masih memiliki rasa Peduli dan juga perasaan baik pada mereka namun mengingat apa yang telah dilakukan mereka itu begitu kejam, hingga akhirnya wanita itu pun hanya bisa melihatnya dengan mata berkaca-kaca.Xena mengerjapkan kedua matanya ia menahan butiran bening itu yang hendak terjun bebas membasahi pipinya lalu bersikap tegas kepada kedua orang tersebut."Maaf, Tante Om. Sebelumnya Xena sangat berterima kasih kepada kalian semua karena sedari kecil setelah kepergian Papah dan mama kalianlah yang merawat aku, tapi setelah semua ini terbongkar. Aku merasa sangat kecewa kepada kalian semua."Ucapannya berhenti sejenak ia mencoba mengatur nafasnya beberapa kali dan mencoba untuk mengutarakan semua kesalahan dan kekecewaan yang ada pada dirinya."Kalian sengaja menutup berita itu karena kalian ingin mengambil hak waris dari keluargaku dan kalian sengaja mengambil aku dari panti rehabilitasi itu dan merawat

  • Tubuhmu Milikku   Ardi di pecat karena Xena

    Xavier langsung membuka pintu tersebut dna melihat sang Papah yang masih terbaring lemah di kasur itu bersama dengan Lucas yang duduk di kursi tepat disampingnya. Perlahan, ia pun langsung berjalan mendekatinya dan menghentikan langkahnya tepat di sebelahn Lucas."Pak Xavier." gumamnya.Lucas pun segera bangkit dari posisinya dan mempersilahkan sang atasan untuk duduk."Silahkan Pak, duduk." ucapnya.Xavier langsung duduk tepat di bangku yang sebelumnya di duduki oleh Lucas. Ia tersenyum menatap sang Papah."Xavier senang Papah sudah pulih." ucapnya.James pun tersneyum tipis seraya mengerjapkan kedua matanya dengan anggukan kecil kearah sang anak."Lucas, bisa kamu tinggalkan kami berdua." ucap James yang masih dengan nada lemah.Lucas mengangguk. "Baik, Pak." jawabnya, lalu ia segera berjalan kelaur dair ruangan itu.Setelah dilihat bahwa Lucas sudah keluar dan hanya ada mereka berdua disana. James pun kembali melihat kearah sang anak."Bagaimana keadaan istri serta cucuku yang berad

  • Tubuhmu Milikku   Xena ingin menggugurkan kandungannya

    Sebuah notifikasi ponsel berwarna biru muda itu berbunyi. XEna yang masih berad id kamar tengah beristirahat sambil membaca buku pun mendengar suara notif tersebut. Ia segera menoleh ekarah ponsel yang berada di meja dekat dirinya.Xena pun mengambil ponsle tersebut yang tak lai adalah ponsel miliknya.Ia meliha bahwa itu adalah pesan dari sepupunya yaitu, Arabelle. "Ara?" gumamnya.DEngan cepat, wanita cantik bermanik coklat itu pun langsung membuka pesan itu lalu membacanya.||Arabelle("Kak, apa kaka sudah diberitahu oleh Pak Xavier atas kabar pengacar Han tadi?")"Saat aku bertanya, suamiku tidak memberitahukan padaku pasal kabar tadi. Apa lebih baik aku bertanya saja pada Ara ya, apa yang terjadi tadi saat di kantor pengacar Han?" gumamnya.["Belum Ara, aku tidak sempat bertenya padanya. Tpai ... dia sepertinya enggan menceritakannya pada ku. Memangnya apa yang terjaid tadi? Aku ingin mendengar infornya darimu saja."]("Aku telpon saja ya, Kak. Biar lebih enakj aku menceirtakanny

  • Tubuhmu Milikku   Masih menghantui pikiran Xavier

    Xavier terdiam sejenak, namun secara perlahan ia mengangguk menjawab pertanyaan tersebut.Xena tak tahu apa yang ada dalam hatinya ini, apakah harus senang atau sedih. Karena jujur, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bila bertemu dengan pembunuh kedua orangtuanya disaat pembantaian tersebut, maka ia tidak akan bisa memaafkan dan harus di hukum seberat-beratnya.Tapi, di satu sisi ia juga sedih dna kecewa karena ternyata pelakukanya itu adalah suaminya sendiri, yang sekarang sudah ia cintai. Sungguh, ini pilihan yang sangat sulit baginya."Aku, akan menyerahkan diirku ke kantor polisi. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk menunggu Papah, agar sembuh dari komanya." pinta Xavier.Xena mengangguk, dengan tetesan air mata yang membasahi kedua pipinya. Xavier pun lansung mengusap lembut butiran bening itu dan tersenyum tipis kearah sang istri.'Aku rela bila aku harus di hukum mati sekali pun, Xena. Karena aku tahu ini semua memang salahku.' batinnya.Mereka pun berpelukan dalam w

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status