Share

Fitnah Keji Adik Ipar

Satu jam sebelumnya ….

"Bang, lihat deh kelakuan istrimu," ucap Tasya mulai menjerat kakaknya dengan fitnah saat Angga datang ke rumah ibunya untuk makan malam sepulang bekerja.

Bu Intan sudah tahu jika Laras pergi dari rumah sejak pertengkaran mereka seminggu lalu. Ia malah melarang putranya untuk membujuk Laras agar kembali ke rumah. Wanita itu justru menebar fitnah jika Laras sudah berselingkuh dari putranya. Ia juga mengatakan jika Laras pergi dari rumah karena ketahuan berselingkuh.

"Emang ada apa, sih?" tanya Angga tampak tidak tertarik dengan apa yang hendak ditunjukkan oleh adiknya.

"Sini deh, Bang. Lihat ini!" Tasya menyodorkan ponselnya ke arah Angga. Bu Intan yang jiwa penasarannya sudah meronta-ronta pun ikut melihatnya.

"Kurang ajar!" pekik Angga emosi. Ia mengepalkan tangannya dan rahangnya tampak mengeras.

"Astaga! Benar 'kan dugaan Ibu selama ini, Ga! Istrimu itu pura-puranya aja alim. Tapi, di luaran sana kayak gitu kelakuannya!" Bu Intan berujar seakan menyiramkan bensin pada gejolak hati Angga yang mulai terpantik oleh api amarah.

"Kita datangi saja rumahnya dan beri dia pelajaran, Bang! Talak saja biduan murahan itu, Bang! Aku nggak terima abangku dikhianati Laras!" ucap Tasya semakin mengompori Angga. Lelaki yang tampak kalut itu tak dapat lagi berpikir jernih dan emosinya sudah menutupi logikanya.

"Ayo kita datangi rumahnya, Ga! Ibu juga mau kasih pelajaran buat perempuan itu!" geram Bu Intan. Semua fitnahannya selama ini pada Laras seakan menjadi kenyataan.

"Ya, Bu! Harga diri Angga serasa diinjak-injak oleh Laras sekarang," ungkapnya dengan perasaan bercampur aduk. Padahal dirinya lah yang jelas-jelas telah berselingkuh sejak awal dengan Aluna.

Akan tetapi, melihat kedekatan Galih dan Laras yang terlihat kembali itu membuat rasa cemburunya kembali membuncah.

Angga tak dapat menahan emosinya, hingga saat Laras membukakan pintu rumah, ia langsung menghadiahinya dengan tamparan keras.

"Apa-apaan kamu, Mas!" ucap Laras dengan suara bergetar. Wanita itu tampak mengusap pipinya seraya menahan isak tangis dan bulir bening yang mendesak untuk berhamburan.

"Dasar wanita lacur! Murahan! Saat ini juga ku talak engkau Kirana Larasati binti Surya Kusuma," teriak Angga berapi-api. Tangannya menunjuk-nunjuk wajah pias Laras.

Bu Intan dan Tasya, adik iparnya tersenyum penuh kemenangan. Melirik angkuh pada Laras yang masih tampak mengelus pipinya yang sakit terkena tamparan suaminya.

"Da*sar perempuan murahan!" maki Bu Intan geram. Wanita itu menahan diri untuk tidak menjambak rambut Laras.

"Baik, Mas. Kuterima talakmu." Laras menjawan dengan tegar. "Dan asal kau tahu, aku malah bersorak gembira. Akhirnya aku bebas dari ikatan pernikahan ini." Laras membalas tatapan tajam dari ketiga pasang mata di depannya. Talak dari suaminya seakan berhasil menghilangkan rasa sakit berkat tamparan Angga tadi.

"Cih! La*cur! Harusnya aku tahu dari awal kalau kamu dan Galih brengsek itu punya hubungan spesial," decih Angga jijik. Ia masih menatap penuh kilatan amarah pada Laras, yang kini telah menjadi mantan istrinya.

Laras terhenyak. Kenapa Angga harus menyeret nama sahabatnya itu. Dia bahkan tidak tahu apa pun mengenai masalah pelik yang menimpa rumah tangganya. Karena Laras tak menceritakan apa pun tadi.

"Pergi kalian dari rumahku! Pergi!" Laras begitu lantang mengusir mereka. Seakan mendapat keberanian yang tersembunyi. Ia harus tegas untuk memberi ketiga orang itu peringatan jika dirinya bukanlah Laras yang dulu, yang akan selalu mengalah dan diam.

"Makanya Mbak, kalau masih sah jadi istri orang jangan asik haha hihi sama cowok. Emang dasar biduan gatel!" celetuk Tasya, menyindir sinis kakak iparnya. Rasa puas terpancar dari wajahnya karena telah berhasil membuat Laras tampak jelek di mata ibu dan kakaknya. Dan yang terpenting, foto yang dirinya ambil tadi siang telah membuat Angga menjatuhkan talaknya pada Laras.

'Rencanaku berhasil!' soraknya dalam hati. Penuh kebencian, ia menatap kakak iparnya itu.

Sejak awal kakaknya menikah dengan Laras. Ia memang menaruh kebencian mendalam pada wanita itu. Teman-temannya selalu memuji kecantikan Laras, pun juga dengan suaranya yang merdu.

Banyak dari teman laki-laki Tasya yang mengidolakan Laras. Hanya saja Laras lebih memilih kakaknya sebagai pendamping hidup. Kebenciannya semakin mendarah daging. Dan tidak ada obat untuk mengobati penyakit iri hati itu.

Saat melihat wajah sumringah Laras bersama Galih di Cafe siang itu, membuat kobar api kebencian di hatinya semakin menyala. Ia seakan memiliki celah untuk menghancurkan Laras.

Galih yang juga merupakan lelaki yang jadi gebetannya itu malah asyik tertawa renyah dengan Laras. Sedangkan Galih selalu acuh pada dirinya. Lelaki itu hanya menganggap Tasya tak lebih sebagai pelanggan tetap di kafe.

"Kamu tunggu saja surat perceraian kita, Laras! Aku akan secepatnya mengurus perceraian ke pengadilan agama!" hardik Angga berkacak pinggang menatap Laras yang tengah bersusah payah menahan bulir bening di pelupuk matanya.

"Baik, Mas. Uruslah secepatnya perceraian kita!" sahut Laras tak kalah sengit. Ia tak merasa gentar.

Laras menatap dalam manik mata lelaki yang selama lima tahun ini mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya. Masih terlihat jelas rasa cinta di matanya. Namun Laras lebih memilih untuk mundur sekarang. Tidak ada lagi yang bisa dipertahankan dari rumah tangganya yang sekarang.

Tegar adalah yang harus dilakukannya saat ini. Air matanya tak perlu menetes sedikit pun untuk keluarga tak bernurani itu. Ia tidak mau terlihat lemah. Bisa-bisa mereka akan semakin semena-mena bertindak padanya. Cukup sudah baginya bertahan di antara orang-orang yang tidak menyukai kehadirannya.

Ia berjanji akan membuktikan jika ia pergi untuk menjemput bahagianya yang sempat tertunda. Kini, Ia mengerti kenapa fitnah dapat lebih kejam dari pembunuhan.

Mereka bertiga beranjak pergi meninggalkan rumah Laras. Menghentakkan kaki dengan kasar tanda amarah masih merajai. Ia jengah, lalu segera menutup pintu rumahnya.

'Mampus kau, lacu*r! Kamu nggak pantas buat bahagia. Selamat menikmati status jandamu itu.' Tasya melempar senyum menyeringai sebelum benar-benar meninggalkan rumah Laras.

Batinnya merasa puas telah membuat rumah tangga kakaknya itu berakhir perceraian. Dia juga lah yang telah menghasut kakaknya dengan foto dari ponselnya. Foto Galih  dan Laras yang sedang tertawa bersama.

Dia sangat tahu apa yang paling dibenci kakaknya. Itu adalah perselingkuhan. Hal itu akhirnya dimanfaatkan oleh Tasya untuk menebar racun dan memfitnah Laras di waktu yang sangat tepat.

Sementara itu, Laras menyandarkan tubuhnya di balik pintu setelah menutupnya keras. Ia tak peduli lagi bagaimana rupa wajahnya kini. Fisik dan mentalnya sudah sangat lelah menghadapi kekejaman keluarga suaminya.

"Aku nggak boleh terpuruk! Aku harus kuat, dan buktikan kalau semua tuduhan mereka tentang aku yang mandul itu salah," gumamnya lirih.

"Aku akan buktikan pada mereka bahkan seluruh dunia sekali pun kalau aku tidak mandul," jeritnya tertahan. Hasratnya untuk membuktikan dirinya tidak mandul sangat menggebu.

Ia bangkit lalu melangkah tersuruk-suruk masuk ke kamarnya. Ia tumpahkan semua luka dan air matanya malam ini. Semuanya. Hingga tak tersisa lagi untuknya bersedih di kemudian hari. Laras akan meraih bahagianya dan membungkam mulut pedas keluarga suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status