Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar

Tuduhan Mandul dari Mertua dan Adik Ipar

last updateLast Updated : 2024-07-16
By:  Merry HeafyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
130Chapters
10.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Jangan-jangan kamu memang nggak mau hamil dan punya anak, Ras. Mengingat profesimu yang seorang biduan itu!" ketus Bu Intan mendelik tajam ke arah menantunya, Laras. Laras hanya mengembuskan napasnya perlahan. Mencoba lebih bersabar dengan umpatan dan makian yang dilontarkan ibu mertuanya. Mereka sudah kembali pulang ke rumah. Tapi, Bu Intan masih saja mengomeli Laras dengan berbagai macam kata-kata yang tak enak didengar. Kirana Larasati selalu dituduh mandul oleh keluarga suaminya terutama ibu mertuanya. Bukan tanpa alasan, lima tahun menikah ia tak kunjung mendapatkan dua garis merah. Saat suaminya berselingkuh dan menghamili perempuan lain, Laras memutuskan untuk bercerai. Namun, hasratnya untuk membuktikan dirinya tidak mandul pun semakin menggebu. Mampukah Laras membuktikan jika dirinya tidak mandul? ***

View More

Chapter 1

Tuduhan Mertua

'Akhirnya selesai juga,' gumam Laras dalam hatinya. Ia memandang bangga hasil karyanya merangkai bunga-bunga segar untuk dipajang di ruang tamu.

Wanita itu meraih ponselnya dari balik saku apron bermotif bunga babybreath yang masih dikenakannya. Mengambil beberapa potret bunga itu dari berbagai sudut. Ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri di hati Laras saat melakukan kegiatan menyenangkan itu. Hanya cara itulah yang dapat membantunya mengusir rasa sepi karena belum dikaruniai buah hati meski sudah lima tahun menikah dengan suaminya.

Terdengar pintu di depan rumahnya diketuk dari luar. Laras yang mendengarnya segera menyudahi aktivitasnya memandangi rangkaian bunga di dalam vas yang terbuat dari kaca itu. Ia beranjak menuju ke pintu untuk membukakan pintu.

"Laras! Buka pintunya!" Terdengar sebuah suara yang sangat Laras kenal dari arah luar. Ia sudah dapat menebak jika suara itu adalah ibu mertuanya.

Pintu pun terbuka, dan benar saja dugaannya. Bu Intan, ibu mertuanya sudah berdiri angkuh di belakang pintu dengan wajah masam dan tak sedap dipandang.

"Eh, ibu. Masuk dulu, Bu." Laras menyunggingkan senyuman ramah seraya menyapa sang mertua.

"Lama banget sih, buka pintunya! Kamu ngapain aja! Nggak ngurus anak aja kamu sok repot gitu!" omel Bu Intan dengan memainkan bibirnya. Penampilannya sudah rapi dengan dandanan yang sangat 'wah'. Seperti hendak menghadiri acara penting. Mungkin acara dengan teman 'sok sialitanya', pikir Laras.

"Maaf ya, Bu. Laras lagi beres-beres rumah tadi. Yuk, masuk dulu, Bu," sahut Laras lembut sambil terus memasang senyuman manisnya. Ia tak mau membalas omelan ibu mertuanya dengan kata-kata ataupun tindakan yang akan membuat Bu Intan tersinggung.

"Nggak usah. Cepat kamu ganti baju, kita pergi ke rumah teman Ibu. Menantunya baru saja melahirkan," ucapnya tanpa basa-basi lagi. Wajahnya yang sudah dipoles make up tebal itu selalu menunjukkan kesan tak ramah pada menantunya. Laras tampak menghela napas berat.

"Iya bu. Tunggu sebentar. Ibu masuk dulu aja, ya. Laras baru mengganti bunga di ruang tamu," ucap Laras mengiringi langkahnya untuk mempersilakan Bu Intan duduk di sofa. Wanita itu tak urung melangkahkan kakinya masuk, meskipun matanya memancarkan rasa enggan dan malas berlama-lama di rumah menantunya.

"Tunggu, bu. Laras ganti baju dulu."

Bu Intan hanya menganggukan kepalanya dengan mimik wajah tak suka.

Laras beranjak menuju ke kamar untuk mengganti bajunya. Sebenarnya Laras sangat malas jika harus ikut dengan Bu Intan mengunjungi wanita-wanita yang baru melahirkan. Bu Intan tidak akan berhenti menyinyiri Laras yang sampai saat ini tak kunjung hamil. Padahal menantunya sudah menikah cukup lama dengan Angga Saputra, putra sulungnya.

Bukan ingin Laras pula untuk tak kunjung hamil. Wanita itu pun sangat menginginkan kehadiran buah hati dalam pernikahannya. Selama berumah tangga, awalnya Angga memang tak pernah mempermasalahkan masalah keturunan. Laras pun hanya menanggapi sebagai angin lalu setiap nyinyiran ibu mertuanya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini nyinyiran mereka semakin menjadi. Ya, ibu mertua dan adik iparnya, Tasya. Kedua wanita itu selalu membenci Laras. Bahkan suaminya yang semula menjadi tempatnya bersandar juga mulai menunjukkan gelagat aneh. Suka membesarkan masalah sepele dan selalu terpancing dengan nyinyiran ibunya.

Sesampainya di rumah teman Bu Intan. Mereka langsung disambut ramah oleh Bu Rima, teman akrab ibu mertuanya.

"Jeng Intan, ini menantunya ya. Istrinya si Angga, 'kan. Cantik, ya," ucap teman Bu Intan memuji Laras. Wanita itu hanya menanggapi pujian itu dengan seulas senyuman tipis.

"Cantik sih, tapi buat apa kalau nggak bisa hamil!" tukas Bu Intan telak. Bu Rima langsung terdiam dan memandang Laras dengan tatapan tak enak karena pujiannya justru mendatangkan sindiran pedas yang terlontar dari mulut Bu Intan.

Tanpa banyak bicara lagi, mereka dituntun masuk ke dalam rumah yang besar dan cukup mewah itu. Maklum, suami Bu Rima merupakan seorang pengusaha sukses di kota kecil ini.

Mereka melangkah menuju ke ruang tamu. Bu Rima memerintahkan asisten rumah tangganya untuk memanggil menantunya. Wanita itu datang sambil menggendong bayi kecilnya dan duduk di antara mereka bertiga.

"Uluh, uluh, Lucunya …," ucap Bu Intan semringah. "Cewek apa cowok ini?" tanya ibu mertuanya masih dengan senyum mengembang.

"Cewek, Bu," jawab Reva. Laras sempat berkenalan terlebih dahulu dengannya tadi.

"Cantiknya," puji Ibu mertua Laras seraya menggendong bayi yang masih merah itu. Baru berusia tiga hari.

"Laras, coba kamu tanya promil apa sama Nak Reva ini. Biar cepat ngisi, Ibu juga mau cepat-cepat nimang cucu," celetuk Bu Intan seakan tak peduli perasaan menantunya. Hati Laras mencelos. Ingin rasanya dia pergi saja dari tempat itu.

Beliau sangat tahu bagaimana gigihnya Laras mencoba segala macam promil. Dari yang tradisional sampai modern. Semua cukup menguras emosinya juga menguji kesabaran Laras dan suaminya. Entah sudah berapa stik test pack yang memberinya harapan palsu. Kala tidak mendapati tamu bulanan. Nihil. Tidak ada hasil. Di sana hanya tercetak satu strip, negatif!

Laras menatap pedih bayi cantik dalam gendongan Bu Intan. Reva tampak menatap Laras prihatin. Ia hanya memberi kode lewat ekor matanya agar Laras lebih bersabar lagi untuk menghadapi tabiat mertuanya.

Laras hanya membalas dengan anggukan kepala, samar.

"Atau jangan-jangan kamu sebenarnya ikut KB, Ras. Biar nggak hamil? Kamu 'kan biduan makanya nggak mau hamil! Takut body-mu melar, berubah setelah melahirkan! Benar, 'kan!" tuduh Bu Intan.

Laras tersenyum kecut, bisa-bisanya mertuanya tanpa perasaan justru mengaitkan profesinya saat ini dengan dirinya yang tak kunjung hamil. Terlepas dari profesinya, Laras pun ingin hamil dan melahirkan. Ingin menjadi sempurna sebagai wanita.

"Nggak, Bu. Laras nggak pakai apa-apa. Ibu tahu sendiri gimana Laras sering ikut program hamil, 'kan," bela Laras, bibirnya gatal jika tidak menanggapi ucapannya. Semakin Laras diam justru semakin dihina habis-habisan diri Laras oleh mertuanya itu.

"Alaah! Tapi mana hasilnya? Jangan-jangan kamu itu MANDUL!" sentaknya, menekan intonasi pada akhir kalimatnya. Membuat bayi dalam dekapannya menangis terkejut dengan nada menyentak Bu Intan.

Reva langsung meraih bayi kecilnya kembali dalam dekapannya. Lalu berusaha menenangkan tangisnya.

"Sudah, Jeng. Lebih baik bahas yang happy-happy aja. Tuh, cucuku sampe kaget sama suaramu tadi, Jeng," ucap Bu Rima melerai ketegangan yang tengah terjadi.

"Eh, iya, Jeng. Aku minta maaf. Habis aku udah bosen banget bilang kalau aku ini mau punya cucu," geram Bu Intan sambil melirik tajam ke arah Laras.

Sudah kebal bagi Laras rasanya mendengar berbagai macam tuduhan dari Bu Intan. Ia juga seakan sudah lupa kapan terakhir kalinya menangisi setiap nyinyiran ibu mertuanya. Laras lebih memilih diam saat ini. Ia tak punya daya apa pun untuk sekedar menangisi sikap Bu Intan.

Suaminya yang berubah juga menjadi alasan kuatnya untuk selalu tegar. Laras tahu jika suaminya tengah berselingkuh sejak beberapa bulan yang lalu.

Laras merasa pernikahan ini sudah tak mungkin lagi untuk dilanjutkan. Jika harus berakhir maka Ia akan dengan senang hati menerimanya. Laras bahkan ingin membuktikan pada ibu mertuanya, adik iparnya dan seluruh dunia sekalipun kalau dirinya tidak MANDUL!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
130 Chapters
Tuduhan Mertua
'Akhirnya selesai juga,' gumam Laras dalam hatinya. Ia memandang bangga hasil karyanya merangkai bunga-bunga segar untuk dipajang di ruang tamu.Wanita itu meraih ponselnya dari balik saku apron bermotif bunga babybreath yang masih dikenakannya. Mengambil beberapa potret bunga itu dari berbagai sudut. Ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri di hati Laras saat melakukan kegiatan menyenangkan itu. Hanya cara itulah yang dapat membantunya mengusir rasa sepi karena belum dikaruniai buah hati meski sudah lima tahun menikah dengan suaminya.Terdengar pintu di depan rumahnya diketuk dari luar. Laras yang mendengarnya segera menyudahi aktivitasnya memandangi rangkaian bunga di dalam vas yang terbuat dari kaca itu. Ia beranjak menuju ke pintu untuk membukakan pintu."Laras! Buka pintunya!" Terdengar sebuah suara yang sangat Laras kenal dari arah luar. Ia sudah dapat menebak jika suara itu adalah ibu mertuanya.Pintu pun terbuka, dan benar saja dugaannya. Bu Intan, ibu mertuanya sudah berdiri
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Calon Adik Madu
#2 Calon Adik Madu"Jangan-jangan kamu memang nggak mau hamil dan punya anak, Ras. Mengingat profesimu yang seorang biduan itu!" ketus Bu Intan mendelik tajam ke arah menantunya, Laras.Laras hanya menghembuskan napasnya perlahan. Mencoba lebih bersabar dengan umpatan dan makian yang dilontarkan ibu mertuanya. Mereka sudah kembali pulang ke rumah. Tapi, Bu Intan masih saja mengomeli Laras dengan berbagai macam kata-kata yang tak enak didengar."Pokoknya ibu nggak mau tahu, kamu harus bisa cepat hamil, Laras!" oceh Bu Intan tanpa henti. Mengabaikan perasaan Laras yang pasti akan terluka dengan ucapannya itu.  Keduanya kini sudah sampai di depan rumah.Angga memang sengaja membangun rumahnya agar berdampingan dengan rumah ibunya. Sebagai anak sulung dia merasa bertanggung jawab atas kehidupan ibu dan adiknya. Apalagi Tasya yang beranjak dewasa, gadis itu harus mendapat perhatian lebih agar tidak terjerumus pergaula
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Ceraikan Aku!
Angga bergeming, lelaki itu justru membuang pandangannya tanpa berniat membela Laras sedikit pun. Ia memang selalu takut melawan dan membantah ibunya. Hingga ia tak dapat melakukan apa pun saat melihat Laras ditampar oleh ibunya."Aku tetap mau bercerai, Mas!" kata Laras seraya terus mengusap pipi yang ditampar tadi. Sakitnya tak seberapa jika dibanding sakit hatinya karena dikhianati suami dan direndahkan oleh mertuanya.Angga membeku di tempatnya. Ia tak mampu menatap sorot mata penuh luka dari Laras. Hatinya menjadi dilema saat ini. Satu sisi, ia tak mau melepaskan Laras begitu saja. Tapi di sisi lain ia juga ingin memiliki Aluna seutuhnya."Ceraikan saja wanita mandul itu, Ga. Nggak berguna! Biduan murahan!" maki Bu Intan menggebu."AKU TIDAK MANDUL!" sentak Laras cepat. Membuat ketiga orang itu kaget dengan suaranya yang mulai meninggi."Aku akan buktikan kalau aku nggak mandul!" ucap
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Tamparan Keras
Laras menyeret langkahnya menuju ke rumah peninggalan orang tuanya. Rumah itu letaknya lumayan dekat dengan rumah yang selama ini ditempatinya bersama Angga. Mereka masih bertetangga. Jarak antara rumah Laras dan Angga sekitar delapan rumah.Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya lantas segera merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur. Meskipun rumah ini jarang ditempati olehnya. Akan tetapi, Laras selalu rutin membersihkannya. Setidaknya seminggu sekali karena memang jarak rumah ini dengan tempat tinggalnya hanya berselang delapan rumah. Cukup dekat.Pertengkaran malam ini adalah yang terparah dari sekian kali pertengkarannya dengan Angga, suaminya. Hingga membuat Laras nekat pergi dari rumah Angga. Orang ketiga sudah ikut campur dalam kisruh rumah tangga mereka. Ia merasa sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan mereka lagi.*Angga pulang ke rumahnya setelah mengantarkan Aluna pulang ke tempat kosnya.
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Fitnah Keji Adik Ipar
Satu jam sebelumnya …."Bang, lihat deh kelakuan istrimu," ucap Tasya mulai menjerat kakaknya dengan fitnah saat Angga datang ke rumah ibunya untuk makan malam sepulang bekerja.Bu Intan sudah tahu jika Laras pergi dari rumah sejak pertengkaran mereka seminggu lalu. Ia malah melarang putranya untuk membujuk Laras agar kembali ke rumah. Wanita itu justru menebar fitnah jika Laras sudah berselingkuh dari putranya. Ia juga mengatakan jika Laras pergi dari rumah karena ketahuan berselingkuh."Emang ada apa, sih?" tanya Angga tampak tidak tertarik dengan apa yang hendak ditunjukkan oleh adiknya."Sini deh, Bang. Lihat ini!" Tasya menyodorkan ponselnya ke arah Angga. Bu Intan yang jiwa penasarannya sudah meronta-ronta pun ikut melihatnya."Kurang ajar!" pekik Angga emosi. Ia mengepalkan tangannya dan rahangnya tampak mengeras."Astaga! Benar 'kan dugaan Ibu selama ini, Ga
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Gosip
#6 GosipKetiganya sudah kembali ke rumah setelah melabrak Laras di rumahnya. Raut wajah Bu Intan dan Tasya tampak begitu puas. Mereka bersorak gembira karena akhirnya, Angga sudah menalak Laras. Tinggal satu langkah lagi sampai hubungan pernikahan keduanya benar-benar berakhir.Sementara itu, berbeda dengan Bu Intan dan Tasya, wajah Angga tampak muram sejak tadi. Ia pun tak banyak bicara, dan lebih banyak diam selama perjalanan kembali ke rumah.Tidak seperti ibu dan adiknya yang sumringah. Sisi hati terdalamnya masih tak menyangka jika dirinya sudah mengucap kata talaknya untuk Laras. Angga merasa menyesal telah mengucapkan itu tadi. Sungguh menyesal, karena bukan itu yang Angga inginkan."Kamu kenapa sedih gitu, Ga?" tanya Bu Intan setelah menyadari jika wajah putranya begitu suram sejak kembali ke rumah."Iya, abang kenapa, sih? Bukannya seneng udah nalak perempuan murahan itu!" timpal Tasya mencibir."Jaga ucapanmu, Tasya!" sentak Angga. Tasya membulatkan matanya demi mendengar b
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more
Pencuri Tetap Pencuri
#7Angga tercengang saat melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya. Sepersekian detik kemudian tubuh mereka saling merapat. Tamu tak diundang itu segera meraih tubuh kaku Angga dalam pelukannya."Hm, kangen deh, Sayang. Kenapa sih nggak ada kabar hari ini?" tanya gadis itu dengan nada sensual tepat menggelitik telinga Angga.Lelaki itu sama sekali tidak berniat membalas pelukan tiba-tiba itu. Tubuhnya membeku dan lidahnya seakan tercekat."Sayang, kenapa bengong sih. Nggak suka ya lihat aku?" tanya Aluna dengan nada suara manja pada Angga.Ya, tamu itu adalah Aluna. Entah apa yang membuat gadis itu nekat datang ke rumah Angga. Padahal, lelaki itu tak pernah memintanya untuk datang apalagi dalam kondisi seperti sekarang. Dia dan Laras sedang dalam proses perceraian.Apa jadinya jika ada tetangga yang julid melihatnya membawa perempuan lain sebelum putusan cerai terjadi. Orang-orang pasti tidak akan percaya ucapannya lagi. Dan mereka akan lebih percaya pada fakta jika Laras tidak pe
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more
Pelakor Mati Kutu
#8"Jangan sembarangan bicara, ya! Aku bukan pencuri!" teriak Aluna lagi histeris.Ia merasa tak terima saat Laras menuduhnya sebagai pencuri. Padahal memang benar, ucapan Laras sama sekali tak salah. Dia memang sudah mencuri suami Laras. Dan kini …."Benar apa kata Aluna, Ras. Kamu jangan sembarangan menuduhnya sebagai pencuri!" Angga bersuara dan membela Aluna di hadapan Laras.Aluna segera menyunggingkan senyum kemenangannya pada Laras. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya, dan merasa jika mereka berdua adalah pasangan yang amat sangat serasi."Oh, ya? Kamu bukan pencuri, ya?" Laras meletakkan totebag yang dibawanya di atas lantai. Lalu ia mulai berjalan mendekati Aluna.Gadis itu salah tingkah dan langkahnya tersurut mundur sementara itu Laras belum mau menghentikan langkahnya. Hingga Aluna tak berkutik kala tubuhnya jatuh terduduk di sofa."Kamu bukan pencuri, ya? Lalu ini apa?" Laras merampas sesuatu dari leher Aluna lalu memperlihatkannya pada Angga."Ini apa? Kamu tahu 'ka
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more
Nasihat Ibu
#9Laras sampai di rumahnya, lalu dengan lesu menjatuhkan bobotnya di sofa rumah. Ia tak menyangka akan melihat pemandangan tak senonoh seperti tadi. Ya, walaupun hatinya sudah mati rasa sejak memutuskan untuk meninggalkan rumah Angga, tetap saja ia cukup terkejut melihat secara langsung kemesraan mereka.Lidahnya sampai terasa kelu dan tak bisa berkata-kata. Entah apa yang sedang dipikirkan Angga hingga membawa perempuan itu ke rumah, pikir Laras."Semoga Mas Angga segera mengurus perceraian kami." Laras menatap langit-langit rumahnya dengan tatapan menerawang.Rasanya ingin segera terbebas dari ikatan pernikahan yang sudah menorehkan begitu banyak luka di hatinya. Ia ingin segera memulai hidup baru dan melupakan segala luka itu. Laras yakin jika ia pun pasti akan bahagia meski tanpa sesosok suami di sampingnya.Seminggu kemudian, sebuah surat datang ke alamat rumah Laras dari pengadilan agama. Raut wajah Laras sulit untuk diartikan saat menerimanya. Antara harus bahagia atau bersedi
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more
Sidang Perdana
#10Hari untuk sidang pertama bagi Laras dan Angga pun tiba. Sejak pagi, Laras sudah sibuk berjibaku dengan alat make up. Tak lain untuk memoles wajahnya dengan riasan natural. Laras lebih suka tampil dengan riasan natural daripada yang tebal dan berlebihan.Hal itu pula yang menjadi nilai plus bagi kecantikan Laras yang terlihat alami. Ia membawa baju ganti untuk manggungnya di tas yang ditentengnya. Demi menghindari nyinyiran tetangga, Laras selalu memakai pakaian yang tak mencolok saat akan keluar rumah.Saat Laras keluar dari rumah, ia sempat berpapasan dengan rombongan keluarga Angga yang juga hendak pergi ke pengadilan agama.Bu Intan dan Tasya yang melihat penampilan seketika memainkan bibirnya. Jurus nyinyir pun kembali dilontarkan."Tuh, Ga! Lihat calon mantan istrimu, belum resmi cerai aja udah dandan menor gitu! Emang dasar keganjenan si Laras itu!" sungut Bu Intan sambil memanyunkan bibirnya saat melihat motor Laras mulai melaju.Mungkin mereka mengira jika Laras akan data
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status