Ting.
Seluruh rekan satu tim Arya langsung menoleh ke arah jam digital mereka. Ternyata keenam anggota itu mendapatkan pesan secara bersamaan.
[Selamat, kalian resmi bergabung bersama ‘Ravens Destroyers’, Leader; Arya Kusuma. Selamat menjalankan misi!]
“Hah? Ravens Destroyers?” dengus Candra. Hatinya merasa kesal, karena bocah itu tak menampung saran darinya.
“Not bad, lah,” ucap Reza sambil menarik sebelah sudut bibirnya. Matanya melirik ke arah Firman. Dia merasa senang ketika Arya menampung sarannya, walau … kata ‘maung’ tak dia pakai.
Firman berdecih saat mendapatkan tatapan mendelik dari Reza. Dia paham laki-laki itu sedang menyombongkan dirinya sendiri. Tapi dia enggan untuk meladeni bocah seperti Reza. Jadi, untuk menghemat energi dia lebih baik diam. Lagi pula Firman lebih tertarik dengan keberadaan Angel.
Arya sendiri bergeming, dia masih fokus menatap layarnya. Pasalnya pesan yang dia dapatkan be
“Arya!” seru seseorang dari arah kanan Arya. Anak laki-laki itu langsung menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Kemudian dia melihat sosok laki-laki yang menghampiri dirinya. Nampak tak asing bagi Arya, tapi dia sendiri merasa tidak yakin dengan laki-laki itu. “Masih ingat saya?” tanya laki-laki itu. “Ah, tapi mana mungkin kamu ingat saya. Lagi pula dulu saya tidak memperkenalkan diri padamu,” imbuhnya sambil tersenyum. Arya mendadak canggung. “Ta-tapi wajahnya nggak asing, kayaknya kita pernah bertemu, ya?” timpal Arya. Laki-laki—yang terlihat memilliki jobclass swordman itu mengangguk. “Iya. Tepat setelah kami, ah, tidak, lebih tepatnya kamu mengalahkan Belphegor, saya datang menyapamu,” ujar laki-laki itu. Arya mencoba untuk memutar kembali ingatan tepat setelah kekalahan Belphegor. “Ah! Iya, saya ingat!” seru Arya. Saat dia melihat ke belakang laki-laki itu, terlihat ada enam pemain lainnya sedang berkumpul dan berdiskusi di sana. Seper
Arya menatap layar besar itu dengan sangat tajam. Dia sudah tidak sabar mendengar apa keuntungan yang akan didapatkannya. Tak hanya Arya, tapi semua rekannya pun sangat antusias dengan keuntungan tersebut.Terdengar suara aneh di tempat tersebut. Arya mencoba mencari dari mana suara seperti gemuruh itu berasal. Sampai akhirnya tepat di depan hutan tersebut muncul lima lubang, yang perlahan terbuka semakin lebar.Dari dalam lubang itu tak terlihat apa pun, hanya warna hitam pekat. Selain itu, semua pemain di sana bisa merasakan semilir angin yang berembus dengan kencang dari dalam lubang tersebut. Arya mencoba memicingkan matanya, mengarahkan pandangannya ke lubang hitam tersebut.“Keuntungan kalian adalah bisa mempersingkat perjalanan menuju Kekaisaran Dainiku,” ungkap Poppy.“Hah?” Arya terlihat kebingungan dengan apa yang diucapkan Poppy. Mempersingkat perjalanan? Maksudnya apa?“Jadi, di depan kalian ada lima portal
Arya perlahan bangkit, walau dia masih merasa nyeri pada bagian dadanya. Matanya masih memindai sekeliling tempat itu. Mereka terdampar di sebuah hutan yang sangat lebat. Dasar atau lantai hutan itu terasa sangat lembab dan juga sedikit berlumut.“Sepertinya kita sudah memasuki bagian dalam hutan,” ucap Angel sembari menepuk-nepuk pakaiannya yang terlihat sedikit kotor.“Jarak tempuh kita tinggal 4.900 km lagi,” ucap Idun yang sedang mengecek peta pada layar digital miliknya.“Hah? 4.900? Bukan 4.500?” pekik Candra. Dia buru-buru mengecek dan ternyata yang dikatakan Idun benar. “Sial! Gini, nih, kalau bukan tim nomor satu. Kita cuman mengurangi jarak tempuh sebanyak enam ratus kilometer? Cih!” cecar Candra kesal.Muak. Arya mulai merasa kesabarannya sudah habis. Dari kemarin Candra selalu mengoceh karena timnya tidak bisa duduk di peringkat pertama. Awalnya Arya malas menanggapi, tapi lama-kelamaan, dia mera
Dida tersungkur dan meringis. Badannya terasa sakit, ketika dengan tidak sengaja tubuhnya itu membentur sesuatu di depannya. “Kak Dida, Kakak baik-baik saja?” tanya Arya, mencoba mengecek keadaan salah satu anggota timnya. “Sepertinya tempat ini dihalangi dinding kaca,” ucap Firman. Arya langsung menoleh saat mendengar ucapan dari Firman itu. Terlihat laki-laki itu sedang meraba sebuah dinding kaca yang tak begitu nampak. Iya, dinding itu tidak akan terlihat, jika tidak bersentuhkan dengan manusia—lebih tepatnya avatar manusia. Selang beberapa detik, dari jam digital yang melingkat di tangan kanan para pemain, terdengar bunyi notifikasi pesan. Dengan serempak, mereka langsung mengalihkan fokusnya pada jam tersebut. Membuka layar digital masing-masing dan melihat sebuah pesan muncul begitu saja. [Side Quest] Arya mengerutkan keningnya. Ternyata memang ada misi lain seperti ini, dia kira seperti di level pertama yan
Seseorang mengintrupsi Arya, ketika dia hendak menekan tombol ‘lanjutkan’ untuk mengkonfirmasi pemain yang sudah dipilihnya untuk menyelesaikan misi ini. “Ada apa?” tanya Arya dengan wajah kesal. “Kenapa tidak ada nama saya?” protes Candra. Dia melihat dengan jelas, bahwa dirinya tidak di pilih oleh sang leader. “Tidak bisa! Pokoknya kamu harus memilih saya!” tegasnya lagi. Ya. Memang pada daftar pemain yang Arya pilih untuk menyelesaikan side quest ini, tidak ada nama Candra. Arya hanya memilih dirinya dan empat anggota tim RD; Idun, Dida, Reza dan Firman. Untuk Candra dan Angel, Arya tak memilihnya. “Begini juga sudah cukup, Pak,” balas Arya. “Tidak bisa! Tetap kamu harus memasukkan saya ke dalam daftar pemain yang kamu pilih! Kenapa kamu harus memilih Di? Jelas-jelas level dia itu jauh di bawah saya. Level dia itu masih 24, setara dengan salah satu buaya di sana,” tunjuk Candra yang mengungkapkan protesnya. Benar. Anggota tim
Candra mengeluarkan skill yang memiliki efek sangat kuat dan besar untuk musuhnya. Ah, tidak! Bukan hanya untuk musuhnya, tapi untuk siapa pun yang ada di dalam jangkauannya. “Bangsat!” umpat Arya saat dirinya merasa sedikit sesak. Helth Poin miliknya benar-benar berkurang. Dia tahu betul, ini adalah efek yang dia dapatkan dari skill yang baru saja dikeluarkan oleh Candra. “Dasar laki-laki tua!” desisnya. Prang. Terdengar suara seperti pecahan kaca. Kelima buaya tadi langsung dikalahkan oleh Candra. Tubuhnya yang besar dan menyeramkan itu, seketika hancur, saat HP milik kelima buaya itu terkuras habis oleh Candra. Seketika, lingkaran hitam yang tadi muncul akibat efek dari skill Forgo Sarlo milik Candra menghilang. Terlihat laki-laki berumur kepala tiga itu, terengah-engah, tapi sejurus kemudian dia tersenyum penuh. Wajahnya terlihat sangat segar dan bugar. Jelas saja, dia mengisap semua HP musuh dan bahkan rekan satu timnya—yang tadi ada dalam jangka
“Ja-jangan!” Teriakan itu berasal dari Dida. Perempuan itu mencoba berdiri, walau butuh sedikit perjuangan. “Jangan keluar. Aku tahu dan sadar, kalau levelku masih di bawah kalian … tapi, dari pada mengeluarkan Pak Candra yang jelas memiliki skill lebih baik dari aku. Lebih baik aku aja yang keluar, karena aku pasti jadi beban buat kalian,” ucapnya. “Loh, kok, kakak yang keluar, sih?” sergah Idun. Dari raut wajahnya terlihat, bahwa anak laki-laki itu tak ingin Dida meninggalkan timnya. “Lagi pula sebelum dia, Kak Dida yang lebih dulu masuk ke tim ini.” Idun menunjuk Candra tanpa segan. “Tapi … aku-aku nggak mau jadi beban kalian.” Dida menunduk dengan perasaan bersalah. “Nggak, siapa yang bilang Kakak beban kita?” “Pak Candra yang bilang,” timpal Dida dengan setengah berteriak. Terlihat mata perempuan itu berkaca. Jauh dari dalam lubuk hatinya, Dida merasa sakit ketika dianggap sebagai beban tim. Memang, kemampuan Dida berbeda dari yang lain,
“Eh? Itu apa?” seru Firman. Arya yang penasaran, dia mendekat ke cahaya tersebut. “Sepertinya ini item yang kita dapat dari buaya tadi,” ucap Arya. Tangan anak laki-laki itu terulur ke depan. Sedetik kemudian cahaya emas yang sedang mengapung itu turun dan sebuah benda asing mendarat di telapak tangan Arya. Dia menautkan alisnya, saat melihat benda bulat dan kecil berwarna emas. Dalam benda itu terdapat sebuah tombol. Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi dari jam digital milik Arya. Dengan sekejap pada jam itu keluar sebuah hologram yang menampilkan sebuah benda yang menyerupai barang yang sedang dipegang di tangan kanan Arya. [Tombol Pembuka Portal. Kamu bisa menggunakan benda ini untuk membuka portal otomatis. Sebelumnya tentukan titik koordinat tempat yang ingin kamu tuju. Memiliki jarak maksimal 1500 km.] “Wah! Ini item bagus, kita sangat membutuhkan benda seperti ini.” Arya membalikkan badannya, wajahnya nampak sumringah. “Apa?” s