“Woah! Kamu pilih swordsman?” tanya Idun yang kegirangan dengan role yang dipilih Arya.
Arya hanya menarik sudut bibirnya, tersenyum dengan percaya diri. Walau sebenarnya tidak ada yang terjadi pada Arya, setelah dia memilih role tersebut.
“Lo apa?” tanya Arya.
Idun menggeleng. Laki-laki itu bingung harus memilih role apa. Dia tidak memiliki pengalaman banyak dengan game RPG.
Arya mencoba memindai postur tubuh Idun. 'Tinggi dan badannya pun sedikit berisi.' Arya hanya berbicara dalam hati.
Kemudian terdengar sebuah bunyi peringatan dari layar dashboard milik Idun. Ternyata waktu yang dimilikinya hanya tiga puluh detik lagi.
“Lo pilih guardian aja!” perintah Arya yang mendadak panik.
“Hah?”
“Cepet! Waktu lo nggak banyak. Lo nggak mau mati konyol gara-gara telat milih role, kan?” paksa Arya.
Mendadak Idun pun panik. Benar, dia tidak ingin mati konyol hanya karena telat memilih role dalam game. Alhasil, tanpa berpikir panjang Idun pun memilih role yang disarankan Arya. Seorang guardian, garda terdepan ketika dalam pertempuran tim.
[Terima kasih. Selamat menjalankan misi. Misi pertama akan di kirim dalam waktu tiga menit.]
Begitulah teks yang tertulis, ketika para pemain selesai memilih role mereka. Arya mencoba menebak, kira-kira misi apa yang akan diberikan untuknya. Selain itu dia masih mencoba memikrikan maksud dan tujuan dari game ini. Pemurnian.
“Ya, kamu yakin?” tanya Idun, tiba-tiba dia terlihat ragu.
“Yakin apa?” tanya Arya yang merasa pertanyaan Idun itu tidak jelas.
“Yakin bisa keluar dari sini? Gimana kalau misinya sulit? Kalau kita nggak ikut misi gimana? Apa kita juga akan mati?” Idun menatap Arya dengan tatapan nanar.
Arya mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan perubahan sikap Idun. Di mana tatapan yakin dan semangat yang tadi dimiliki Idun? Kenapa sekarang laki-laki itu terlihat sangat pesimis?
Arya memegang pundak Idun, lalu menghembuskan napasnya.
“Tenang, Dun. Kuncinya kita harus kerja sama. Gue emang nggak kenal lo, tapi gue janji buat bantu lo. Tapi gue juga minta tolong, lo harus bantu gue. Kita harus keluar dari sini bareng-bareng, keluar dengan selamat. Kita harus balas dendam sama orang-orang yang dengan teganya, megirim kita ke sini!”
Arya mencoba menanamkan benih semangat sekaligus kebencian pada Idun. Arya sendiri juga tidak begitu berpengalaman memainkan game model bermain peran. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menjadi solo player. Akan sangat berbahaya, apalagi nyawa taruhannya. Jadi, Arya dan Idun harus bekerja sama untuk menaklukkan setiap misinya.
Arya tak peduli kalau sebelumnya dia tak mengenal Idun. Tapi entah kenapa hatinya yakin, kalau Idun dan Arya bisa bekerja sama dengan baik di sini. Selain itu, sepertinya Idun paham dengan permainan seperti ini. Dia merasa Idun tidak akan menjadi bebannya.
Ting.
Bunyi notifikasi terdengar pada jam yang melingkar di tangan kiri para pemain. Serentak, para pemain itu langsung membuka pesan tersebut. Begitupun dengan Arya.
Dengan perasaan yang gugup, Arya mengklik pesan yang baru saja dikirimkan oleh Poppy.
[Ayok, beli senjata terbaikmu! Gunakanlah uang yang kami berikan untuk membeli senjata terbaikmu. Daftar senjata dan harganya akan muncul ketika kamu menekan tombol ‘selanjutnya’. Daftar senjata sudah disesuaikan dengan role/job masing-masing pemain.]
Bola mata Arya mengalihkan pandangannya pada pojok kanan di atas pada layar. Ternyata ada dana masuk sebesar 250 gold. Arya memicingkan matanya. Entah kenapa perasaannya tak enak, ketika melihat nominal uang yang baru saja diberikan oleh Poppy.
“Dun, lo dapat dana berapa?” tanya Arya.
“250 gold,” jawab Idun cepat.
Arya mengangguk. Rata. Semua pemain diberikan 250 gold sebagai dana awal mereka.
'Ya ... okelah, setidaknya mereka diberikan modal.' Arya mengedikkan bahunya dan berkomentar di dalam hati. Walau begitu, entah kenapa masih ada hal yang mengusik hati Arya.
Jari Arya mulai menekan layar yang bertuliskan ‘selanjutnya’. Kemudian ditampilkannya daftar senjata yang cocok dengan role/job swordsman. Namun, mata Arya membelalak maksimal ketika melihat harga dari setiap item. Arya mencoba menggulir layar itu ke bawah, siapa tahu dia salah melihat.
Ternyata tidak! Hampir semua harga senjatanya di atas 4000 gold. Senjata yang paling murah itu 4000 gold, itu pun hanya sebilah pedang biasa.
“Shit! 250 ke 4000 itu jauh banget. Gila emang! Udah dibikin berharap ternyata cuman prank doang!” rutuk Arya.
“Terus gimana, Ya? Aku juga nggak ada senjata yang murah,” ucap Idun pesimis.
Arya diam sejenak. Pasti ada misi lain di balik ini. Arya mencoba berpikir, mencari maksud lain dari misi pertama ini.
Sekarang, bagaimana caranya Arya bisa menghasilkan uang minimal 4000 gold?
Pertanyaan itu berputar di otak Arya. Berarti dia harus mencari uang. Tapi bagaimana? Apa dia harus menjual sesuatu? Tapi apa yang harus dijualnya? Kenapa tidak ada petunjuk lain dari Poppy? Buku petunjuk pun tidak ada! Ah, Arya semakin emosi sekarang.
Untuk meredam rasa emoisnya, Arya mencoba meraih batu yang ada di dekatnya. Kemudian dengan sengaja dia membidik burung yang sedang bertengger di dahan pohon.
“Bangsat, lo, Poppy!” hardik Arya. Lalu dia melemparkan batu yang sedang dipegangnya pada burung yang sedang diam dan tak bersalah.
Tring.
Terdengar suara dari dashboard milik Arya. Burung yang tadi dilempari batu menghilang begitu saja. Berbubah menjadi pertikel kecil dan akhirnya menghilang bagiakan debu.
Mata Arya membulat, lalu dia mengalihkan pandangannya pada dashboard miliknya. Bunyi tadi berasal dari mana? Dia mencoba memindai tampilan dashboard. Lalu bola matanya berhenti ketika melihat gold yang ada di pojok kanan atas layar.
“Bertambah?” gumam Arya.
Ya, gold milik Arya bertambah 10 gold. Jadi, saat itu total uang Arya adalah 260 gold. Melihat hal itu, Arya menarik kedua sudut bibirnya, dia menyeringai puas. Arya sekarang paham tentang apa yang harus dia lakukan.
BERSAMBUNG ….
"Jadi, buat apa kita ke hutan?" tanya Idun. Saat ini Arya dan Idun sedang berjalan memasuki hutan belantara. Dengan bermodalkan senjata knife yang Arya beli dan rope yang Idun beli. Mereka mencoba mencari peruntungan untuk bisa membeli senjata yang sesuai dengan role mereka. "Berburu." Arya menjawab dengan singkat. Matanya mencoba melihat ke beberapa titik. Dia sedang mencari hewan, yang sekiranya bisa tangkap dengan alat sederhana miliknya. "Hah? Untuk? Bukannya tugas kita itu memiliki senjata. Kenapa harus berburu?" Arya mendengar sayup-sayup suara dari semak-semak yang berjarak sekitar dua meter darinya. "Ssst!" Laki-laki itu memberikan kode pada Idun untuk diam; tidak bersuara dan berjalan pelan mendekat ke arah sema
Dari semak itu muncul seorang wanita berambut panjang bergelombang. Matanya berwarna cokleat. Tubuhnya ramping dan tinggi, lebih tinggi dari Arya. Jika dilihat secara saksama, sepertinya perempuan itu berumur sekitar 28 tahun.“Aku dengar, di sini ada yang mau berlaku curang, ya?” ucap perempuan itu sembari menyeringai.Arya dan Idun mendadak terpaku di tempat. Mereka tak bisa bergerak sama sekali. Perasaan takut kini menjalar di setiap jengkal tubuhnya. Sesekali mereka saling melemparkan pandang, memberi isyarat untuk tetap tenang dan tidak gegabah.“Aku dengar, di sini ada yang mau berlaku curang, ya?” Karena tidak ada jawaban, baik dari Arya atau Idun, perempuan itu kembali mengulangi pertanyaannya.Menggigit bibir bawahnya, Arya tak bisa lagi
Langit sudah terlihat mulai menggelap. Untung saja perangkap untuk burung kasuari itu selesai sebelum matahari benar-benar terbenam.“Mana lokasi pohonnya?” pinta Idun.Arya yang sedang menyantap makanan, yang dia dapatkan dari hutan, hanya bisa menghela napas. “Lo mau ke sana malem-malem begini?” tanya Arya.“Ngg ... nggak, sih,” jawab Idun.“Ya udah, tunggu. Setelah besok kita dapat hasil buruan, kita ke sana. Sekalian jalan buat jual tu burung.”“Ah, tadi habis bikin perangkap. Sekarang habis dapat buruan. Kamu sengaja, ya, Arya?”Arya tak menanggapi, dia langsung membaringkan tubuhnya. Lalu memiringkan ke sebelah kanan, agar Idun tak melihatnya.Setelah hening sejenak, Arya pun akhirnya bersuara. “Gue ngerasa ada yang aneh sama Tomochi. Mending lo ikuti apa kata gue, kalau lo mau selamat,” tukasnya. Namun, Idun tak menggubris ucapan Arya, dia hanya mende
Kaki itu terasa berat untuk melangkah, seolah sudah menyatu dengan tanah yang dipijaki Arya. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, ketika melihat seekor burung kasuari berlari menghampiri dirinya.Arya menutup matanya, seketika rasa keberanian yang tadi tertanam di dalam dirinya hilang begitu saja. Dia merasa tidak bisa beranjak. Apa dia sedang dihipnotis? Entahlah, tapi Arya mendadak pasrah jika harus mati konyol gara-gara diseruduk atau ditendang seekor burung.“Arya!” Idun meneriaki Arya lagi.“Kyaaaakk!” pekik sang burung kasuari.Ternyata burung itu masuk ke salah satu perangkap yang dibuat Arya. Namun, karena di sana tidak dipasang tali untuk menjebak dan mengikat kaki si burung. Alhasil burung itu hanya terjerembab dan masih bisa untuk bangkit.“Arya, lari!” Idun berteriak lagi, meminta partner-nya itu segera berlari dan meninggalkan tempatnya sekarang.Arya yang mendengar namanya dipanggil dua k
Arya masih ingat betul dengan suara perempuan itu. Benar saja, saat dia menoleh, matanya mendapati sosok Tomochi.“Ayo, kalian bertiga ikut denganku. Akan aku buktikan bahwa dengan menyimpan uang di Pohon Kitos, uang kalian akan bertambah dengan sendirinya,” papar Tomochi.“Cih!” Gadis yang bersama Arya dan Idun mendengus. “Urusan gue udah selesai, ya. Gue pamit duluan,” kata gadis itu. Dia langsung berjalan meninggalkan Arya dan juga Idun. Namun, tiba-tiba anak gadis itu berbalik dan kembali menghampiri Arya.Gadis itu mendekatkan dirinya pada Arya, lalu berbisik. “Hati-hati, jangan percaya siapa pun di sini. Ingat satu hal lagi, jangan menjadi pemalas.”Setelah itu gadis berambut pendek itu benar-benar pergi meninggalkan Arya dan Idun. Arya langsung tertegun saat mendengar kalimat yang baru saja dikatakan gadis yang tak ia ketahui namanya.“Ah, kamu!” Idun nampak sumringah saat melihat k
Arya langsung menahan tinjuan Idun dengan tangannya. Entah kenapa dia merasa dirinya bertenaga sekarang. Biasanya dia selalu menghindari pertengkaran fisik, jika di dunia nyata. Jelas saja, karena Arya akan kalah dengan lawannya. Badan kurus seperti Arya mana bisa menang saat pertarungan fisik?Namun, sekarang Arya seolah mendapatkan sebuah kekuatan. Ternyata kekuatan itu dia dapatkan dari level dan experience yang Arya miliki. Tentu saja level dan EXP milik Arya lebih unggul dari milik Idun. Hal itu yang membuat Arya bisa untuk menahan serangan balasan dari partner-nya itu.“Denger apa kata gue atau lo mati di level ini?” desis Arya sembari melayangkan tatapan tajam pada Idun.Deg.Seketika jantung Idun seperti dihantam benda berat. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Arya. Entah kenapa Idun merasa ada yang aneh dari tatapan laki-laki itu, tapi dia tak bisa menjelaskan hal itu.Namun, Idun enggan untuk mengakui kekalahannya.
Masih mencoba menahan sakit, akibat dari hantaman keras yang baru saja Arya terima. Arya masih tidak tahu apa yang menghantamnya tadi, karena semuanya terasa sangat cepat.Lalu sambil meringis, Arya mencoba untuk mengangkat kepalanya. Dia mengarahkan pandangannya ke depan. Betapa terkejutnya Arya, saat melihat sang singa putih menggeram dan menggretak Arya.Mata Arya membulat seketika. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mencoba bangkit, walau harus tertatih. Dia menahan beban tubuhnya menggunakan katana yang dia tancapkan pada tanah. Singa itu mengaum, tatkala melihat pergerakan dari Arya. Namun, pandangan Arya tak lepas dari menatap kedua bola mata milik si raja hutuan.‘Oke, tenang, Ya. Jangan panik dan tatap mata singa itu!’ Arya membatin. Kemudian dia langsung mengubah posisi katana, lalu memegang senjatanya itu dengan kedua tangannya.Arya masih ingat, dia pernah membaca sebuah artikel tentang cara menghadapi hewan buas seperti singa. D
“Arya kamu kenapa?”Arya mendengar suara idun dengan sangat samar. Matanya kini terpejam, mencoba menahan rasa sakit yang sangat dahsyat dia rasakan pada kepalanya.‘Kenapa sakit sekali?’ batin Arya. Otaknya kini benar-benar terasa penuh dan perlahan mulai menunjukkan sesuatu.Sebuah bayangan yang menampilkan kenangan seseorang. Tapi kenagan siapa? Perasaan Arya tak memiliki kenangan seperti ini. Dia mencoba memfokuskan dirinya pada bayangan yang muncul di benaknya. Anehnya, walau Arya tahu itu hanya sebuah kenagan, tapi Arya merasa dirinya hadir di sana. Idun. Iya, Arya melihat ada Idun di sana. Memangnya Arya pernah bertemu dengan Idun sebelumnya? Ah, tidak! Yang sedang dilihat oleh Arya adalah kenangan Idun. Benar. Ini adalah efek dari item bunga white chrysnathemum yang tadi dia gunakan.“Tidak ada sejarahnya ketua OSIS itu malas!” sentak seorang wanita yang berumur sekitar pertengahan lima puluh tahun