Share

6. MISI PERTAMA

“Woah! Kamu pilih swordsman?” tanya Idun yang kegirangan dengan role yang dipilih Arya.

Arya hanya menarik sudut bibirnya, tersenyum dengan percaya diri. Walau sebenarnya tidak ada yang terjadi pada Arya, setelah dia memilih role tersebut.

“Lo apa?” tanya Arya.

Idun menggeleng. Laki-laki itu bingung harus memilih role apa. Dia tidak memiliki pengalaman banyak dengan game RPG.

Arya mencoba memindai postur tubuh Idun. 'Tinggi dan badannya pun sedikit berisi.' Arya hanya berbicara dalam hati. 

Kemudian terdengar sebuah bunyi peringatan dari layar dashboard milik Idun. Ternyata waktu yang dimilikinya hanya tiga puluh detik lagi.

“Lo pilih guardian aja!” perintah Arya yang mendadak panik.

“Hah?”

“Cepet! Waktu lo nggak banyak. Lo nggak mau mati konyol gara-gara telat milih role, kan?” paksa Arya.

Mendadak Idun pun panik. Benar, dia tidak ingin mati konyol hanya karena telat memilih role dalam game. Alhasil, tanpa berpikir panjang Idun pun memilih role yang disarankan Arya. Seorang guardian, garda terdepan ketika dalam pertempuran tim.

[Terima kasih. Selamat menjalankan misi. Misi pertama akan di kirim dalam waktu tiga menit.]

Begitulah teks yang tertulis, ketika para pemain selesai memilih role mereka. Arya mencoba menebak, kira-kira misi apa yang akan diberikan untuknya. Selain itu dia masih mencoba memikrikan maksud dan tujuan dari game ini. Pemurnian.

“Ya, kamu yakin?” tanya Idun, tiba-tiba dia terlihat ragu.

“Yakin apa?” tanya Arya yang merasa pertanyaan Idun itu tidak jelas.

“Yakin bisa keluar dari sini? Gimana kalau misinya sulit? Kalau kita nggak ikut misi gimana? Apa kita juga akan mati?” Idun menatap Arya dengan tatapan nanar.

Arya mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan perubahan sikap Idun. Di mana tatapan yakin dan semangat yang tadi dimiliki Idun? Kenapa sekarang laki-laki itu terlihat sangat pesimis?

Arya memegang pundak Idun, lalu menghembuskan napasnya.

“Tenang, Dun. Kuncinya kita harus kerja sama. Gue emang nggak kenal lo, tapi gue janji buat bantu lo. Tapi gue juga minta tolong, lo harus bantu gue. Kita harus keluar dari sini bareng-bareng, keluar dengan selamat. Kita harus balas dendam sama orang-orang yang dengan teganya, megirim kita ke sini!”

Arya mencoba menanamkan benih semangat sekaligus kebencian pada Idun. Arya sendiri juga tidak begitu berpengalaman memainkan game model bermain peran. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menjadi solo player. Akan sangat berbahaya, apalagi nyawa taruhannya. Jadi, Arya dan Idun harus bekerja sama untuk menaklukkan setiap misinya.

Arya tak peduli kalau sebelumnya dia tak mengenal Idun. Tapi entah kenapa hatinya yakin, kalau Idun dan Arya bisa bekerja sama dengan baik di sini. Selain itu, sepertinya Idun paham dengan permainan seperti ini. Dia merasa Idun tidak akan menjadi bebannya.

Ting.

Bunyi notifikasi terdengar pada jam yang melingkar di tangan kiri para pemain. Serentak, para pemain itu langsung membuka pesan tersebut. Begitupun dengan Arya.

Dengan perasaan yang gugup, Arya mengklik pesan yang baru saja dikirimkan oleh Poppy.

[Ayok, beli senjata terbaikmu! Gunakanlah uang yang kami berikan untuk membeli senjata terbaikmu. Daftar senjata dan harganya akan muncul ketika kamu menekan tombol ‘selanjutnya’. Daftar senjata sudah disesuaikan dengan role/job masing-masing pemain.]

Bola mata Arya mengalihkan pandangannya pada pojok kanan di atas pada layar. Ternyata ada dana masuk sebesar 250 gold. Arya memicingkan matanya. Entah kenapa perasaannya tak enak, ketika melihat nominal uang yang baru saja diberikan oleh Poppy.

“Dun, lo dapat dana berapa?” tanya Arya.

“250 gold,” jawab Idun cepat.

Arya mengangguk. Rata. Semua pemain diberikan 250 gold sebagai dana awal mereka.

'Ya ... okelah, setidaknya mereka diberikan modal.' Arya mengedikkan bahunya dan berkomentar di dalam hati. Walau begitu, entah kenapa masih ada hal yang mengusik hati Arya.

Jari Arya mulai menekan layar yang bertuliskan ‘selanjutnya’. Kemudian ditampilkannya daftar senjata yang cocok dengan role/job swordsman. Namun, mata Arya membelalak maksimal ketika melihat harga dari setiap item. Arya mencoba menggulir layar itu ke bawah, siapa tahu dia salah melihat.

Ternyata tidak! Hampir semua harga senjatanya di atas 4000 gold. Senjata yang paling murah itu 4000 gold, itu pun hanya sebilah pedang biasa.

“Shit! 250 ke 4000 itu jauh banget. Gila emang! Udah dibikin berharap ternyata cuman prank doang!” rutuk Arya.

“Terus gimana, Ya? Aku juga nggak ada senjata yang murah,” ucap Idun pesimis.

Arya diam sejenak. Pasti ada misi lain di balik ini. Arya mencoba berpikir, mencari maksud lain dari misi pertama ini.

Sekarang, bagaimana caranya Arya bisa menghasilkan uang minimal 4000 gold?

Pertanyaan itu berputar di otak Arya. Berarti dia harus mencari uang. Tapi bagaimana? Apa dia harus menjual sesuatu? Tapi apa yang harus dijualnya? Kenapa tidak ada petunjuk lain dari Poppy? Buku petunjuk pun tidak ada! Ah, Arya semakin emosi sekarang.

Untuk meredam rasa emoisnya, Arya mencoba meraih batu yang ada di dekatnya. Kemudian dengan sengaja dia membidik burung yang sedang bertengger di dahan pohon.

“Bangsat, lo, Poppy!” hardik Arya. Lalu dia melemparkan batu yang sedang dipegangnya pada burung yang sedang diam dan tak bersalah.

Tring.

Terdengar suara dari dashboard milik Arya. Burung yang tadi dilempari batu menghilang begitu saja. Berbubah menjadi pertikel kecil dan akhirnya menghilang bagiakan debu.

Mata Arya membulat, lalu dia mengalihkan pandangannya pada dashboard miliknya. Bunyi tadi berasal dari mana? Dia mencoba memindai tampilan dashboard. Lalu bola matanya berhenti ketika melihat gold yang ada di pojok kanan atas layar.

“Bertambah?” gumam Arya.

Ya, gold milik Arya bertambah 10 gold. Jadi, saat itu total uang Arya adalah 260 gold. Melihat hal itu, Arya menarik kedua sudut bibirnya, dia menyeringai puas. Arya sekarang paham tentang apa yang harus dia lakukan.

BERSAMBUNG ….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status