Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / 6. MISI PERTAMA

Share

6. MISI PERTAMA

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-03 10:22:26

“Woah! Kamu pilih swordsman?” tanya Idun yang kegirangan dengan role yang dipilih Arya.

Arya hanya menarik sudut bibirnya, tersenyum dengan percaya diri. Walau sebenarnya tidak ada yang terjadi pada Arya, setelah dia memilih role tersebut.

“Lo apa?” tanya Arya.

Idun menggeleng. Laki-laki itu bingung harus memilih role apa. Dia tidak memiliki pengalaman banyak dengan game RPG.

Arya mencoba memindai postur tubuh Idun. 'Tinggi dan badannya pun sedikit berisi.' Arya hanya berbicara dalam hati. 

Kemudian terdengar sebuah bunyi peringatan dari layar dashboard milik Idun. Ternyata waktu yang dimilikinya hanya tiga puluh detik lagi.

“Lo pilih guardian aja!” perintah Arya yang mendadak panik.

“Hah?”

“Cepet! Waktu lo nggak banyak. Lo nggak mau mati konyol gara-gara telat milih role, kan?” paksa Arya.

Mendadak Idun pun panik. Benar, dia tidak ingin mati konyol hanya karena telat memilih role dalam game. Alhasil, tanpa berpikir panjang Idun pun memilih role yang disarankan Arya. Seorang guardian, garda terdepan ketika dalam pertempuran tim.

[Terima kasih. Selamat menjalankan misi. Misi pertama akan di kirim dalam waktu tiga menit.]

Begitulah teks yang tertulis, ketika para pemain selesai memilih role mereka. Arya mencoba menebak, kira-kira misi apa yang akan diberikan untuknya. Selain itu dia masih mencoba memikrikan maksud dan tujuan dari game ini. Pemurnian.

“Ya, kamu yakin?” tanya Idun, tiba-tiba dia terlihat ragu.

“Yakin apa?” tanya Arya yang merasa pertanyaan Idun itu tidak jelas.

“Yakin bisa keluar dari sini? Gimana kalau misinya sulit? Kalau kita nggak ikut misi gimana? Apa kita juga akan mati?” Idun menatap Arya dengan tatapan nanar.

Arya mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan perubahan sikap Idun. Di mana tatapan yakin dan semangat yang tadi dimiliki Idun? Kenapa sekarang laki-laki itu terlihat sangat pesimis?

Arya memegang pundak Idun, lalu menghembuskan napasnya.

“Tenang, Dun. Kuncinya kita harus kerja sama. Gue emang nggak kenal lo, tapi gue janji buat bantu lo. Tapi gue juga minta tolong, lo harus bantu gue. Kita harus keluar dari sini bareng-bareng, keluar dengan selamat. Kita harus balas dendam sama orang-orang yang dengan teganya, megirim kita ke sini!”

Arya mencoba menanamkan benih semangat sekaligus kebencian pada Idun. Arya sendiri juga tidak begitu berpengalaman memainkan game model bermain peran. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menjadi solo player. Akan sangat berbahaya, apalagi nyawa taruhannya. Jadi, Arya dan Idun harus bekerja sama untuk menaklukkan setiap misinya.

Arya tak peduli kalau sebelumnya dia tak mengenal Idun. Tapi entah kenapa hatinya yakin, kalau Idun dan Arya bisa bekerja sama dengan baik di sini. Selain itu, sepertinya Idun paham dengan permainan seperti ini. Dia merasa Idun tidak akan menjadi bebannya.

Ting.

Bunyi notifikasi terdengar pada jam yang melingkar di tangan kiri para pemain. Serentak, para pemain itu langsung membuka pesan tersebut. Begitupun dengan Arya.

Dengan perasaan yang gugup, Arya mengklik pesan yang baru saja dikirimkan oleh Poppy.

[Ayok, beli senjata terbaikmu! Gunakanlah uang yang kami berikan untuk membeli senjata terbaikmu. Daftar senjata dan harganya akan muncul ketika kamu menekan tombol ‘selanjutnya’. Daftar senjata sudah disesuaikan dengan role/job masing-masing pemain.]

Bola mata Arya mengalihkan pandangannya pada pojok kanan di atas pada layar. Ternyata ada dana masuk sebesar 250 gold. Arya memicingkan matanya. Entah kenapa perasaannya tak enak, ketika melihat nominal uang yang baru saja diberikan oleh Poppy.

“Dun, lo dapat dana berapa?” tanya Arya.

“250 gold,” jawab Idun cepat.

Arya mengangguk. Rata. Semua pemain diberikan 250 gold sebagai dana awal mereka.

'Ya ... okelah, setidaknya mereka diberikan modal.' Arya mengedikkan bahunya dan berkomentar di dalam hati. Walau begitu, entah kenapa masih ada hal yang mengusik hati Arya.

Jari Arya mulai menekan layar yang bertuliskan ‘selanjutnya’. Kemudian ditampilkannya daftar senjata yang cocok dengan role/job swordsman. Namun, mata Arya membelalak maksimal ketika melihat harga dari setiap item. Arya mencoba menggulir layar itu ke bawah, siapa tahu dia salah melihat.

Ternyata tidak! Hampir semua harga senjatanya di atas 4000 gold. Senjata yang paling murah itu 4000 gold, itu pun hanya sebilah pedang biasa.

“Shit! 250 ke 4000 itu jauh banget. Gila emang! Udah dibikin berharap ternyata cuman prank doang!” rutuk Arya.

“Terus gimana, Ya? Aku juga nggak ada senjata yang murah,” ucap Idun pesimis.

Arya diam sejenak. Pasti ada misi lain di balik ini. Arya mencoba berpikir, mencari maksud lain dari misi pertama ini.

Sekarang, bagaimana caranya Arya bisa menghasilkan uang minimal 4000 gold?

Pertanyaan itu berputar di otak Arya. Berarti dia harus mencari uang. Tapi bagaimana? Apa dia harus menjual sesuatu? Tapi apa yang harus dijualnya? Kenapa tidak ada petunjuk lain dari Poppy? Buku petunjuk pun tidak ada! Ah, Arya semakin emosi sekarang.

Untuk meredam rasa emoisnya, Arya mencoba meraih batu yang ada di dekatnya. Kemudian dengan sengaja dia membidik burung yang sedang bertengger di dahan pohon.

“Bangsat, lo, Poppy!” hardik Arya. Lalu dia melemparkan batu yang sedang dipegangnya pada burung yang sedang diam dan tak bersalah.

Tring.

Terdengar suara dari dashboard milik Arya. Burung yang tadi dilempari batu menghilang begitu saja. Berbubah menjadi pertikel kecil dan akhirnya menghilang bagiakan debu.

Mata Arya membulat, lalu dia mengalihkan pandangannya pada dashboard miliknya. Bunyi tadi berasal dari mana? Dia mencoba memindai tampilan dashboard. Lalu bola matanya berhenti ketika melihat gold yang ada di pojok kanan atas layar.

“Bertambah?” gumam Arya.

Ya, gold milik Arya bertambah 10 gold. Jadi, saat itu total uang Arya adalah 260 gold. Melihat hal itu, Arya menarik kedua sudut bibirnya, dia menyeringai puas. Arya sekarang paham tentang apa yang harus dia lakukan.

BERSAMBUNG ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status