Share

Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri
Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri
Author: Musim Semi Sanai

Bab 1

Author: Musim Semi Sanai
Pukul 9 malam, Quinn diseret masuk ke gang oleh penjahat, sementara Nash sedang menemani selingkuhannya menonton pertunjukan drone.

Pukul 9.10 malam, Quinn disiksa dan dinodai oleh penjahat, sementara Nash sedang menyatakan cinta dengan penuh perasaan kepada selingkuhannya.

Pukul 10 malam, Quinn ditikam sampai mati dan dibuang ke selokan, sementara Nash sedang bercinta dengan selingkuhannya.

Tepat tengah malam, roh Quinn kembali ke rumah dan berpapasan dengan Nash yang baru selesai mandi.

Mata mereka bertemu. Nash mengernyit sambil bertanya, "Kok bisa sampai begini?"

Saat ini, rambut Quinn berantakan, pakaiannya robek, kulitnya penuh luka, matanya merah, dan wajahnya pucat pasi.

Quinn menatapnya lama, baru akhirnya berkata, "Nash, ayo kita cerai."

Alis Nash yang indah semakin berkerut. "Quinn, cuma masalah sepele, perlu sampai cerai?"

Quinn menunduk dengan ekspresi hampa, mengulang sekali lagi.

Nash menatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata.

Beberapa saat kemudian, dia menghela napas dan memeluk Quinn. "Sudahlah, Quinn. Aku tahu aku salah karena menurunkanmu di tengah jalan, tapi kenapa sih kamu harus keras kepala begitu? Aku sama Sachi cuma main-main. Posisi istri sah itu tetap milikmu, nggak ada yang bisa rebut posisimu."

Meskipun sudah mandi, tubuh Nash masih menyisakan aroma parfum wanita, menusuk hati Quinn perlahan-lahan seperti duri.

Semalam, Quinn tahu bahwa Nash selingkuh. Yang paling menyakitkan, selingkuhannya adalah murid miskin yang dibiayai oleh Quinn selama tujuh tahun!

Di dalam mobil, mereka bertengkar hebat. Nash marah dan malu, lalu sengaja mengantar Quinn ke tempat sepi dan menyuruhnya turun. Setelah itu, bencana pun terjadi.

Setelah meninggal, roh Quinn pergi ke akhirat. Karena semasa hidup dia banyak berbuat kebaikan, Raja Neraka memberinya kesempatan untuk kembali ke dunia selama tujuh hari demi menyelesaikan keinginannya.

Sekarang, satu-satunya keinginan Quinn adalah menceraikan Nash.

Hatinya begitu sakit hingga mati rasa. Air mata tak terasa sudah membanjiri wajah. Dia mendorong Nash. "Waktu kita jadian di umur 17 tahun, aku pernah bilang, kalau suatu hari kamu berkhianat, aku akan pergi tanpa ragu. Kamu juga pernah janji. Ini masalah prinsip."

Saat disiksa hingga mati, penjahat menikamnya 17 kali, seolah-olah setiap tikaman sedang mengejek betapa naif dirinya saat berusia 17 tahun.

Nash langsung kehilangan kesabaran, tatapannya tajam memancarkan kilatan dingin. "Prinsip apaan! Omongan remaja mana bisa dianggap serius!"

"Kamu lihat sendiri anak-anak orang kaya itu, mana ada yang nggak punya simpanan? Aku ini sudah baik banget, selama ini cuma setia sama kamu! Lagian, yang paling kucintai itu kamu. Sama dia cuma cari sensasi baru doang. Masa aku nggak boleh cari pelampiasan sekali saja?"

Quinn menatapnya dengan kecewa. Tangannya yang dingin mengepal erat sampai memutih. "Kalau aku bilang aku sudah mati, kamu percaya nggak? Sekarang, satu-satunya keinginanku cuma ingin bercerai."

Nash tertawa saking marahnya. "Quinn, kamu harus banget ngarang cerita buat nipu aku?"

"Aku ...." Quinn hendak menjawab, tetapi pintu kamar tiba-tiba terbuka. Sachi muncul dengan gaun tidur seksi, kulitnya penuh bekas cupang.

Melihat Quinn menatapnya tajam, Sachi langsung bersembunyi di belakang Nash. Dengan suara lirih, dia berucap, "Kak Quinn, soal aku sama Kak Nash, itu memang salahku. Tapi orang seperti Kak Nash yang punya status, punya simpanan itu hal biasa."

"Tenang saja, Kak Nash tetap paling sayang Kak Quinn! Aku nggak pernah berani mengincar posisi istri sah!"

Quinn tidak berkata apa-apa, pandangannya tertuju ke dalam kamar tidur. Tempat tidur yang baru dirapikannya kemarin pagi, kini tampak sangat berantakan.

Dia tak kuasa tersenyum mencela. "Air susu dibalas air tuba, menarik sekali."

Menggunakan uangnya, tidur dengan suaminya, bahkan gaun tidur yang dipakai juga miliknya.

Sachi langsung berkaca-kaca. "Kak Quinn ...."

"Cukup!" Nash memijat pelipisnya dengan kesal. "Kamu tenangin diri dulu."

Usai mengatakan itu, dia membawa Sachi pergi. Brak! Pintu ditutup. Quinn seketika merasa lemas, terduduk di lantai.

Di dinding seberang, tergantung foto pernikahan mereka. Di foto itu, senyuman mereka sangat cerah.

Quinn menatapnya dan melamun. Dia tak mengerti, kenapa Nash yang dulu mencintainya dengan sepenuh hati bisa berubah secepat ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 27

    Quinn terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Tunanganku diperkenalkan oleh teman ibuku. Latar belakang kami setara dan kami akan segera menikah."Nash mengepalkan tangan, masih belum menyerah. "Dari caramu bicara, sepertinya kalian nggak punya dasar perasaan yang kuat?"Quinn tersenyum. "Punya atau nggak, apa bedanya? Kalaupun ada, mungkin hasilnya tetap sama."Nash tak sanggup berkata apa pun lagi. Dia terdiam lama, lalu memaksakan senyum sambil berkata lirih, "Kalau begitu, semoga kamu bahagia.""Kamu juga." Quinn tersenyum sopan sekaligus asing, lalu berbalik dan pergi meninggalkan kafe.Nash menatap punggungnya yang perlahan menjauh. Air mata pun menetes dari matanya. Jadi, hubungan mereka benar-benar sudah berakhir.Dalam perjalanan pulang dengan mobil, Quinn melihat sosok yang familier sekaligus asing.Seorang wanita dengan wajah letih dan pakaian yang sudah pudar warnanya sedang bertengkar hebat dengan pedagang kaki lima. Di sampingnya, dua anak kecil menangis tanpa henti.Itu adala

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 26

    Quinn tidak lagi memedulikannya dan naik mobil bersama kedua orang tuanya. Sang kepala pelayan yang menyaksikan semuanya hanya bisa menghela napas dan berkata, "Tuan Nash, lebih baik pulang saja. Jangan menyiksa tubuh sendiri."Namun, Nash tidak mendengar apa pun. Tubuhnya yang membeku terus gemetar. Dia bergumam lirih, "Aku sangat menyesal .... Kenapa semuanya jadi seperti ini ...."Suara mesin mobil segera menariknya kembali ke kenyataan. Matanya membelalak saat dia buru-buru berlari mengejar. "Quinn, jangan pergi!"Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu lagi menahan beban itu. Baru mengambil beberapa langkah, Nash ambruk ke tanah dan muntah darah sebelum akhirnya pingsan.Dari dalam mobil, Quinn secara refleks menoleh ke belakang dan tepat melihat Nash jatuh dengan lemas di salju.Tubuh kurusnya terlihat sangat menyedihkan di tengah putihnya salju, tetapi itu semua bukan lagi urusannya.Quinn menenangkan diri dan memejamkan matanya.Kehidupan di Yunan sangat tenang. Setelah masuk se

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 25

    Brak! Pintu kelas terbuka dengan keras, Nash menerobos masuk. Dia langsung menarik gantungan jimat dari tas Quinn dan melemparkannya ke lantai!Quinn segera mendorongnya. "Kamu belum selesai juga? Apa hubungannya urusanku denganmu?"Setelah berkata begitu, dia memungut gantungan itu dari lantai dan meminta maaf kepada Vin.Mata Nash memerah. "Sekarang kamu mau terima dia ya? Kamu sengaja bikin aku sesakit ini? Kenapa sih nggak bisa kasih aku satu kesempatan?"Quinn memutar bola matanya. "Pergi periksa ke rumah sakit jiwa sana!"Tubuh Nash bergetar karena marah. Dia menoleh dan memelototi Vin. "Asal kamu tahu ya, dia itu milikku! Jangan pernah mimpi bisa mendapat Quinn!"Vin mengernyit. "Nash, Quinn itu bukan barang. Dia manusia. Nggak ada yang namanya milik. Kalau kamu benar-benar suka dia, kamu harus hormati dia."Nash pun membentak, "Apa hakmu ajari aku? Jangan pikir aku nggak tahu niat busukmu. Jauh-jauh dari Quinn!"Tepat saat itu, bel pelajaran berbunyi. Guru masuk ke kelas dan la

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 24

    Tanpa ragu, Quinn langsung menunjuk ke arah Sachi. "Ayah, Ibu, semua boleh dibantu, kecuali dia."Ayah dan Ibu Quinn langsung mengangguk. "Oke."Sachi awalnya mengira bahwa nilai akademisnya yang cemerlang akan membuatnya terpilih untuk mendapatkan bantuan. Tak disangka, hanya dengan satu kalimat dari Quinn, harapannya pupus. Dia langsung menangis tersedu."Tolong ... aku benar-benar butuh kesempatan ini! Aku suka belajar, aku nggak mau putus sekolah!"Quinn bisa melihat bahwa Sachi tidak bereinkarnasi seperti dirinya. Dengan ekspresi datar, dia berkata, "Kalau begitu, cari bantuan ke orang lain. Aku kasih saran, cari saja Nash, putra Keluarga Suwandi. Mungkin kalau kamu minta tolong ke dia, dia bakal bantu."Sachi langsung berlutut di tempat. "Kumohon ... kalian kaya raya. Pasti sanggup kalau tambah aku lagi."Quinn tak ingin melihatnya lagi, jadi segera memerintahkan pengawal, "Bawa dia ke rumah sakit. Suruh dia temui Nash!"Bukankah Nash menyukai Sachi? Ya sudah. Di kehidupan ini, d

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 23

    "Putra keluarga orang kaya itu sampai-sampai lompat ke danau demi Quinn! Sampai jidatnya berdarah segala, benar-benar cinta mati ya!""Umur baru belasan, mana ngerti cinta. Anak-anak paling gampang bertindak nekat, nanti kalau sudah dewasa pasti nyesal!""Menurutku Quinn itu hatinya keras banget! Sudah begini pun tetap nggak tersentuh!""Mungkin dia nggak suka orang yang menyiksa diri sendiri. Sekarang si Nash malah pingsan dan demam tinggi."Quinn baru saja kembali ke kamar rawat saat mendengar beberapa perawat sedang membicarakan kejadian malam ini.Dia pura-pura tak mendengar. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, dia langsung beristirahat.Di sisi lain, Nash terus demam tinggi. Tubuhnya seperti terjebak di antara sadar dan tidak.Menjelang tengah malam, Nash mulai berhalusinasi. Dia melihat Quinn dari kehidupan sebelumnya, berdiri sambil menatapnya dengan mata merah.Pakaian Quinn tampak compang-camping, di dadanya tertancap sebilah belati berkilat dingin. Setetes demi setetes d

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 22

    Saat ini sudah memasuki akhir musim gugur. Cuaca mulai dingin dan suhu malam hari tak berbeda dengan musim dingin. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun tak bisa menahan diri untuk berbisik-bisik."Anak laki-laki itu masih sakit. Tega banget!""Jangan asal ngomong, kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka"Seperti yang dikatakan para penonton, Nash memang masih sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit tadi, dia mulai mengalami demam ringan dan sekarang tubuhnya sangat tidak nyaman.Angin dingin bertiup, membuatnya batuk beberapa kali. Wajahnya pun tampak semakin pucat. "Quinn, kamu serius sama omonganmu tadi?"Quinn menjawab dengan dingin, "Terserah kamu mau percaya atau nggak."Nash mengepalkan tangannya dan memaksakan senyuman. "Karena kamu sudah ngomong begitu, aku bakal loncat!"Usai berkata begitu, dia langsung berlari menuju danau buatan!"Gawat! Dia benaran mau nyebur ke danau!""Cepat tarik dia! Bisa mati kalau nekat!"Orang-orang yang melihat sontak p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status