Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Yang Harus Diberikan Kepada Larasati

Share

Yang Harus Diberikan Kepada Larasati

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-07-06 21:15:16

Sampailah mereka di rumah bergaya kolonial; rumah tua bangunan Belanda yang menjadi tempat tinggal Nenek Delima.

Setelah masuk ke dalam rumah, Sang Nenek mengajak Larasati ke kamarnya. Pertanyaan sang nenek tadi masih belum terjawab. Larasati tahu, neneknya pasti akan menanyainya lagi dan ia tak akan bisa mengelak.

“Laras, kini kamu sudah dewasa. Sepertinya nenek harus mengatakan sesuatu yang selama ini nenek rahasiakan kepadamu…”

Larasati tertegun.

“Rahasia apa, Nek?” tanya Larasati.

“Mungkin kamu sudah tahu apa yang terjadi pada dirimu saat ini. Akan terbuka sendiri saat kamu sudah dewasa. Tapi mungkin kamu bingung kenapa hal itu bisa ada padamu…”

Jantung Larasati berdetak lebih kencang dari sebelumnya. ‘Apakah nenek tahu apa yang terjadi padaku dan Adit?’ ucapnya dalam hati.

“Nenek memiliki sedikit kemampuan dan hal itu nenek dapatkan dari orang tua nenek. Setiap keturunan akan menurunkan satu hal kepada salah satu keturunannya, jika tidak anak, ya cucunya. Kamu adalah generasi ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Candu Yang Sulit Lepas

    Lagi-lagi mereka terjebak dalam hubungan terlarang penuh dosa. Seperti malam-malam sebelumnya, hasrat yang telah lama mereka pendam kembali meledak dalam kesunyian kamar loteng yang gelap. Dinda sepenuhnya memimpin penyatuan itu dari awal sampai akhir, tangannya yang lembut namun tegas menuntun setiap gerakan dengan kepercayaan diri yang mengejutkan Adit.Ia pun konsisten menutup mulutnya, menggigit bibir bawahnya dengan kuat, berusaha sebisa mungkin tak menimbulkan suara meski tubuhnya bergejolak dengan gerakan rumit manakala ia sangat sering merasakan ledakan-ledakan kebahagiaan itu. Setiap kali tubuhnya hampir berteriak, Dinda segera menekan wajahnya ke dada bidang Adit, meredam desahan yang ingin keluar dengan aroma maskulin yang sudah sangat dikenalnya.Adit sendiri hampir tidak bisa menahan diri. Melihat wajah Dinda yang memerah, mata yang berkaca-kaca namun penuh gairah, dan cara ia bergerak dengan begitu penuh nafsu membuatnya hampir kehilangan kendali. Namun ia juga sadar bet

  • Tukang Pijat Tampan   Ketika Semua Sudah Terlelap

    Tubuh Adit menegang, setiap ototnya terasa ditarik ulur oleh gelombang sensasi yang sulit dijabarkan, namun perasaan seperti itu sangat mudah dipahami oleh para lelaki. Sesekali, getaran halus menjalarinya, terutama di momen Dinda dengan sengaja tidak membiarkannya mencapai puncak kebahagiaan yang begitu kental. Nafas Adit tersengal, seperti baru saja berlari maraton, saat ia menatap Dinda yang kini tersenyum usil, berdiri anggun di hadapannya.“Kita teruskan nanti ya,” bisik Dinda, suaranya mengandung nada menggoda yang memabukkan. “Tunggu yang lain tidur semua dulu… dah sana kalau mau balik ke kamar!” Dengan gerakan lembut namun tegas, Dinda membukakan pintu kamarnya.Demi apa pun, Adit merasa jengkel, sebuah rasa frustrasi yang manis dan hanya bisa ia simpan rapat-rapat dalam hati. Ini bukan kesal yang sesungguhnya; lebih kepada kejengkelan karena Dinda baru saja mengerjainya, membuatnya melayang-layang di awang-awang tanpa sempat menuntaskan penerbangan.Namun, di balik kejengkela

  • Tukang Pijat Tampan   Di Kamar Dinda

    Malam itu, udara terasa segar setelah hujan ringan yang sempat turun sore tadi. Adit mengikuti langkah Pak Darmawan yang masih terlihat bersemangat tinggi meski jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Sepatu kulit bosnya itu berbunyi ritmis di atas lantai marmer yang masih agak basah. Aroma kemenangan masih melekat di tubuh pria tua itu; campuran parfum mahal dan keringat dari ketegangan pertarungan tadi.Sementara itu, Rudi memilih berkumpul bersama rekan kerja lainnya di teras anak rumah di samping rumah utama setelah memarkirkan mobil sedan hitam bosnya ke garasi.Rumah bergaya ningrat itu tampak tenang dari luar, dengan lampu-lampu taman yang menerangi jalan setapak menuju pintu utama. Ketika Adit melangkah masuk mengikuti Pak Darmawan, ia bisa merasakan debaran jantungnya mulai tidak teratur. Bukan karena kelelahan dari pertarungan tadi, tapi karena antisipasi akan bertemu dengan seseorang yang telah menghantui pikirannya selama ia mulai berada di rumah itu.Ruang ten

  • Tukang Pijat Tampan   Lawan Seram

    Mobil sedan hitam melaju menembus malam yang pekat, meninggalkan hiruk-pikuk lampu kota menuju kawasan yang semakin sepi. Adit memperhatikan jalanan yang dilalui dengan seksama; mereka memasuki area industri tua yang tampak ditinggalkan, di mana gedung-gedung kosong berdiri seperti hantu-hantu beton yang membisu."Kita akan ke tempat khusus malam ini," kata Pak Darmawan sambil mematikan puntung cerutunya. "Tempat ini hanya buka untuk kalangan tertentu. Orang-orang dengan uang yang... sangat banyak."Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah gedung tua berlantai lima yang tampak tak terawat. Cat dindingnya mengelupas, beberapa kaca jendelanya retak, dan secara keseluruhan bangunan itu terlihat seperti akan roboh kapan saja. Namun yang menarik perhatian Adit adalah keberadaan belasan pria berjas rapi yang berjaga di berbagai sudut gedung. Mereka berdiri dengan postur tegang, mata waspada memindai setiap gerakan di sekitar mereka."Jangan tertipu dengan penampilannya," bisik Pak Darmawan k

  • Tukang Pijat Tampan   Tawaran Menarik Pak Darmawan

    Matahari siang sudah mulai condong ke barat ketika jarum jam menunjukkan pukul tiga sore. Adit mendengar suara mesin mobil yang familiar berhenti di depan rumah kontrakannya yang sederhana. Ia mengintip dari balik tirai jendela dan melihat sosok Pak Darmawan yang keluar dari kursi penumpang, diikuti oleh Rudi yang berperawakan besar dan selalu setia mengawal atasannya.Sepanjang pagi hingga siang hari, Adit hanya menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga yang monoton. Tangannya bergerak otomatis melipat pakaian yang baru selesai dijemur, merapikan sudut-sudut rumah yang sempit, dan membersihkan alat-alat dapur. Namun pikirannya melayang jauh, terjebak dalam pusaran pertanyaan yang terus mengusik ketenangan batinnya.Sejak kemarin malam, sebuah gagasan terus berputar dalam benaknya bagaikan lagu yang diputar berulang-ulang. Jika tugasnya hanya sebatas bertarung di arena-arena gelap yang diatur Pak Darmawan, mengapa ia harus tinggal di rumah besar sang bos? Bukankah lebih masuk aka

  • Tukang Pijat Tampan   Akan Bertarung Kembali

    Cahaya matahari pagi yang lembut mulai menembus celah-celah tirai jendela kamar, menciptakan garis-garis emas yang menari di atas seprai kusut. Semalam Adit dan Ayunda terlelap begitu saja setelah melewati pergumulan ranjang beberapa kali yang menguras banyak tenaga. Napas mereka masih teratur, wajah Ayunda yang damai tertidur di dada Adit, sementara tangannya melingkar protektif di pinggang wanita itu.Ketika kesadaran mulai kembali, mata Adit yang pertama terbuka. Ia merasakan kehangatan tubuh Ayunda yang masih menempel erat padanya. Aroma rambut wanita itu yang harum bercampur dengan wangi tubuh mereka yang masih menyatu menciptakan sensasi yang membuatnya enggan beranjak. Namun, hasrat yang kembali bangkit tak tertahankan.Di pagi hari itu, saat Ayunda mulai menggeliat dan mata indahnya terbuka, mereka sama-sama tidak tahan dan bercinta sekali lagi. Kali ini lebih lembut, lebih penuh perasaan, seolah-olah mereka ingin menghentikan waktu dan menikmati setiap detik kebersamaan merek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status