Share

Kejutan

"Udah, yuk, Bu, masuk. Acaranya sebentar lagi mau dimulai." Bu Dian menggandeng tangan Bu Rani. 

"Makasi ya, Man," bisik Bu Dian kepada Kasman. Ternyata hanya Bu Dian seorang yang mengenali Kasman walaupun penampilannya sangat jauh berbeda.

Melihat rombongan Ibu-ibu akan segera menuju taman belakang, Mba Sri yang masih mengenakan baju daster lusuh siap-siap berdiri menyambut.

"Silakan ibu-ibu, lewat sini. Silakan langsung menempati meja yang telah disediakan," sambut Mba Sri dengan senyum terpasang di wajahnya.

"Ealah Mba Sri, ternyata jenengan juga diundang tho, ke sini." Bu Rani langsung memulai. Ia melihat Mba Sri dari atas kepala sampai ujung kaki. "Tapi kok, yo, cuma diundang sebagai pelayan," ejeknya kemudian tertawa. Ibu-ibu yang lain ikut tertawa. Sedangkan Bu Dian hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataan Bu Rani. Mba Sri yang diejek malah terlihat santai.

Seketika Bu Rani teringat dengan perkataan penjaga di depan tadi, "Eh iya, Mba Sri. Jenengan diminta bantu-bantu di sini dibayar berapa?" bisiknya.

"Saya ga dibayar Bu. Malam ini saya malah disuruh anggap kalau rumah ini seperti milik saya sendiri oleh majikan saya," ucap Mba Sri santai hingga membuat Bu Rani melebarkan mata. 

"Selamat malam, Mba Sri. Senang bertemu Mba Sri di sini," Bu Dian menyapa Mba Sri dengan ramah.

"Selamat malam, Bu Dian. Silakan duduk dan menikmati acaranya, ya, Bu."

"Selamat datang para tamu undangan.  Selamat datang di kediaman Bapak Pai dan Ibu Sri," sambut pembawa acara bersuara  berat yang terdengar di seluruh tempat berlangsungnya acara. Sebagai tanda kalau acara akan segera di mulai.

Mba Sri segera bergegas masuk ke rumah, menuju ke kamarnya. Ia berganti pakaian yang lebih sesuai. Mba Sri juga sedikit memoles tipis wajah dan menghias dirinya dengan perhiasan di leher dan tangannya. Kali ini ia benar-benar terlihat seperti orang berada.

"Silakan menempati kursi yang telah disediakan, karena sebentar lagi, acara akan kita mulai. Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih atas kehadirannya di rumah ini. Baiklah, Bapak-ibu para undangan," ucap sang pembawa acara lagi. "Langsung saja kita sambut sang pemilik rumah, Bapak Pai dan Ibu Sri." 

Mba Sri memasuki taman belakang dengan langkah anggun. Ia berjalan berdampingan dengan sang suami sembari menggandeng mesra tangan Mas Pai. Sambil berjalan, tidak lupa Mba Sri memberikan senyum termanisnya untuk para tamu yang sudah hadir. Mereka berdua langsung menuju ke tempat yang disediakan oleh pembawa acara. Mas Pai berdiri di depan bersiap untuk menyampaikan kata sambutan, sedangkan Mba Sri berdiri lebih ke pinggir, dekat dengan tempat ibu-ibu lain berada. 

Rombongan ibu-ibu langganan warung sayur yang waktu itu sedang sibuk mengambil penganan, tidak menyadari bahwa si pemilik rumah sudah berdiri di tengah-tengah mereka.

"Selamat malam. Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih banyak atas kesediaan Bapak dan Ibu semua yang telah memenuhi undangan kami dan sudah bersedia hadir di sini dalam rangka acara syukuran rumah baru kami." Mas Pai, suami Mba Sri, mengawali kalimatnya.

"Perkenalkan, nama saya Ahmad Rifai. Bapak-ibu bisa memanggil saya, Pai, saja," ucapnya sambil tersenyum, "Dan itu istri saya, Asri Sekali, biasa dipanggil Sri. Kami baru saja pindah. Harapan kami, semoga kami bisa diterima dengan baik di lingkungan ini dan kita semua bisa menjadi tetangga yang baik."

Riuh rendah suara tepuk tangan memenuhi tempat berlangsungnya acara setelah Mas Pai selesai berbicara.

Di lain tempat, Bu Rani yang penasaran dengan sosok istri si pemilik rumah, mendekat ke arah depan. Ia mendekati Mba Sri yang sudah berpenampilan mewah.

Bersambung.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status