"Dasar anak pembawa sial! Kembalikan Yoga, padaku! Kamu kan, yang kasih tahu ke dia kalau ini bukan anaknya? Jawab Zela!"
"Apa? Aku yang ngasih tahu? Hey, Mbak! Sadar! Tanpa diberi tahu pun Yoga sudah curiga kalau dia dijadikan kambing hitam, karena itu aku minta Mbak berhenti berbuat haram dengan Pak Bayu! Dia mertuaku, Mbak! Dia ayahnya Mas Alfa!"Plak! Mbak Resa menamparku dengan keras hingga aku jatuh tersungkur dan tanpa perasaan dia langsung menghujaniku dengan kata-kata pedas."Dengar, Zel! Jika kamu mau Mbak berhenti untuk bertemu dengan mertuamu maka, syaratnya kamu harus melepaskan Alfa! Karena jika aku tidak memiliki suami, kamu pun tidak akan memilikinya, karena kamulah penyebab Mbak berbuat begini! Kamu tak seharusnya lahir, Zel! Mbak benci punya adik kayak kamu!"(***)Ya Allah! Aku mengatupkan kembali kelopak mata yang semakin terasa perih. Masih terngiang ucapan kata-kata bernada ancaman Mbak Resa"Bilang? Enggak? Bilang? Enggak? Bilang!"Bilang?! Mataku membulat seraya menelan ludah cepat. Sudah setengah jam aku melakukan hal bodoh dan sudah setengah jam pula aku menyobek kertas untuk menentukan apa yang harus kulakukan."Alay!"Merasa percuma, aku pun melemparkan secarik kertas yang ada di tangan lalu menghempaskan tubuh ke atas kasur.Berbaring.Aku berpikir dalam seraya menatap langit-langit kamar. Sebenarnya, sudah tiga hari ini aku benar-benar merasa gelisah, galau dan merana karena bingung memutuskan kapan aku harus bilang pada Mas Alfa.Aku sudah tak kuat memendam perasaan ini sendiri, aku harus mengatakan rahasia besar itu apa pun resikonya. Masih teringat jelas di benak ini bagaimana dia marah hanya gara-gara aku terlambat memberi tahu tentang Yoga.Lalu, apa jadinya kalau dia akhirnya tahu dari orang lain tentang perselingkuhan ayahnya dan Mbak Resa? Sementara orang terdekatnya bungkam dan pura-pura amnesia?"Ah, frustasi!"Aku mengac
Aku membuka mata, tapi segera aku menutupnya kembali ketika kepalaku berdenyut sangat berat seolah berputar-putar. Beginilah mungkin rasanya berjuang menahan rasa sakit.Untunglah, hari ini aku tak ada jadwal pagi, sehingga aku tak perlu memaksakan diri untuk datang ke rumah sakit saat kondisiku mengenaskan.Namun, bersamaan dengan keputusanku untuk tidur kembali, tiba-tiba telingaku menangkap suara berisik yang berasal dari arah dapur.Zela? Dia kembali? Sadar kalau kunci apartemen ini hanya dipegang dua orang, otakku langsung bereaksi.Aku terperanjat bangun. Membayangkan istri kecilku datang saja, membuat badanku yang semula drop seolah diberikan tenaga berpuluh kali lipat. Dengan rasa sakit dan tenaga yang tersisa, gegas aku mencoba bangkit dan berjalan menuju pintu.Benar saja bersamaan dengan pintu yang terbuka, aku melihat sosok tak asing di pantry. Wanita itu membelalak, melihatku memergokinya sedang menyiapkan makanan."
Mataku berkeliling mencari sesosok wanita yang sejak kemarin memenuhi pikiran dan juga kurindukan.Aku tahu tindakan ini gila, mencari Zela di antara banyaknya orang dan luasnya rumah sakit layaknya mencari jarum di atas tumpukan jerami.Namun, aku tidak perduli sekali pun aku harus berlari mencari ke semua sudut di muka bumi, pasti akan kulakukan. Terlebih aku memang tak tahu di mana dia, karena chat dan teleponku tak pernah dibalasnya.Hanya tampaknya Tuhan masih sayang padaku. Di antara keputusasaan, tiba-tiba Yana sepupu Zela bilang kalau Zela sekarang sedang mencari pekerjaan di rumah sakit swasta, buruknya rumah sakit swasta yang mana, istri Reno itu pun tak tahu.Lalu, di sinilah aku mencari dan terus mencari. Hampir lima rumah sakit aku sambangi dan sekarang rumah sakit yang terakhir yang ada di kota ini.Di saat hampir saja aku menyerah, tiba-tiba mataku menangkap sesosok wanita berjalan sendirian menuju lobby. Wajahnya tampak sa
Serapat apa pun manusia menyimpan rahasia, pasti akan ketahuan juga. Ibarat bangkai yang disimpan lama, meski ditimbun oleh tumpukan pasir pasti akan terkuak juga, karena membongkar aib itu hanya masalah waktu.Begitu juga perselingkuhan Resa dan Pak Bayu yang akhirnya diketahui oleh semua keluarga.Tak kuprediksi sebelumnya,hari ini aku benar-benar dikagetkan dengan pengakuan Mas Alfa yang menyatakan kalau dia sudah mengetahui semuanya dan hal itu tentu saja melegakan.Namun, tetap saja takdir seolah gemar bermain-main dengan perasaan. Walau aku tahu Mas Alfa itu akan memperjuangkanku, tetap saja syarat dari Bu Imel dan permintaan Mamah membuatku tidak tahu harus berbuat apa. Perasaanku benar-benar kacau dan otakku buntu.Jadi, sekarang yang bisa kulakukan hanya menahan rasa sakit dan menangis tanpa suara karena aku yang terbiasa mengalah sampai lupa harus mengadu pada siapa.Kejam. Satu kata buat Mbak Resa yang tega menyiram badanku, pa
Sudah menjadi insting perempuan kalau sekamar dengan laki-laki, dia akan mencoba melindungi tubuhnya dengan cara apa pun. Begitu pun aku, setelah kejadian memalukan tadi aku berinisiatif untuk membungkus tubuhku dengan bed cover yang tebal biar Mas Alfa tidur dengan selimut.Geurah sih, tapi aku yakin setelah suhu Ac didinginkan sepertinya akan baik-baik saja dan tidur nyenyak.Di tengah aku yang sedang heboh membungkus diri tiba-tiba Mas Alfa keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk dari pusar sampai lutut.Mata kami pun tak sengaja bertemu pandang.Aku menelan ludah, melihat Mas Alfa menunjukan perut roti sobek yang jarang terekspose itu. Baru kusadari, sekarang Mas Alfa lebih berani menunjukan bagian tubuhnya.Astaghfirullah! Indah banget ciptaanmu Ya Allah."Zel, apa yang kamu lakukan?" tanya Mas Alfa sambil menahan tawa karena melihat bengong tak berkedip.Mungkin dia pikir aku ini pelawak, sehingga a
Tekotek yang gagal. Hanya karena gara-gara itu Mas Alfa benar-benar diam seribu bahasa.Aku paham pasti dia sangat tersiksa, bahkan itu sangat terlihat dari matanya yang cekung kayak panda dan aku menyesal karenanya.Berkali-kali aku mencoba menguatkan hati, tapi pandangan wajah Mas Alfa yang sedih dan kecewa membuatku ingin melakukan sesuatu sebelum kami benar-benar berpisah.[Zel, segera selesaikan urusan dengan Alfa! Karena, saya akan menghukum Resa dan Bayu dengan cara saya! Kalau kamu mengecewakan saya, itu sama saja kamu mengkhianati kepercayaan dan ingat kamu sudah janji. Batas waktumu sampai esok hari.]Aku mengatupkan mata seraya menyembunyikan gemuruh di dalam dada setelah menerima chat dari Bu Imel pagi ini.Lagi. Bu Imel menyudutkanku dalam kebimbangan tapi aku pun masih berhak untuk memutuskan. Sebelum surat cerai di tanda tangan, aku masih milik Mas Alfa."Mas! Beneran harus ke apartemen Anggrek sekarang, ya?" tanya
Kata orang, kalau lagi patah hati itu hampa dan kosong. Semua aktivitas menjadi sangat tak menyenangkan alias malas dan mager.Mungkin itulah yang terjadi padaku. Setelah memutuskan untuk pergi dari Bandung dan menjadi orang asing di Bogor, kerjaanku hanya diam, bengong sambil melihat hape yang layarnya menunjukan foto Mas Alfa.Menangis.Ya Allah! Ternyata sesulit ini mengenyahkan rasa bersalah yang membelit diri?Rasanya aku hidup layaknya zombi walau ini keputusanku sendiri.Setiap malam aku selalu bertanya.Apakah Mas Alfa baik-baik saja?Apakah Mas Alfa sudah makan?Apakah Mas Alfa membenciku?Apakah dia menandatangani surat cerainya?Ah, aku frustasi!Terus saja ratusan pertanyaan itu berulang tanpa jawaban. Terlebih ponsel dan nomorku telah berganti dan semua kontak aku hapus. Hanya menyisakan foto pernikahanku dan foto Mas Alfa yang kuambil diam-diam.Beginilah aku, terhukum oleh per
Apa yang lebih menegangkan dari pertemuan dadakan antara mantan kekasihmu dan 'CALON' mantan suamimu di saat kamu sedang melarikan diri?Pasti siapa pun yang mengalaminya akan merasakan frustasi dan berharap menghilang sejenak dari muka bumi.Begitulah yang aku rasakan kemarin, ketika tanpa kuduga Mas Alfa dan Yoga bertemu dan menjadikanku wasit pendamai di antara mereka yang berujung pada kepergian Yoga.Sesungguhnya, gara-gara kemarin aku merasa tak enak pada semua orang. Terlebih statusku dan Mas Alfa masih belum jelas karena aku pun gengsi menanyakan perihal surat cerai itu lebih dulu.Stres? Ya, aku sangat stres sampai-sampai aku lupa cara bernapas dan semalaman aku hanya bisa terjaga di depan lilin karena mati lampu.Sungguh, otakku yang lambat ini masih belum memahami bagaimana seorang Alfa bisa sampai ke sini? Sebanyak apa pun aku berpikir jawabannya tetap saja nol, karena si Mbok bilang dia tidak memberitahunya begitu pun Mbak Ya