Kata orang, orang yang terlalu baik dan bodoh itu beda tipis. Orang terlalu baik biasanya gampang dibodohi. Mungkin itulah yang terjadi pada kasusku, mungkin bisa jadi aku terlalu berprasangka baik ketika Mbak Resa mulai mengambil apa yang kumiliki sehingga ketika kehilangan aku mulai merasa menyesal.
Aku bodoh. Ya, aku merasa bodoh. Setelah mendengar pengakuan Yoga kemarin, aku menarik kesimpulan, jika saja sebelumnya aku sedikit saja berani menarik Yoga dan melarangnya untuk sering berpergian dengan Mbak Resa mungkin ini tak akan terjadi. Jika saja, aku tidak terlalu sibuk dan membiarkan Mbak Resa masuk lebih dalam, bisa jadi tidak akan ada yang tersakiti.Agh, tapi percuma. Sekali pun aku merutuki takdir, tetap saja semua tidak berubah.Yoga tetap harus menerima kesalahannya, terlepas dari apa pun alasannya. Sementara aku, hanya perlu melanjutkan hidup dengan lelaki dingin berhati baik bernama Alfa.Namun, meski dingin, sejujurnya dalam hati iDulu sewaktu Ayahku masih ada, almarhum selalu bilang kalau ada sesuatu yang enggak berjalan sesuai harapan, tidak perlu kita menyalahkan takdir karena bisa jadi itu yang terbaik untuk kita.Kurasa itu ada benarnya, setelah beberapa waktu berjalan kini aku mulai memahami betapa beruntungnya aku menjadi istri seorang Alfa. Ya ... walau terkadang dia itu jutek, menyebalkan, kalau ngomong pedas dan satu lagi sok tahunya itu loh, bikin istighfar.Masa Mas Alfa bilang kalau dia tahu ukuran braku? Ish, songong deh, pernah melihat juga enggak. Eh, tapi, apa mungkin dia bisa memperkirakan, ya? Haduh! Bisa gawat. Pasti ini gara-gara tragedi lingerie itu.Ah, memalukan. Namun, terlepas dari sifat minusnya, bagiku dia tetap tempat ternyaman untuk sekarang karena sikapnya yang dewasa membuatku seolah menemukan pengganti Ayah yang telah pergi.Lagi pula, semua hal tidak ada yang sempurna, bukan? Kalau mau menikah dengan yang sempurna, dijam
Mau dipikir berapa kali pun rasanya ini tidak mungkin. Bagaimana mungkin mertuaku sendiri berselingkuh dengan Mbak Resa? Sadis. Terlalu sadis. Sebab, jika apa yang kulihat itu benar tentang mereka. Berarti bukan hanya aku, Mas Alfa dan Yoga saja yang terluka tapi Mamah dan Bu Imel pun akan merasakan hal yang sama. Bisa-bisa keharmonisan tiga keluarga akan terancam.Jujur, aku tidak bisa membayangkan semarah dan sesakit apa Bu Imel jika dia tahu, Kakak ipar anaknya berselingkuh dengan suaminya sendiri dan bukan itu saja bisa jadi kekecewaan akan menjadi boomerang paling pahit bagi kami semua.Merasa dikhianati.Aku pun tidak bisa memprediksi bagaimana perasaan Mas Alfa jika nanti dia tahu bahwa ayah yang dicintainya selingkuh dengan kekasih yang selama ini dia jaga?Hancur. Ya, perasaannya pasti hancur.Agh, kenapa mereka tega? Kenapa mereka harus mengorbankan kami yang tak tahu apa-apa.
Seperti orang yang terlahir kembali. Hari ini, entah kenapa aku sangat bersemangat sekali. Setelah aku sakit dan beristirahat sehari, wajahku tampak lebih berseri-seri.Mungkinkah ini gara-gara ciuman yang tak sengaja itu? Sampai-sampai di mana pun yang kulihat hanya wajah Mas Alfa dengan bibir indah nan cipok-able tersebut.Astaghfirullah! Sudah kuduga, memiliki suami seperti Mas Alfa itu berat godaannya.Sabar Zela, sabar.Mau bagaimana pun perasaan hati ingin menghindar, ternyata aku tetap saja akan balik lagi terjebak pesona seorang Alfa.Kuakui, Mas Alfa itu memang layaknya zat adiktif level hot yang membuatku sulit berhenti memikirkannya, karena semua tentangnya telah menjadi fokus utama.Namun, meski aku sangat bahagia sekarang, tentu saja kemajuan dalam hubungan kami ini masih belum bisa membuatku lega. Bayangan tentang perselingkuhan Mbak Resa dan Pak Bayu masih menjadi pertan
Aku anak pembawa sial. Begitulah Mamah yang aku hormati menistakanku.Sakit, sangat sakit. Seolah hatiku ditumbuk oleh ribuan batu besar hingga pecah berkeping-keping. Tak pernah terbayangkan, aku akan mengalami nasib sehina ini.Kukira itu hanyalah stigma yang beredar di masyarakat, tapi nahasnya kini itu melekat padaku.Masih teringat saat dulu, Ayah memang pernah bilang kalau aku harus lebih kuat dari siapa pun karena hidup ini keras. Namun, tak kusangka akan sekeras ini.Sakit. Perih. Hancur. Seolah di dalam sini ada luka yang bernanah lalu disiram dengan air garam. Aku tak tahu harus tertawa atau menangis, karena saking kebasnya dilukai.Aku rapuh. Aku terluka dan aku sesak. Aku harus tahu kenapa keluargaku sangat membenciku.Petang ini, aku ijin pada Mas Alfa untuk pulang terlambat dan akan kembali secepatnya. Aku harus berkunjung ke rumah Nenek di mana di sana ada makam Ayahku juga. Aku yakin Nenek tahu apa yang
POV ALFA Aku tak perduli sama sekali jika ada yang berpikir kalau aku terlalu berlebihan membela Azela. Aku tak perduli jika aku dikira menikahi anak pembawa sial dari kalangan keluarga Raharja. Aku pun tidak perduli kalau aku disebut telah berubah karena kehilangan keramahanku yang biasa kutunjukkan pada pasien. Lalu, aku juga tidak perduli jika nanti akan banyak tantangan yang harus kulewati demi menggenggam tangannya erat karena aku tahu gadis ini begitu banyak mengalami luka. Jika bukan aku yang menjaganya sebagai imam, maka siapa? "Mas Alfa ...." Zela memanggil namaku lemah kala kami sudah sampai di parkiran. "Heum?" Aku menggumam menanggapi panggilannya sembari berhenti, mengecek kondisi Azela. Otakku jelas memahami gadis itu pasti sangat syok setelah pertengkaran yang terjadi antara dia dan Resa. Sesungguhnya, aku baru pertama kali melihat gadis itu membela diri karena selama ini dia hanya bungkam dan
Jika kebanyakan perempuan biasanya menikahi lelaki yang mereka cintai, maka aku adalah sebaliknya. Bisa jadi aku harus mencintai lelaki yang aku nikahi. Sayangnya, lelaki itu masih belum bisa aku miliki sepenuhnya. Karena selain dia itu spesies lelaki yang kadang ramah, perhatian, tapi enggak peka. Mas Alfa juga salah satu lelaki yang masih belum jelas status hatinya.Rumit.Semenjak, aku memergoki perselingkuhan bapak mertuaku dan Mbak Resa, kurasa hidupku layaknya Zombi di abad-21. Aku bergerak tapi tak merasakan apa-apa. Hari-hariku benar-benar terlihat sangat kaku dan waktu terasa berjalan lambat. Aku bingung bagaimana harus menghadapi setiap detiknya bersama Mas Alfa, dia terlalu baik untuk dikhianati tapi aku pun tak bisa pergi, karena setiap di dekatnya aku nyaman dan merasa ada perlindungan.Gamang. Seperti sekarang.Selayaknya wanita, harusnya aku bahagia ketika mendengar seorang suami m
Aku meraba pipiku yang memerah sambil mematut diri di depan kaca. Siapa sangka, lelaki yang dingin seperti Mas Alfa memiliki sisi yang begitu romantis.Walau hanya di depan kandang si Jalu. Mas Alfa benar-benar berhasil membuatku sulit move on dan anehnya entah kenapa setiap perbuatan yang dibuat Mas Alfa walau sederhana, selalu sukses membuatku ketar-ketir bahkan sampai sekarang.Agh, seandainya saja tadi Bi Ifah dan Mang Udin enggak ngintip bisa jadi tadi aku langsung 'tekotek' sama Mas Alfa. Namun, meski gagal, hatiku tetap saja bahagia karena otak ini seolah tak berhenti mengingat percakapan singkat kami tadi sebelum aku kembali ke kamar."Zel, kamu tahu apa yang buat Mas bahagia sekarang?" tanya Mas Alfa beberapa waktu lalu."Apa itu, Mas?""Itu kamu, Zel. Mas berharap mulai sekarang kita bisa saling menjaga hati ya, Zel. Mas, ingin kamu yang jadi istri Mas, di dunia dan di akhirat nanti dan Mas berharap tuju
Sepagi ini, kami sudah berangkat menuju kota. Ada pasien darurat dan aku harus tiba di sana sebelum jam 9.00 pagi. Tadinya, aku meminta Zela menunggu saja di vila biar aku yang pulang-pergi karena takut dia kelelahan. Namun, ternyata dia memilih ikut. Katanya dia takut kalau Jalu tiba-tiba lepas dari kandangnya. Ah, ada-ada saja, istri kecil satu ini.Aku tersenyum simpul mengenang ekspresi Zela seharian kemarin di vila. Aneh saja, kenapa bagiku semua tentangnya menjadi sangat menghibur dan menjadi fokus yang tak bisa diganggu gugat, terutama tentang kejadian semalam di mana dia terlihat sangat ketakutan padahal aku hanya berniat mematikan lampu. Tentu saja hal itu membuatku dan dia sama-sama malu. Namun, uniknya rasa malu itu bahkan berasa sampai sekarang. Sehingga suasana di dalam mobil diliputi rasa canggung, lucu dan menggemaskan. Zela dan aku seperti dua manusia bodoh yang sedang kasmaran di perjalanan. Sesekali kudapati dia mencuri panda