Share

Bab. 5

Penulis: Bunga Peony
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 20:12:01

~ KETANGKAP BASAH ~

Jika ada yang mengatakan uang bukanlah segalanya, maka semua itu salah. Justru uanglah yang menyelesaikan masalah Leya saat ini. Dia membayar seorang pelayan untuk melakukan apa yang di perintahkan secara diam-diam.

Leya juga menelpon Asna, meminta bantuan wanita itu untuk membawa suami Arsya datang bagaimanapun caranya. Cukup lama Asna tiba membuat hati Leya was-was. Dia takut pasangan bejad itu sudah lebih dulu pergi.

Hampir lima jam Leya menunggu seperti orang bodoh menatap dari balik jendela tanpa bergeming. Dia menyewa kamar yang berada tepat sebelah kiri kamar yang ditempati Bram dan Arsya. Tampaknya keduanya masih asik menikmati surga dunia hingga matahari menghilang di balik langit pun tak kunjung mereka keluar.

"Sampai kapan aku menunggu seperti ini?"

Pintu terketuk mengagetkan Leya, membuatnya terjaga dari lamunan sedihnya. Leya bergegas membuka pintu dan langsung dia lihat Asna dan juga lelaki tinggi berahang tegas.

Asna langsung masuk ke dalam yang diikuti Nirwan. Mata lelaki  tinggi itu mengitari setiap sudut kamar kecil dengan ukuran empat kali sepuluh itu. Sebuah kamar yang di lengkapi ruang tamu sebelum masuk ke kamar khusus untuk tempat tidur.

"Apa mereka masih di sana?" tanya Asna penuh semangat sembari melirik ke sebelah melalui jendela yang kemudian diikuti oleh lelaki sebelahnya.

Leya hanya mengangguk pelan. Kesedihan meliputi hatinya yang lebam.

Sekuat tenaga di tahannya agar tak kembali ke luar di wajahnya yang sembab. Pandangan matanya dan Nirwan bertemu untuk sesaat sebelum akhirnya Leya mengalihkan pandangan.

"Lalu menunggu apalagi? Kenapa tidak langsung saja grebek jika apa yang kalian katakan itu benar?" ucap Nirwan dingin.

Raut wajah lelaki itu sulit di tebak. Leya tak begitu mengenal suami dari sahabatnya itu, mereka juga jarang bertemu dan jika bertemu pun lelaki itu lebih banyak diam daripada berbicara.

"Ayo!"

Leya langsung melangkah keluar. Dia juga tak ingin berlama-lama, semakin cepat tertangkap basah semakin baik. Tuhan sedang berpihak kepadanya agar dirinya bisa membuka kedok busuk suaminya itu.

Pelayan yang diam-diam menjadi suruhan Leya pun datang setelah mendapatkan panggilan telpon darinya. Dengan kunci yang pelayan itu serahkan, mereka semua bisa masuk dengan mudah ke kamar tersebut.

Pintu terbuka dan langsung menguar bau pengharum ruangan bercampur dengan air pendingin ruangan.

Suara D3s4h4n terdengar dengan jelas. Kamar ini di lengkapi peredam suara untuk menetralisir suara agar apa yang terjadi di dalam tak terdengar hingga keluar. Namun saat sudah berada di dalam suara-suara aneh itupun terdengar jelas.

Jantung Nirwan berpacu dengan cepat saat gendang telinganya mendengar suara istrinya yang begitu dia hapal di luar kepalanya. Kedua tangannya pun terkepal dengan erat.

Nirwan dan Leya bergegas masuk disertai Asna dengan handycam di tangan sebagai barang bukti penting nantinya. Jangan di tanya bagaimana raut wajah Nirwan saat itu, begitu tegang seperti panglima perang yang hendak menebas kepala lawan.

Kini mereka berada di ambang pintu kamar. Telinga ketiganya semakin terasa panas saat d3s4h4n kedua insan yang sedang berc1nt4 itu semakin memanas. Entah sudah berapa ronde yang telah mereka lakukan. Hati Leya semakin sesak saat bayangan pada malam itu kembali muncul di kepalanya.

Tangan Nirwan meraih handle pintu dan membantingnya kuat hingga sepasang insan yang sedang meluapkan n4f5u dan belum mencapai klimaks itu pun tersentak kaget dan serempak menoleh ke arah pintu. Mereka berdua terkejut bukan main.

Sontak Abram turun dari atas tubuh Arsya dan beralih duduk di samping selingkuhannya itu dengan menggunakan selimut untuk menutupi tubuh mereka yang saat ini tak mengenakan sehelai benang pun.

"Mas Nirwan?" Mata Arsya terbelalak.

Lelaki hitam manis itu mendekat dengan napas yang memburu. Di tariknya rambut Arsya kuat hingga wanita itu terjatuh dari atas ranjang.

Abram kebingungan mencari bajunya di lantai dan ingin memakainya cepat. Leya pun membantu untuk menemukan pakaiannya, karena Leya yang dapat lebih dulu tentu saja pakaian itu Leya lempar ke luar jendela dengan rasa puas.

"Dasar istri l4kn4t! Apa yang kurang dariku, semua yang kamu inginkan selalu aku turuti tapi apa balasanmu padaku? Kau merendahkan harga diriku!" sungut Nirwan murka tanpa dapat dikendalikan.

Arsya kelabakan saat suaminya itu menyeret dirinya kearah keluar dalam keadaan bu91l.

"Mas, lepaskan aku Mas. Ampun! Aku minta maaf, aku khilaf," ringis Arsya menahan rasa sakit dan juga malu.

"Ampun! Setelah semua yang terjadi kamu baru meminta ampun padaku.

Nirwan tak memperdulikan rintih kesakitan wanita yang dulu pernah dicintainya itu. Dia sudah gelap mata, hanya ada kekecewaan yang luar biasa dia rasakan di hatinya.

Nirwan terus menarik rambut Arsya walau wanita itu terus meronta-ronta memohon pengampunan atas kekhilafannya kali begini. Karena teriakan ampun Arsya yang terlalu kuat hingga mendatangkan banyak orang ke tempat itu.

Kemudian Nirwan melemparkan tubuh istrinya dengan kasar ke depan pintu hingga Arsya jatuh terduduk dengan rambut yang aut-autan.

Mulai banyak orang yang berdatangan ketika mendengar keributan yang terjadi. Mata mereka melebar tak percaya dengan apa yang Nirwan lakukan.

Arsya yang malu langsung menutupi bagian kew4n1t44nnya serta dada dengan kedua tangannya. Tubuh putih mulusnya terekspos sempurna.

Arsya menangis histeris dan berharap dirinya menghilang dari tempat tersebut saat itu juga.

"Ada apa ini?"

"Gak tahu, sepertinya pasangan selingkuh. Ketahuan sama suaminya."

"Yang benar?"

"Memalukan. Apa kata kedua orang tuanya nanti. Pasti gak ada muka untuk menatap wajah orang banyak karena malu."

"Sayang kalau dilewatkan. Pasti viral ini."

Bisik-bisik para penonton membicarakan tontonan gratis yang tengah mereka saksikan saat itu juga. Bahkan ada beberapa orang mengeluarkan ponsel dan mengabadikan kejadian itu dengan benda pintar mereka.

Arsya semakin panik. Di berdiri dan kembali berlari ke dalam dengan hati yang bergemuruh.

Perasaan malu dan hina yang Arsya rasakan saat ini. Dia tak pernah menyangka jika apa yang dilakukannya akan ketahuan dengan cara yang seperti ini.

"Diam! Diam kalian semua!" teriak Arsya histeris meringkuk seperti bayi dalam kandungan di lantai sembari menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tukar Ranjang   Bab. 82

    Sartika menarik napas pelan. Ia meletakkan cangkir tehnya ke atas meja, lalu menatap putrinya dalam-dalam.“Kadang, apa yang terlihat di luar bisa sangat berbeda dengan kenyataan di dalam, Nak. Dunia bisnis itu keras. Banyak yang terlihat mengagumkan, tapi rapuh di dalam. Bisa jadi dia mengambil risiko yang terlalu besar atau terlalu cepat berekspansi tanpa fondasi yang cukup kuat.”Nadira mengangguk pelan, menyimak setiap kata. Tapi pikirannya tetap berputar pada satu hal ketidakwajaran dari kejatuhan perusahaan tersebut, secepat itu, tanpa tanda-tanda sebelumnya.“Apa kamu sudah cek semua laporan keuangannya? Laporan audit terakhir?” tanya Sartika lebih serius.“Sudah dan di sanalah masalahnya. Laporan keuangan terlihat rapi, terlalu rapi bahkan. Nyaris sempurna. Tapi saat aku minta detail transaksi, ada beberapa dokumen yang belum bisa mereka tunjukkan. Katanya sedang direkap ulang,” jelas Nadira, menekankan nada curiga di akhir kalimatnya.

  • Tukar Ranjang   Bab. 81

    Mentari pagi yang terbit membawa cahayanya yang terasa hangat masuk ke dalam kamar melalui celah-celah jendela. Nadira berdiri di balkon menatap ke arah jalan raya, banyak anak-anak yang berlalu-lalang dengan seragam yang melekat di badan. Ada yang jalan santai sambil membaca buku, ada juga yang terlihat berbincang dengan teman jalannya dan ada juga yang tengah berlari seakan sedang dikejar sesuatu. Dering ponsel memanggil dirinya. Nadira mendengus kasar kemudian berbalik memasuki kamar. Ia meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Ia melihat ke layar, melihat nomor siapa yang tengah menelponnya. Senyum di bibirnya seketika terkembang. Satu nomor yang telah ia nantikan sejak kemarin. "Devan," serunya bahagia setelah mengangkat telpon tersebut. Suara tawa terdengar begitu nyaring dari balik telepon. "Nadira, akhirnya kamu angkat juga. Kupikir kamu masih marah," ujar suara di seberang sana, hangat dan sedikit menggoda.

  • Tukar Ranjang   Bab. 80

    Silvia pulang ke rumah dengan hati yang bahagia. Namun senyum di bibirnya seketika sudut saat mendapati sosok lelaki berjaket coklat yang masih duduk di atas motor yang terparkir di teras rumahnya. "Ngapain kamu ke sini?" Kesal Silvia. Sudah tiga bulan ini lelaki yang seharusnya tak lagi muncul dalam hidupnya, kini tiba-tiba hadir seperti parasit yang menghisap darahnya secara perlahan. "Gak perlu galak-galak begitu pada ayah anakmu ini," ujar lelaki itu santai sembari turun dari motornya. Ia mengikuti Silvia dari belakang untuk masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, lelaki itu langsung merampas tas yang Silvia pegang. Tentu saja Silvia tak tinggal diam. Tubuh kecilnya tak menjadi halangan untuk ia melawan. Namun sayang, nyali dan kenyataan tak lah sesuai. Silvia kalah setelah lelaki itu memberi sedikit sentakan hingga tas yang diperebutkan dapat di ambil. Silvia terdiam. Matanya menatap tajam ke arah lelaki itu yang kini membuka tasnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Kembalikan

  • Tukar Ranjang   Bab. 79

    Nadira menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sembari memainkan gawai di tangannya. Sartika mendekat dan ikut duduk. Ia menatap lembut wanita di hadapannya, rasa sayang yang ia miliki tumbuh begitu saja pada sosok yang telah ia anggap putrinya. "Bagaimana hasil ketemu klien hari ini?" tanya wanita yang sudah memasuki usia enam puluh empat tahun itu. Nadira mengalihkan pandangan matanya, ia pun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Sartika. "Hmm, gimana ya, Ma. Klien kali ini tampak menyedihkan," ucap Nadira iba."Menyedihkan bagaimana?""Dia bercerita kalau wajahku mirip dengan almarhum istrinya. Siapa tadi namanya ya?" Nadira mencoba mengingat nama yang tak terekam di dalam memori kepalanya. Rasa nyeri tiba-tiba kembali muncul dan kian menusuk hingga membuatnya meringis. "Ada apa, Nak?" tanya Sartika khawatir melihat Nadira yang menekan kedua sisi kepalanya. Ia berpindah duduk di samping putrinya dan mencoba membantu meredakan ra

  • Tukar Ranjang   Bab. 78

    Wanita itu kini duduk dengan tenang, meski mata Nirwan belum berhenti memandangi tiap garis wajahnya. Ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh logika, namun begitu lekat dengan rasa. Bukan hanya mirip, wajah wanita itu seperti cerminan dari seseorang yang tak seharusnya masih ada."Perkenalkan saya Nadira Nawles. Saya yang akan menggantikan Nyonya Nawles untuk membahas perihal investasi saham dengan anda," ucap wanita itu memperkenalkan dulu. Tangannya terulur yang langsung di sambut Nirwan dengan perasaan yang berkecamuk hebat. Ada rasa senang dan juga kecewa di dalam hatinya setelah mendengar nama yang disebut wanita berhidung mancung tersebut.Nirwan mengangguk tipis, mencoba meredakan badai di dalam dirinya. Sementara matanysterus mengawasi gerak wanita di hadapannya yang tampak tak mengenalinya.Frederick memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman untuk Nadira. "Saya mau secangkir cappuccino dengan whipping cream sama wa

  • Tukar Ranjang   Bab. 77

    Selesai bekerja Nirwan tak langsung pulang ke rumah. Ia memilih duduk santai di jantung kota, di mana terdapat sebuah taman bermain yang cukup luas.Nirwan duduk di sebuah bangku panjang, di belakangnya terdapat deretan penjual makanan yang berbaris menjajakan makanannya. Matanya tertuju pada sebuah keluarga kecil di mana terdapat seorang anak perempuan yang berusia tak beda jauh dari Bintang. Anak perempuan itu terlihat manja dengan sang Ayah, bercanda sambil mengunyah gorengan yang mereka beli. "Andai Leya ada di sini, mungkin anak kamu sudah sebesar itu," gumam Nirwan sedih. Angin malam berembus pelan, membawa aroma gorengan dan tawa anak-anak yang masih bermain ayunan meski malam mulai merambat. Nirwan memejamkan mata sejenak, membiarkan kenangan tentang Leya mengendap di benaknya seperti kabut yang tak kunjung reda. Tanpa ia sadari sudut matanya pun mengeluarkan butiran kristal bening yang membuat pipinya basah. Spontan ia segera mengusapnya sebelum ada orang sekitar menyadar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status