Share

Bab. 68

Penulis: Bunga Peony
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 14:00:14

Asih baru saja membersihkan area kamar tamu, dia yang hendak menuruni tangga tak sengaja memergoki pelayan berambut keriting yang baru saja keluar diam-diam dari kamar majikannya.

"Kamu ngapain di kamar Tuan muda, Rika?"

Rika tersentak kaget, namun dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. Rika tersenyum tipis agar Asih tak curiga.

"Aku tadi di suruh Nyonya besar membersihkan kamar, Tuan. Kamu sendiri ngapain di lantai atas ini, Asih?" tanya Rika balik.

Asih mengerutkan kening, matanya menyelidik. Jawaban Rika terdengar masuk akal, tetapi ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang membuatnya ragu. Pasalnya Rika baru bekerja sebulan di rumah itu dan Nirwan paling tidak suka kamarnya di masukin orang asing.

“Aku baru saja selesai beresin kamar tamu,” jawab Asih pelan, masih belum melepas tatapan curiganya. “Tapi rasanya aneh, biasanya Nyonya besar punya pelayan tetap untuk urusan kamar Tuan muda.”

Rika mengangkat bahu, ekspresi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukar Ranjang   Bab. 69

    "Kenapa Nirwan tak datang hari ini?" gumam Liliana sedih. Sudah dua hari dirinya di rawat di rumah sakit, dirinya sudah mulai bosan.Liliana rindu rumah dan juga masakan rumahan yang lezat. Masakan rumah sakit terasa hambar di lidah dan tak ada satupun perawat rumah sakit yang mau mengikuti keinginannya."Kenapa Ibu Lili belum juga tidur?" tanya perawat yang di tugas khusus untuk menemaninya. Perawat itu bernama Susan, dia seorang perawat yang di ambil melalui yayasan dan pastinya propesional serta legal."Aku belum mengantuk," balas Liliana enggan. Susan tersenyum lembut, matanya memancarkan ketenangan yang seolah ingin meyakinkan Liliana bahwa semuanya akan baik-baik saja."Ibu Lili, kalau sulit tidur, mungkin ingin mendengar cerita?" tawarnya dengan nada menenangkan.Liliana hanya menghela napas pelan. "Saya tak ingin cerita, saya ingin pulang. Di sini tak ada siapa pun, bahkan putra kesayanganku pun tak mau menjengukku," Su

  • Tukar Ranjang   Bab. 68

    Asih baru saja membersihkan area kamar tamu, dia yang hendak menuruni tangga tak sengaja memergoki pelayan berambut keriting yang baru saja keluar diam-diam dari kamar majikannya. "Kamu ngapain di kamar Tuan muda, Rika?"Rika tersentak kaget, namun dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. Rika tersenyum tipis agar Asih tak curiga. "Aku tadi di suruh Nyonya besar membersihkan kamar, Tuan. Kamu sendiri ngapain di lantai atas ini, Asih?" tanya Rika balik. Asih mengerutkan kening, matanya menyelidik. Jawaban Rika terdengar masuk akal, tetapi ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang membuatnya ragu. Pasalnya Rika baru bekerja sebulan di rumah itu dan Nirwan paling tidak suka kamarnya di masukin orang asing.“Aku baru saja selesai beresin kamar tamu,” jawab Asih pelan, masih belum melepas tatapan curiganya. “Tapi rasanya aneh, biasanya Nyonya besar punya pelayan tetap untuk urusan kamar Tuan muda.”Rika mengangkat bahu, ekspresi

  • Tukar Ranjang   Bab. 67

    Dedaunan yang lebat berdesir di atasnya, bergoyang tertiup angin malam. Leya menghirup udara dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup tak beraturan. Dia merapat ke batang pohon yang paling besar, mencoba menyelaraskan napasnya yang terengah-engah dengan suara alam agar tak terdengar. Perut bagian bawahnya mulai terasa sakit tetapi dirinya tak tahu harus ke mana. Leya menyesal tak mengambil jalan yang biasa dilaluinya. "Siapa mereka? Kenapa mereka seperti menargetkanku? Rasa-rasanya aku tak memiliki musuh," pikirnya. Suara langkah kaki dari kejauhan semakin mendekat membuat Leya panik. Langkah kaki itu semakin dekat—terlalu dekat. Bayangan panjang terpantul dari cahaya redup lampu jalan yang jauh di ujung gang. Leya menggigit bibirnya, menahan rasa takut yang mulai menguasainya. Ia memejamkan mata sejenak, berharap dirinya seolah tak kasat mata di antara pepohonan. Tiba-tiba, suara derak ranting yan

  • Tukar Ranjang   Bab. 66

    Pintu rumah dihantam kasar. Silvia baru saja melepaskan sepatunya ketika suara bentakan menggema memantul di dinding rumah seperti gemuruh yang tertahan.“Kamu puas sekarang, Silvia?” Dara berdiri di ambang pintu, matanya berkilat penuh amarah.Silvia menoleh, bibirnya melengkung sinis. “Oh, kamu datang untuk menyalahkanku lagi? Apa seperti itu akan mengubah keadaan?”Dara mengepalkan tangan. “Ibu kehilangan pekerjaannya karena kamu! Kamu menghancurkan hidup kami dengan tindakan bodohmu. Setidaknya tunjukkan sedikit rasa bersalahmu!”Silvia malah menyilangkan tangan, mengangkat dagu dengan angkuh. “Rasa bersalah? Untuk apa? Itu bukan salahku kalau Bibi tidak cukup pintar untuk menjaga pekerjaannya sendiri.”Dara melangkah cepat, mendekati Silvia dengan sorot mata yang kian membara. “Jangan bicara tentang ibuku seperti itu! Dia sudah mengabdi di keluarga itu selama puluhan tahun dan karena kesalahanmu dia

  • Tukar Ranjang   Bab. 65

    Nirwan kembali mengusap wajahnya kasar untuk kedua kalinya sebelum akhirnya berdiri dari kursi, berjalan mendekati Leya dengan langkah mantap namun sarat dengan kecemasan. "Dengar, aku tahu kamu tak akan langsung percaya padaku dan mungkin saat ini tengah membenciku. Tapi demi Tuhan, aku tidak pernah melakukan itu padanya."Jemari Leya refleks mencengkeram ujung kursinya. "Kalau begitu kenapa dia bisa mengandung anakmu!" Suaranya sedikit bergetar, campuran antara marah dan terluka.Nirwan mengepalkan tangannya. Ada ketegangan yang tampak jelas di wajahnya, sesuatu yang selama ini dia tahan. "Itu semua bohong!" Nirwan membuang napas, matanya menatap Leya dengan sorot penuh kejujuran. "Silvia bukan seseorang yang aku pilih. Aku bahkan tidak pernah ingin menikahinya. Walau pernikahan kita berawal dari sebuah kontrak, aku tak akan mengkhianatimu dengan menyentuhnya."Leya terkesiap, tubuhnya menegang. Kata-kata Nirwan membelah udara di antara mereka, tajam dan penuh kepastian. Bola mat

  • Tukar Ranjang   Bab. 64

    Leya duduk terdiam mendengarkan omelan pria berambut klimis di hadapannya. Pria berumur 40 tahun itu terus saja menggerutu tentang ketidakhadirannya selama tiga hari walau sudah memberi kabar."Maaf, Pak. Tapi saya belum mengambil cuti tahunan saya tahun ini. Jadi saya rasa tak ada masalah dengan cuti tiga hari yang saya lakukan," jawab Leya setenang mungkin."Tapi masalahnya, proyek pembangunan gedung YX itu tanggung jawabmu.""Saya tahu, Pak. Dan saya tidak lepas dari tanggung jawab. Saya hanya cuti tiga hari bukannya kabur melarikan diri," tukas Leya yang mulai kesal. Dia merasa atasannya terlalu lebay.Leya melihat pria berambut klimis itu mengeratkan rahangnya. Dia tak peduli jika kelancangannya barusan akan membuatnya dipecat saat itu juga."Sekarang kamu pergi ke PT. Global, cek progres pembangunan itu sudah sampai mana dan jika ada kendala laporkan pada saya."Leya menggigit bibir bawahnya. Pergi ke perusahaan itu sama saja dia dengan bertemu dengan Nirwan. Dia tahu pembanguna

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status