共有

Bab 4 : Hari Pertama

作者: Diyah Islami
last update 最終更新日: 2025-11-24 13:20:11

Sarah menyusuri rumah dua lantai ini dengan tenang usai keributan yang ia ciptakan tadi. Beberapa warga yang menenangkannya sudah pulang ke rumah masing-masing usai ia menceritakan kisah Lukman yang mendua dengan lengkap tanpa kurang suatu apapun.

Mereka sudah pulang usai Sarah terlihat baik-baik saja. Sarah tentu dari awal memang baik-baik saja, itu semua cuma akting belaka. Karena sekarang ia sedang menghitung estimasi waktu kapan Lukman akan kembali esok hari.

“Kemungkinan sore dia akan sampai bersama nenek sihir dan si wanita jalang. Oke, aku punya cukup waktu.”

Sarah mulai memotret, satu persatu barang berharga di rumah itu. Televisi, mesin cuci, dan barang elektronik berharga lainnya. Mengunggahnya di website jual beli online terkenal di f******k dengan harga yang sangat murah. Dalam sekejap postingan dengan fake account itu langsung dibanjiri banyak komentar yang berminat akan barang-barangnya.

Tawa Sarah mulai membahana, apalagi saat semua barang yang ia foto telah laku ditawar orang-orang. Ia mendudukkan diri di atas sofa murahan di tengah ruangan.

“Halo Kenzo, tengah malam nanti bawakan pick up yang lengkap dengan sopirnya, jangan berhenti di depan rumah, tapi di tempat kita berhenti tadi. Pakai plat nomor palsu dan pastikan mobil itu dihancurkan usai mengangkut barang. Pastikan juga wajah si sopir ditutupi.”

Sarah menutup panggilan usai Kenzo memenuhi permintaannya. Lelaki yang menjadi tangan kanannya itu memang bisa diandalkan.

“Habis kamu Lukman, setelah ini jangan berharap hidupmu akan aman setelah berurusan denganku.”

***

“AAAAAAAA!”

Suara teriakan melengking Sarah pagi itu mengagetkan penghuni komplek perumahan yang ia tempati. Beberapa orang yang baru bangun dari tidurnya langsung datang tanpa aba-aba.

“Ada apa Zara?”

“Apa yang terjadi?”

“Kenapa rumahmu berantakan sekali.”

“RUMAHKUUU… RUMAHKU KEMALINGANNN HHUHHUHUHUUUU!” teriak Sarah histeris dengan tangis keras membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan iba.

“Gila berantakan sekali di belakang, semua piring pecah, barang-barang lain hilang.”

“Coba di cek cctvnya,” ucap salah satu warga.

“Gak bisa, cctvnya juga di maling.”

“Astaga gragas betul!” ucap salah satu ibu-ibu hampir membuat tawa Sarah pecah, namun ia mati-matian menahannya.

“Saya gak tahu Pak, Bu, bangun-bangun semua udah hilang dan berantakan. Mas Lukman pasti marah banget sama saya.”

“Udah Zara tenang, kamu lagi kalut, tenangkan dulu dirimu di rumah Ibu, biar nanti Lukman kami hubungi supaya dia tahu keadaan di sini.”

“Ini karma sih pasti karena dia udah poligami.”

“Lagian Lukman itu serakah, istri pun mau nambah, satu aja gak cukup!”

Sarah dibopong para warga dengan beragam cacian dan makian yang tertuju pada Lukman. Dalam hati wanita itu tersenyum, rencana yang ia susun rapi berhasil terealisasi tanpa tapi.

***

“ZARA! ZARA!”

Lukman turun dari mobilnya siang ini dengan langkah tergesa, diikuti sang Ibu yang turun dari pintu sisi yang lain. Ia terlihat masuk ke dalam rumah dan keluar dalam keadaan wajah merah padam. Sementara Tita, istri kedua Lukman turun dari mobil dengan tatapan jengah, tak suka.

“ZARA DI MANA KAMU!”

“Heh jangan teriak-teriak gitu! Ibu dan anak sama aja”

Namanya Bu Sari, sedari pagi Sarah berada di rumah Bu Sari, tetangga sebelah rumah Lukman yang tadi menawari Sarah untuk menenangkan diri di rumahnya. Seolah menjadi bentengnya, Sarah tampak berlindung di balik tubuh wanita paruh baya itu.

“Zara tanggung jawab, kenapa rumah jadi kayak gini setelah kami tinggal!” ucap Ibu Lukman dengan suara keras dan nada menantang. Ia mendekati Sarah yang menampakkan wajah ketakutan, namun dengan berani Bu Sari menghadangnya.

“Bu Jelita, itu bukan salah Zara, rumah Ibu kemalingan tadi malam. Semua barang dijarah habis-habisan jadi jangan salahin Zara. Untung aja menantu Ibu ini gak kenapa-kenapa. Datang-datang tuh tanyakin keadaannya, bukan malah minta tanggung jawab!”

“Zara sini, aku mau bicara.”

“Kamu bicara di sini aja. Zara lagi terpukul karena kamu menikah lagi, jangan sampai kamu apa-apain dia Lukman, berhadapan kamu sama Ibu!”

Lukman tampak tercengang, matanya menatap Sarah tak suka, lebih tepatnya tak menyangka mungkin kalau Sarah akan menceritakan semuanya pada Bu Sari.

Sarah menunduk, tersenyum simpul, namun setelahnya ia mendongak, menatap Bu Sari dengan wajah memelasnya.

“Bu makasih banyak udah nolongin saya, tapi sekarang saya udah baik-baik saja kok. Lagipula ini urusan rumah tangga saya dengan Mas Lukman, biar saya selesaikan dengannya.”

“Baiklah Zara, tapi kalau ada apa-apa kamu jangan segan-segan cerita ke Ibu. Ibu dan warga di sini pasti bakalan bantuin kamu.”

Sarah mengangguk, kemudian tersenyum. Bu Sari beranjak pergi meninggalkan keempatnya yang masih berada di pekarangan rumah.

“Ayo masuk, kita perlu bicara,” ucap Lukman dengan nada datar diikuti tatapan sinis ibunya dan Tita yang juga ikut-ikutan menatapnya dengan sinis.

“Apa sih? Sok asik, ikut-ikutan,” cetus Sarah pelan dengan bibir mencebik melirik pada wanita bergaun ketat itu.

“Kenapa rumah bisa begini?”

“Aku gak tahu, Mas. Bangun pagi rumah udah berantakan, pintu udah dibobol sama maling padahal aku ingat banget udah kunci semuanya sebelum tidur,” ucap Sarah dengan wajah memelas.

Padahal tadi malam, ia yang memecahkan semua piring di dapur dan menyerak semua isinya tanpa terkecuali sekaligus meluapkan kekesalannya pada keluarga ini.

“Gimana, Man? Barang-barang kita raib semua. Kaca jendela juga hancur dan pintu rumah juga mesti diperbaiki.”

Lukman tampak berpikir keras, memijit pangkal hidungnya beberapa kali.

“Mau gimana lagi, Bu. Ya mesti diperbaikin.”

“Mbak Zara aja yang nanggung, kan Mbak Zara yang tanggung jawab semua yang terjadi di rumah ini karena mbak Zara yang tinggal sendiri, kan?”

Sarah mendongak, matanya memicing menatap wanita berpakaian ketat yang menampakkan lekuk tubuh itu. nadanya yang centil dan terkesan polos membuat Sarah merasa mual seketika.

“Tita kamu masih pegang uang mahar yang aku kasih, kan?”

Baru saja Sarah hendak buka mulut, Lukman mendahuluinya.

“Kenapa Mas? Kamu mau pakai uang itu?”

“Mau gimana lagi, sayang. Mas gak punya pegangan lagi. Kamu suruh Zara tanggung jawab juga percuma, dia gak punya uang.”

“Benar kata Lukman, selama ini juga dia numpang hidup di sini, gak ada kontribusi apapun.”

“Oke, aku gak masalah, tapi dengan satu syarat. Aku bakalan kasih uang maharku untuk perbaikin rumah plus mengganti barang-barang yang hilang asal Mbak Zara gantiin uang itu dengan tenaganya. Kamu, kan, tahu aku lagi hamil sayang, gak boleh banyak gerak dan mesti dibantuin terus.”

“Tenang aja dia pasti mau kok.”

Sarah mendelik, seolah tenaganya adalah barang yang bisa diperjualbelikan. Kalau Zara pasti bakalan iya-iya saja, tapi Sarah berbeda.

“Sebagai tanggung jawab dan rasa bersalah aku bakalan jagain Tita, kamu tenang aja, Mas.”

Tita tampak senyum penuh kemenangan usai mendengar persetujuan Sarah. Tapi yang tak wanita itu ketahui, Sarah punya rencana besar lain.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 10 : Lelaki Itu

    Baru saja Sarah menginjakkan kakinya di pekarangan rumah usai pulang naik taksi diam-diam, ia sedikit dikagetkan dengan sedikit keributan yang terjadi di dalam rumah dan sebuah mobil putih yang terparkir asal di halaman. Karena terlihat pintu mobil itu masih terbuka dalam keadaan mobil menyala.Di tangannya masih terdapat dua kantung besar belanjaan. Masuk ke dalam rumah dengan hati-hati, Sarah mendapati seorang lelaki sedang berdebat dengan ibu mertua Zara.“Di mana Lukman? Aku ingin bicara padanya, Bu!”“Sudah kubilang dia pergi, dia gak di rumah! Lagipula kenapa kamu kemari, kamu kan sudah bilang gak akan ke sini lagi!”Sarah memicing, berjalan perlahan dan sembunyi di balik pintu, berusaha mencari tahu siapa sosok lelaki berbadan atletis itu. memanggil ibu Lukman dengan sebutan Ibu? Apa dia kakak Lukman?“Aku janji pergi jauh dan tak berhubungan dengan keluarga ini lagi saat kalian berjanji tak akan menyakiti Zara! Tapi apa? Lukman malah menikah lagi? Dia mengkhianati janjinya!”“

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 9 : Zara?

    Panti asuhan itu masih berdiri dengan kokoh, beberapa anak kecil tampak berlarian di halaman yang lengkap dengan taman bermain."Di mimpiku Panti asuhan ini hampir roboh, apa sekarang sudah direnovasi? Aku pikir cuma ada dalam mimpi, ternyata panti ini beneran ada ya.""Keluarga Frederick adalah donatur tetap, panti ini dalam pengawasan keluarga kami."Zara manggut-manggut. "Karena itu Mas Halim tahu di mana panti ini saat aku menyebutkan namanya?""Tentu saja Sarah. Apa ini persis dalam mimpimu?""Sepertinya begitu, walau banyak yang berubah.""Kau mau masuk?"Zara mengangguk, namun baru satu langkah mendekat mendadap pandangannya buram telinganya mulai berdenging, suara-suara berisik di kepalanya sedikit mendominasi hingga membuatnya tak fokus.“Sarah kau baik-baik saja?” tanya Halim bingung saat wanita itu hampir saja terjatuh, untung Halim sempat menopang tubuhnya.Zara tampak kesakitan, ia terus memeangi kepalanya. Beberapa hal dari masa lalu mulai muncul di kepalanya seolah taya

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 8 : Cinta Pertama

    "Jadi, apa yang kau temukan?" tanya Sarah begitu ia duduk. Beberapa kantong plastik hasil belanjaan asal-asalannya ia taruh di atas meja. Kenzo menatap wanita itu dengan alis naik sebelah."Serius? Seorang Sarah belanja ke pasar pagi-pagi?" tawa Kenzo hampir pecah andai Sarah tak melihatnya dengan tatapan ingin membunuh, lelaki itu menutup wajah dan menahan tawa sampai bahunya berguncang."Ini alasan klasik tahu, supaya bisa menemuimu juga. Lagipula aku gak ngerti soal beginian, asal ambil aja tadi.""Satu kemajuan tahu, Sarah yang hidup seperti putri raja kini bertingkah seperti upik abu.""Ken!" seru Sarah kesal, bibirnya mencebik, ia mengambil minuman Kenzo dan meneguknya hampir habis."Gak apa-apa, jadi pengalaman pertama, kan?""Ya iya, sih.""Hidup juga gak selamanya bakal di atas, jadi kamu bisa sekalian belajar. Kalau sama aku, kamu juga gak bakalan aku kasih belanja di pasar sendirian.""Lukman itu pelit, bisanya cuma kasih lima puluh ribu buat belanja sementara di rumah ada

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 7 : Ingatan Samar

    Pagi itu Zara bangun dalam keadaan setengah sadar, ia duduk cukup lama di atas ranjang sembari menatap sisi ranjang satunya yang tak ia tempati, kosong.“Kayak ada yang aneh.” Ia beranjak turun dari ranjangnya, memutari isi kamar dan menemukan sesuatu yang sedari tadi membuatnya merasa aneh.“Mas Halim,” panggilnya pada lelaki yang tengah meringkuk tanpa selimut di sofa. “Mas Halim kenapa tidur di sini? Bukannya tadi malam tidur di ranjang?”Halim tersentak, ia menguap lebar. Matanya merah dengan kantung mata hitam. Hampir semalaman ia tak bisa tidur dan berusaha untuk tetap terlelap, namun tidak bisa. Pandangannya beralih pada Zara yang berdiri di hadapannya.“Astaga! Mas kenapa? Sakit?”Halim menggeleng, ia bangkit dari posisi tidurannya. “Aku tak bisa tidur.”“Kenapa?”Lelaki itu termenung, ingatannya melayang pada malam di mana ia masih tidur di atas ranjang, tepat di sebelah Zara. Wanita itu… hampir memeluknya, hal yang membuat Halim kelabakan dan memutuskan untuk tidur di sofa.

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 6 : Kacau

    Baru Bangun, Aku Dipanggil ‘Nyonya’ dan Disebut Istri Konglomerat! Padahal Aku Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa. Apa yang Sebenarnya Terjadi?!****6Sore itu dengan menggunakan uang mahar Tita, lantai satu rumah mulai direnovasi. Sarah yang berada di lantai dua bersama ibu Lukman dan Tita mulai memikirkan ide jahil lainnya. Apalagi saat dengan angkuh Tita memerintahkannya untuk membuat jus jeruk.Barang-barang elektronik di rumah ini sudah Sarah jual semua, dan dengan mudahnya Tita memerintahkan Sarah untuk memeras jeruk-jeruk itu menggunakan tangannya.“Dengan tanganku ya,” ucap Sarah geram sembari meremas-remas jeruk yang belum dicuci itu di dalam baskom besar, dengan tangan yang belum juga ia cuci. Meski sedikit menguras tenaga entah kenapa Sarah merasa puas dengan hasil perasan jeruk ala prindavan buatannya.Ia menyaring air jeruk itu dan mengumpulkan bijinya, lantas menghaluskan biji-biji jeruk itu dengan menggunakan gilingan beras. Mencampurkannya dengan air jeruk yang sudah ia pis

  • Tukar Tempat Dengan Kembaranku    Bab 5 : Satu Kamar

    “Ibu mertua, Papa mertua, senang bertemu dengan kalian,” ucap Zara ceria dengan senyum merekah. Kedua sejoli itu saling pandang, kemudian menatap Halim yang duduk di sebelah Zara.“Kata Halim kamu hilang ingatan, Nak? Benar ?” “Dokter sih bilang begitu, Ma,” jawab Zara polos. “Tapi aku masih ingat suamiku, kok, Mas Halim.Halim hampir tersedak, kedua orang tuanya saling menatap.“Ah, ya sudah kalau begitu kita makan dulu, nanti akan kita bahas ya,” ucap Papa halim mencairkan suasana yang sedikit canggung.Zara mengangguk, ia bangkit dari duduknya dan mengambil alih piring Halim.“Mas mau pakai lauk apa? Nasinya cukup segini?”“UHUKK! UHUUK!” Kali ini Halim beneran tersedak dengan batuk bertubi-tubi karena air yang seharusnya masuk ke tenggorokan malah masuk ke kerongkongannya akibat ulah Zara yang tak biasa.Wanita itu sejak menikah dengan Halim sangat jarang sekali tersenyum, bahkan menyapa kedua orang tuanya juga hanya sekedar anggukan, tidak akan senyum dengan lebar seperti tadi.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status