Share

4 - Beneran Nikah

"Mau gue gendong?" Geff berdiri di depan Elea setelah membukakan pintu mobil.

"Gak usah," jawab Elea sesingkat mungkin. Dirinya sedang membatasi diri untuk tidak berkomunikasi dengan Geff.

"Ya udah, nih pake dulu." Geff meletakkan sandal miliknya yang ada di bagasi mobil di depan kaki Elea.

Elea bingung dengan Geff. Tadi katanya tidak suka dengannya, tapi mengapa memberi perhatian yang dapat membuat Elea salah paham. Atau memang dasarnya Elea yang lemah karena sudah jatuh hati kepada Geff. Jadi, perlakuan sekecil apapun akan menarik di hatinya.

"Dibilangin jangan baik-baik sama aku." Elea menatap lekat sandal yang sudah terpasang baik di kakinya.

Gadis itu sedih karena harus kembali pada kenyataan, kenyataan dia ditinggalkan kekasihnya, dan laki-laki di depannya ini kakak Eric. Elea harus segera menyadarkan diri. Sudah cukup tadi waktu untuk menghibur diri bersama Geff. Cukup singkat pertemuannya dengan Geff, tapi sangat berkesan di hati Elea. Untuk itu, Elea berusaha tidak berkomunikasi dengan Geff agar hatinya tidak terlalu jauh menginginkan laki-laki itu.

"Make up lo kok ga luntur?" Tanya Geff memecah keheningan di antara mereka. Semenjak turun dari mobil dan memasuki hotel, Elea tidak berbicara apapun, membuat Geff khawatir.

"Iya, kan mahal." Elea menjawab tak lagi menatap Geff. Tatapan mata gadis itu fokus pada pintu lift yang tak kunjung terbuka, membuatnya harus berlama-lama dengan Geff.

"Gaun lo bagus."

"Aku yang pilih."

"Kalo pake mahkota pasti lebih bagus," kata Geff memperhatikan tatanan rambut Elea. Gadis itu benar-benar sempurna menurut Geff. Sudah melewati banyak hal hari ini tapi penampilannya masih terlihat cantik.

"I failed as a princess today." Elea menundukkan wajahnya. Tadi dia sudah pakai mahkota, tapi melihatnya membuat Elea tak suka, rasanya dia benar-benar ditinggalkan pangerannya.

Masalah Elea bukan karena ditinggal Eric, tapi merasa harga dirinya tercoreng. Gadis itu bahkan tak peduli alasan apa Eric meninggalkannya. Elea adalah tuan putri hari ini, tapi itu semua gagal karena Eric. Elea kabur hanya untuk menenangkan diri karena mimpi menjadi tuan putrinya hancur dan takut melihat wajah kecewa orang tuanya.

"No, you are the princess today. Jangan liat bawah, princess." Geff mengangkat dagu Elea agar gadis itu tak lagi menunduk.

Wajah gadis itu merah padam, demi apapun dia ingin sekali lompat-lompat kalau tak ingat dia sedang memerankan pengantin yang ditinggal kabur. Geff semakin membuat Elea menginginkan laki-laki itu menjadi miliknya.

"Lo cantik, lo manis, lo polos, lo baik, dan lo gila," ucap Geff tiba-tiba.

Kenapa Geff sering kali mengatai Elea gila. Padahal Elea memang sedikit aneh, tapi gak segila itu. Gadis itu menunjukkan sikap aslinya hanya ketika nyaman dan Elea nyaman dengan Geff.

"Lo mau gak-? Ucapan Geff terpotong dengan dentingan yang menandakan pintu lift terbuka.

"Ya ampun kamu kemana aja sih sayang?"

"Anak papah baik-baik aja?"

"Elea maafin tante ya."

Baru saja pintu lift terbuka, Elea sudah diberondong pertanyaan dari keluarganya. Mamahnya sudah memeluk Elea sembari menangis.

"Bu Sarah, acara tinggal 1 jam lagi, Eric dimana?" Tanya Diana–mamah Elea–setelah memberhentikan tangisannya.

Sekarang mereka duduk di ruangan yang dikhususkan kepada anggota keluarga. Suasana ruangan itu begitu dingin, tak ada satu orang pun yang tersenyum. Apalagi wajah Wisnu–papah Elea–yang memerah karena marah.

"Maaf, Eric belum ketemu, Bu Diana," ucap Sarah–mamah Eric–dengan kepala tertunduk. Wanita itu tak mempunyai muka untuk menatap wajah calon besannya.

"Tanggung jawab anak Anda dimana?" Tanya Wisnu menggebrak meja. Wisnu tak terima anak kesayangannya diperlakukan seperti ini. Elea bukan perempuan yang pantas ditinggalkan.

"Pak Wisnu tenang dulu. Mungkin sebentar lagi Eric ketemu." Sandi–papah Eric berusaha menenangkan. Walaupun dalam hatinya dia ragu Eric akan ditemukan.

"Kalaupun Eric ketemu, saya tidak akan mengijinkan dia untuk menikahi anak saya." Putus Wisnu yang membuat seluruh mata menatap kearahnya.

"Maafkan kami, Pak. Saya tidak tau Eric bakal bertindak seperti ini," kata Sandi. Dia tak memiliki pembelaan apapun untuk anaknya, bahkan Sandi lebih memilih berpihak pada Elea. Sandi juga tak rela Elea menjadi istri seorang yang tak bertanggung jawab seperti Eric walupun itu anaknya sendiri.

"Sudah dari awal saya duga Eric bukan anak yang bisa bertanggung jawab. Kalau bukan karena Elea yang mau, saya tidak akan memberikan restu. Sekarang kita putuskan hubungan ini, Elea tidak akan menjadi menantu kalian," ucap Wisnu dengan tegas. Laki-laki itu memegang tangan anaknya untuk menyalurkan kekuatan.

Elea hanya bisa terdiam melihat perdebatan antara dua keluarga itu. Salahnya tidak menurut pada papahnya ketika menentang hubungannya dengan Eric. Elea pikir jika dia menikah dengan orang yang mencintainya semua akan baik-baik saja, ternyata tidak.

"Om, saya mau minta ijin." Sepenggal kalimat yang terlontar dari bibir Geff mengheningkan seluruh ruangan. Semua mata tertuju padanya, menunggu kelanjutan kalimat itu.

"Saya mau minta ijin nikahin Elea." lanjut Geff dengan yakin sembari menatap Wisnu.

"Kamu siapa?" Tanya Wisnu tak mengenal laki-laki yang tadi membawa Elea kembali. Dia tak sempat menanyakan hal itu.

"Dia anak sulung saya, Pak Wisnu. Geffrey de Parveen," ujar Sandi mengenalkan Geff. Hal itu akibat Geff tidak pernah ikut ke pertemuan keluarga sebelumnya, jadi mereka tak kenal.

"Darah yang mengalir pada kalian itu sama. Setelah apa yang dilakukan adik kamu kepada anak saya, kamu pikir saya akan merestui? Yakin kamu bertanggung jawab atas anak saya?" Tanya Wisnu dengan nada yang naik satu oktaf.

"Sabar, Pah." Sarah berusaha menenangkan suaminya yang sedang diliputi api yang membara.

"Kalau om tidak merestui karena saya punya hubungan darah dengan Eric, maaf om, Eric itu adek angkat saya. Saya dengan Eric bukan saudara kandung," ucapan Geff lagi dan lagi mengejutkan semua orang. Terlebih Elea, gadis itu bahkan melongo ditempatnya.

Elea salah gak sih kalau dia merasa senang sekarang? Rasanya beban yang ada di hati gadis itu mendadak menghilang. Pantas saja wajah Geff tak mirip sedikitpun dengan Eric. Geff berpuluh-puluh kali lebih tampan dan segalanya dari Eric si bajingan.

"Benar itu Bu Sarah?" Tanya Diana memastikan.

"Apa yang dikatakan Geff memang benar, Eric bukan anak kandung kami." Sarah membenarkan semua pernyataan dari Geff. Tak ada lagi yang perlu ditutupi. Sarah juga tak lagi menganggap Eric sebagai bagian dari keluarga Parveen akibat kejadian ini.

"Geff kamu serius? Ini pernikahan Geff, bukan main-main." Tanya Sandi memastikan kembali keputusan Geff yang menurutnya mendadak. Meski begitu, Sandi merasa senang Elea akan menjadi menantunya, dan lega karena suami Elea bukan orang yang tak bertanggung jawab.

"Iya pah." Geff menganggukkan kepalanya, laki-laki itu memusatkan pandangannya ke arah Elea.

"Pak Wisnu, saya mewakili anak saya, Geffrey de Parveen meminta ijin untuk menikahi anak bapak," kata Sandi mengambil perannya sebagai orang tua Geff.

"Kamu siap menikahi anak kesayangan saya, Geff? Kamu siap menafkahi dan bertanggung jawab atas kebahagiaannya?" Diana tak ingin salah lagi menilai calon suami anaknya. Walaupun ketulusan itu terlihat dari mata dan perbuatannya tadi ketika membawa Elea kembali.

"Om, tante, saya memang bukan laki-laki yang sempurna, saya juga tidak berjanji tidak akan menyakiti Elea. Tapi, saya berjanji akan selalu berusaha membahagiakan Elea." Geff menatap Diana dan Wisnu bergantian, meyakinkan mereka bahwa dia bersungguh-sungguh.

"Elea sayang, gimana nak?" Tanya Wisnu menanyakan pendapat anaknya. Wisnu akan menyerahkan semua keputusan pada Elea. Binar mata Elea ketika menatap Eric dan Geff sangatlah berbeda dan papah Elea menyadari itu.

"Kamu nikahin aku terpaksa?" Tanya Elea pada Geff.

"Gak, gue emang mau nikahin lo." Jawab Geff dengan cepat.

"Bukan karena kasihan Eric ninggalin aku?"

"Lo pikir gue sebaik itu?" Tanya balik Geff pada Elea.

Elea menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Geff memang baik, tapi pertemuan singkatnya dengan Geff membuat Elea tau Geff tak akan mempertaruhkan seluruh hidupnya dengan percuma.

"Elea mau, Pah." Jawaban Elea membuat seluruh ruangan menjadi hangat, aura dingin yang tadi dikeluarkan mendadak hikang.

"Saya mau ada perjanjian pranikah." Pinta Wisnu pada keluarga Sandi.

"Saya setuju," ucap Sandi tak keberatan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status