Share

3 - Harapan Elea

"Udah baikan?" Tanya Geff tak mendengar isak tangis Elea.

Elea melepaskan diri dari pelukan Geff, gadis itu sedikit malu karena menangis di depan Geff. Ditambah kondisi mukanya yang bengkak sehabis menangis. Elea hanya berharap make up-nya tidak luntur.

"Ke hotel ya?" Lanjut Geff membujuk gadis itu agar mau kembali ke tempat pernikahannya.

"Gak mau, males jalan." Elea menggelengkan kepalanya dengan mulut mengerucut.

"Gue gendong." Bujuk Geff lagi.

"Yey!" kata Elea antusias. Gadis itu menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri dengan riang.

Geff melihat respon Elea hanya bisa tersenyum. Lagi dan lagi dia tak habis pikir mengapa Eric bisa meninggalkan gadis selucu ini. Andai Geff yang bertemu Elea terlebih dahulu, mungkin mereka-. Ah sudahlah Geff.

"Siniin dulu sepatunya." Geff menyodorkan tangannya.

Elea memicingkan matanya ke arah Geff. Jodohnya ini ganteng sih, tapi kok pelit banget. Masa belum ada satu hari sepatu dipinjamkan udah diminta kembali. Tapi, tak apalah cinta itu buta dan tuli.

"Gak ikhlas ya ngasih ke aku? Baru dikasih udah diminta," ujar Elea.

Geff menghembuskan nafasnya pelan tak tau untuk keberapa kalinya hari ini. Berbicara dengan calon adik iparnya ini memang menguras energi dan mental.

"Ya lo kan gue gendong. Daripada itu sepatu gak guna di kaki lo, mending gue pake," ucap Geff sesabar mungkin.

Gadis itu melebarkan senyum di wajahnya. Tuh kan, dia yang salah, jodohnya ini sempurna. Ganteng, tinggi, baik hati, dan tidak pelit. Minus statusnya, yaitu kakak Eric. Tapi, Elea tak peduli.

"Oh iya ya. Ehehe nih." Elea melepaskan sepatunya lalu meletakkan di depan Geff. Laki-laki itu langsung memakai sepatunya.

Geff maju mendekati Elea, membalik badan, dan merendahkan tubuhnya. Elea mengernyitkan dahinya, Geff mau apa?

"Ayo naik." Laki-laki itu menepuk punggungnya kode agar Elea segera naik.

"Kok gak gendong depan?" Gadis itu masih diam di tempat, tidak mau naik ke atas punggung Geff. Elea tidak suka berada di belakang Geff, dia tidak bisa menikmati wajah tampan jodohnya itu.

Geff menegakkan tubuhnya, lalu membalik badannya, dan menatap Elea dengan lekat.

"Lo berat," ucap Geff.

"Ih aku gak berat." Elea menghentakkan kakinya pelan. Dirinya merasa dihina oleh jodohnya sendiri. Tak apa, Elea sabar asal itu Geff.

Gadis itu hendak menarik resleting gaunnya yang berada di belakang, tapi sebelum terlaksana sudah dihentikan Geff.

"Eh lo mau ngapain?" Kaget Geff dengan menggenggam tangan Elea yang tadi hendak melepaskan gaunnya.

"Copot gaunnya, biar kamu tau yang berat itu gaun," jawab Elea dengan enteng. Emang apa salah gadis itu. Dirinya memakai baju di dalam walaupun sangat pendek. Tapi kan biar Geff tergoda, mungkin.

"Gue tau lo gila, tapi gak gini juga dong." Geff menepuk bahu Elea pelan agar gadis itu segera sadar dari kegilaannya.

"Terus gimana? Aku maunya gendong depan." Tanya Elea cuman formalitas. Gadis itu tau Geff tidak bisa menolaknya sekarang.

"Ok fine." Putus Geff.

Laki laki itu mendekati Elea lalu menggendongnya ala bridal style. Geff melirik Elea yang berada digendongannya tengah tersenyum-senyum. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Sedangkan Elea, gadis itu bersyukur kepada Tuhan telah mempertemukannya dengan jodoh yang selalu ia minta. Mimpi yang dia nantikan tak sepenuhnya hancur hari ini, malah mungkin akan berakhir lebih bahagia walaupun dengan cara yang berbeda.

"Ngapain liat liat? Merem!" Suruh Geff kepada Elea. Entah kenapa Geff menjadi gugup ditatap gadis itu. Geff juga merasa hari ini panas padahal masih pagi.

"Liat jodohku ternyata emang ganteng banget ya." Elea mengangkat tangannya lalu mengelus pipi Geff pelan. Laki-laki itu tak menunjukkan penolakan, malah semakin menatap wajah Elea.

"Ehem, terserah." Geff mengembalikan kesadarannya setelah beberapa saat terlena dengan elusan Elea di pipinya.

Elea tak mengalihkan pandangannya sedikit pun ke arah lain. Gadis itu perlu merekam wajah Geff sebanyak mungkin di otaknya. Dia tak tahu apa akhir mimpi ini.

"Lho mas kawin lari?" tanya satpam yang melihat laki-laki menggendong wanita memakai gaun pernikahan.

"Gak, ini jalan kok." Elea menggelengkan kepalanya pelan, satpam kompleknya ternyata aneh ya. Orang jelas jelas jalan. Kapan-kapan dia harus ngobrol sama satpam kompleknya ini, menambah teman.

Elea memang baru saja pindah ke komplek ini satu minggu yang lalu. Rumah di komplek ini merupakan kado pernikahan dari kedua orangtuanya, makanya Elea belum mengenal satpam aneh itu.

"Diem." Bisik Geff agar Elea tak mengucapkan kalimat-kalimat aneh. Laki-laki itu tidak mau dicurigai membawa kabur calon istri orang lain.

"Bukan pak, ini kakinya keseleo, jadi harus digendong," bohong Geff. Kalau Geff berbicara apa adanya, bisa satu hari mereka bercerita.

Elea yang mendengar kebohongan Geff menggelengkan kepalanya pelan. Sepertinya setelah Geff memperbolehkannya berbicara, Elea akan menceramahi jodohnya itu tentang dampak dari berbohong kata mamahnya.

"Duluan ya pak. Acaranya mau mulai." Lanjut Geff berjalan cepat menuju mobilnya. Harusnya tadi dia parkir di depan rumah Elea saja.

"Lo kok diem?" Tanya Geff telah duduk di kursi pengemudi.

"Tadi disuruh diem, sekarang boleh ngomong?" Tanya Elea. Geff ini aneh, tadi menyuruh diam, sekarang Elea diam malah ditanya.

"Boleh." jawab Geff tersenyum kecil. Elea melihat senyum itu, gadis itu ingin sekali mencium pipi Geff yang menggemaskan.

"Bapaknya aneh ya Geff. Padahal kita jelas-jelas jalan, kok dibilang lari. Mana apa tadi katanya, 'kawin lari'? Emang bisa?" Tanya Elea setelah mengumpulkan pertanyaannya karena tadi disuruh Geff diam.

"Huft, gini ya gue jelasin. Kawin lari itu bukan lo kawin sambil lari. Tapi, lo nikah tanpa restu orang tua, jadi kayak lari dari ortu lo." Geff menerangkan dengan sesimpel mungkin agar dapat dimengerti otak Elea.

Elea mengangguk-anggukan kepalanya. Jadi maksud 'kawin lari' di sinetron yang mamahnya tonton adalah itu. Gadis itu pikir nikah sambil lari lari. Bagus, anaknya pasti akan pintar seperti Geff.

"Oo gitu. Berarti nanti kamu harus minta restu mamah papah aku dulu Geff." Simpul Elea setelah mendengar penjelasan dari jodohnya.

"Ngapain?" Tanya Geff melirik Elea sekilas karena harus fokus kepada jalanan.

"Kan kamu mau nikahin aku," jawab Elea menatap Geff dari samping.

"Ini jauh lho dari hotel. Lo tadi bisa sampe rumah pake apa? Mana nyeker gitu." Tanya Geff mengalihkan pembicaraan.

"Aku tadi bawa uang 200 terus naik taksi sampe rumah," jawab Elea pelan. Gadis itu tau Geff mengalihkan pembicaraan mereka.

"Mana uangnya?" Tanya Geff tak percaya. Jika Geff yang ditinggal nikah, mana bisa laki-laki itu memikirkan uang. Elea ada sisi warasnya ternyata.

"Gak ada. Aku kasih ke abangnya semua. Ribet bawa kembalian tau."

Geff menganggukkan kepalanya. Ini baru Elea. Masih ada sisi gilanya sedikit.

"Lo beneran bawa uang kan? Gak kabur?" Tanya Geff sekali lagi untuk memastikan.

"Ish beneran tau. Gak percaya banget."

Elea melipat tangannya di atas dada, bibir gadis itu mengerucut. Kenapa Geff terlihat meragukannya. Walaupun Elea berada di masa yang sulit, dia masih mengingat untuk membawa uang.

"Iya-iya." Geff menepuk kepala Elea pelan agar tak merusak tatanan rambut gadis itu, walaupun memang sudah berantakan.

"Jangan baik sama aku kalo gak mau nikahin aku." Elea menarik tangan Geff dari kepalanya lalu meletakkannya di paha laki-laki itu.

Geff tak suka dan tak mau menikahinya. Elea tau dan sadar. Sedari tadi dia hanya menghibur dirinya sendiri. Berharap Geff memang jodohnya walaupun cuma kecil kemungkinan. Namun, karena harapan itulah yang membuatnya bisa melewati masa sulit ini.

Elea tak tau apa akhir dari harapan ini. Berakhir bahagia seperti mimpinya yang menjadi kenyataan atau memang sekadar mimpi yang tak pernah terwujud. Elea hanya tau apapun akhir dari semua ini, Elea tak akan menyesal bertemu dengan jodohnya, Geff de Parveen.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status