Share

4

"Baju sudah, dalaman sudah, catokan...eh nanti aja pas h-1 deh," Gumam Nina. Ia kini tengah menyicil barang yang harus dibawa untuk 30 hari ke depan. Setelah kongkalikong yang cukup alot dengan Bapak tadi pagi. Akhirnya Bapak mengizinkan Nina untuk ke asrama dengan syarat harus mengirimkan kabar setiap hari ke rumah. Tentu saja hal tersebut juga disambut baik oleh ibunya. Ibunya akan memanfaatkan Nina sebaik mungkin untuk mendapatkan spoiler tentang pasangan-pasangan disana. Tanpa memikirkan anaknya akan mendapatkan jodoh atau tidak.

"Udah kamu berangkat kantor sana. Biar ibu yang beresin nanti." Ibunya datang menyeret koper Nina ke samping. Kemudian mulai menggeledah isi lemari Nina yang berisikan banyak sekali baju. Bahkan Bapak sampai harus membuatkannya walk in closet agar baju-baju Nina mendapatkan kesempatan muat ke dalam lemari.

"Kalau baju jangan ibu deh. Nanti Nina malah dipilihkan baju gamis lagi. Nina bukannya mau qasidahan ya, Bu," Protes Nina.  Nina masih ingat ketika pertama kali diajak oleh ibunya ke arisan. Saking malasnya, Nina memilih bersiap dengan hoodie pink dan training kesayangannya. Ibunya yang murka pun sontak memaksa Nina untuk segera berganti dengan baju pilihan ibu. Akhirnya, Nina harus rela memakai baju gamis dengan kerlap kerlip putih menyala seperti orang mau lebaran.

Ibunya kemudian berdecak, "Iya tahu. Tapi ibu juga nggak suka ya kalau Nina milih baju yang seksi-seksi. Digebuk Bapak pakai sapu lidi tahu rasa kamu."

"Nggak lah, Bu. Nina juga tahu malu kali," Bohong Nina. Padahal jauh di dalam pikirannya, Ia berencana menyelipkan satu crop top tali spagetti ke dalam kopernya nanti.

"Yasudah, berangkat sana. Calon penerus Bapak kok suka ngaret," Omel Ibu.

"Yasudah iya iya. Nina berangkat ya, Bu. Assalamualaikum"

***

"Wow, calon artis kita datang guys!" Teriak Sasa saat Nina memasuki area dapur. Seluruh karyawan pun ikut bersorak dengan ramai seolah memenangkan piala dunia. Nina kemudian mendesis, "Apaan sih!" 

"Party nggak nih, Bu bos?" Goda Hilman.

"Enaknya all you can eat kali ya." Timpal Sasa pula. Nina seketika melotot ke arah Sasa dan mengacungkan jari tengah. Gara-gara Sasa, Nina hampir saja dikeluarkan dari kartu keluarga oleh Bapak. Ingatkan Nina untuk meminta perhitungan dengan perempuan itu.

"Tambah gajih aja, Bu bos." Sahut manusia paling tak tahu diri bernama Nico.

"Nggak! Nggak ada party-party. Kerja lo semua. Kalau gue bangkrut lo pada bisa beli skincare gue?" Sewot Nina.

"Elah kaku amat Bu bos. Lama nih nggak makan korengan korengan," Kata Danu.

"Sontoloyo! Korea!" Omel Vivi, si paling fanatik Oppa Korea.

"Iya dah itu maksud gue." Danu kemudian meringis sebab Vivi tengah melayangkan tatapan tajam kepadanya. Fanatik Korea itu tidak akan segan untuk mencakar siapapun yang berani cari mati dengan apapun yang berhubungan dengan idolanya, termasuk negeri gingseng tersebut.

"Bisa. Lo yang bayar tapi ya, Nu," Nina menaik turunkan alisnya dengan usil. Danu, yang disebut namanya sontak memilih mengundurkan diri untuk kembali memasak.

"Dasar Danu pelit banget! Ultah tahun lalu aja bukannya traktir malah kita yang nombokin," Sasa mengomel. Ulang tahun memang masa paling ditunggu-tunggu oleh setiap karyawan Restaurant Nusantara. Karena siapa pun yang berulang tahun wajib mentraktir seluruh karyawan. Kecuali Danu, tahun kemarin yang seharusnya mentraktir mereka makan Sushi. Tapi Ia malah tidak membawa cash yang cukup sehingga mereka satu per satu harus ikut membayar atau akan diusir dari restaurant.

"Iya nih, Bang Danu belum bayar hutang traktiran tahun lalu ya," Karyawan termuda bernama Indah menyahuti.

Danu kemudian menggaruk kepalanya resah, "Gue kan nggak ada duit cash waktu itu. Mbanking juga nggak punya."

"Alah ngeles ae lo. Bilang aja bokek," Ejek Sasa.

"Sa, lo ngajak berantem?" Danu melangkahkan kakinya ke arah Sasa dan memiting leher Sasa. Gelut adalah ritual pagi yang tak bisa dihindarkan jika di dapur. Sebagai manajer, Nina kerap kali kesepian karena memiliki ruang sendiri di lantai dua. Hanya Nina yang bukan merupakan Chef disini, sedangkan rekan-rekannya beberapa memilih merangkap tugasnya.

Oleh karena itu, jika merasa bosan, Nina akan turun ke dapur melihat keadaan teman-temannya. Nina pasti akan sangat merindukan mereka selama 30 hari nanti. Nina mungkin akan tetap bisa pergi bekerja ke kantor, tapi sebagian besar pekerjaan akan Ia serahkan kepada Andre dan Bapak untuk membantu menghandle restaurant selama dirinya sibuk mencari jodoh nanti.

"Woy, kerja malah main kuda-kudaan lo pada," Andre menegur keduanya dengan nada bercanda. Namun, semua orang tahu, dia serius dengan ucapannya. Karyawan malah lebih patuh dengan Andre dibandingkan Nina. Karena sosoknya yang begitu tegas jika sudah di dapur. Tak ayal terkadang Nina akan mendengar suara bentakan dari lantai atas. Benar saja, mereka semua segera kembali mengurus masakannya masing-masing.

"Ngomong-ngomong, Nin. Kapan lo teken kontrak sama agensinya?" Sasa tengah sibuk meletakkan polesan terakhir di piringnya yang akan diantarkan oleh waitress. 

"Siang ini. Makanya gue mau izin istirahat agak lama nanti," Jawab Nina.

"Gue ikut ya!" Seru Sasa. Ia bahkan sudah siap ingin melepaskan apronnya.

"Heh! Jangan mentang-mentang lo sahabatnya Nina jadi semau sendiri ya, Sa. Ingat, anak lo di rumah lagi minum ASI pakai botol dot," Tegur Danu. Sasa membalasnya dengan cibiran pelan. 

"Ck, berantem mulu lo pada. Kalau aja Sasa belum nikah, udah gue seret kalian ke KUA." Nina terkekeh.

"IDIH! NAJIS!" Sahut Sasa dan Danu secara bersamaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status