Share

07. Segitiga Bermuda


       “Kamu?”

        Tristan tertegun saat melihat perempuan yang ada di hadapannya saat itu, ia adalah perempuan yang menghubunginya tempo hari. Dan kali ini perempuan itu menemuinya dengan penuh kekesalan ke tempat bekerja. Tristan hanya bisa berdiri mematung di sana saat kornea matanya bertemu dengan perempuan itu.

      “Iya, ini aku Tristan. Apa ada yang salah?” tanya Yerianna dengan wajah berbinar.

       “Yer... Yerianna,” gumam Tristan terbata.

         “Kenapa Tristan? Kok sepertinya kamu sangat kaget saat melihatku?” tanya Yerianna lagi, senyum yang terulas sangat manis di wajahnya kian menyusut.

       “Yerianna... aku ....”

       “Kenapa? Jangan seperti orang linglung seperti ini Tristan, katakan kepadaku kenapa kamu tertegun seperti itu?” tuntut Yerianna sembari memegang lengan kanan Tristan.

       Tristan menghela napas panjang sembari beristigfar dalam hati, kemudian berkata kepada beberapa satpam yang masih ada di sana, “Bapak, biarkan saya berbicara berdua dengannya... saya mengenalnya.”

      “Baiklah, Den.” Tanpa menunggu lama ketiga satpam itu pergi dari hadapan Tristan.

       Membiarkan Tristan dan Yerianna berdua di sana saling menatap tanpa adanya kesamaan lagi. Yerianna berulang kali menggoyangkan lengan Tristan berharap lelaki itu ingin menjawab pertanyaannya tadi.

       “Yerianna ... aku pikir sudah saatnya kita berpisah, aku sudah menikah, aku punya istri dan calon anak,” ujar Tristan dengan nada yakin.

        Yerianna terperangah, tak menyangka bahwa pujaan hatinya selama ini hanya mempermainkan perasaannya, Yerianna bersedekap menatap Tristan dari atas sampai bawah seolah jijik. “Bisa kamu berkata seperti itu Tristan? Kita sudah lama berpacaran, lantas dengan mudahnya kamu menikahi perempuan yang belum jelas hamil oleh siapa?”

        Tristan menghela napas, kemudian memegang bahu Yerianna, menenangkan perempuan itu agar lebih lapang dada. “Ikhlaskan aku Yerianna, mungkin ini memang sudah digariskan oleh Allah. Mungkin saja kita memang enggak jodoh, percayalah masih banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik dari pada aku.”

       “Pembohong! Pengkhianat! Suka sekali membual dan menyakiti,” ledek Yerianna dengan seulas senyum tipis dan mata berkaca-kaca.

       “Maaf Yerianna, aku benar-benar meminta maaf atas hal ini.  Aku benar-benar tidak bisa bersamamu lagi, aku juga tidak bisa meninggalkan Irina di saat seperti ini. Mencintai tidak harus memiliki, ‘kan? Tolong ikhlaskan aku untuk Irina,” ucap Tristan.

        “Kalau cinta memang tak harus memiliki, kenapa kamu bersikeras untuk menikahi Irina? Kata-kata itu lebih pantas itu dia, Tristan,” gerundel Yerianna dengan suara bergetar, tampak sebentar lagi buliran air mata itu akan jatuh.

         “Istighfar Yerianna... semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah, kita sebagai hambanya harus bisa menerimanya dengan ikhlas, dengar aku ... di luar sana masih ada laki-laki yang lebih baik untuk kamu,” kata Tristan lagi.

       Yerianna menampar Tristan cukup keras, membuat keduanya semakin tertegun oleh permasalahan rumit yang kini mereka hadapi, Yerianna merasa dikhianati dan tak ingin Tristan pergi bersama Irina sementara itu Tristan tak ingin meninggalkan Irina namun, tak ingin juga menyakiti hati Yerianna. Kisah percintaan mereka layaknya sebuah segitiga bermuda yang mempunyai banyak misteri yang sukar dipecahkan.

       “Jadi, sekarang kamu tidak menyukaiku? Kamu menyukai Irina?” tanya Yerianna lagi.

       “Irina ... aku ....”

        “Aku Yerianna bukan Irina, kamu memang berubah. Aku pikir setelah lima tahun berpacaran hubungan kita akan berakhir bahagia namun, nyatanya semuanya Cuma sekedar angan-angan,” ungkap Yerianna.

       Air mata itu sudah mengalir melewati wajah ranum Yerianna, membuat Tristan juga tak sanggup membiarkannya tetap menangis. Tristan memang laki-laki pengecut yang tidak bisa dengan tegas memilih apa yang akan dijalankannya.

       “Yerianna dengarkan aku, aku enggak bermaksud seperti itu,” gumam Tristan, “ Aku juga enggak tahu kalau pada akhirnya ini semua terjadi, aku enggak tahu semuanya akan jadi begini. Irina seperti ini juga karena aku, enggak mungkin aku meninggalkannya. Jadi ....”

        “Terserah kamu lah! Pilihlah apa yang kamu suka! Percuma saja mencintai orang bodoh seperti kamu!” cerca Yerianna memotong pembicaraan Tristan dan pergi dari sana masih dengan mata berair.

        Tristan tak ingin mengejarnya, bukan tak ingin memberikan penjelasan lagi kepada perempuan itu namun, jikalau ia mengejar Yerianna, perasaannya akan semakin tidak karuan menatapnya menangis. Tristan benar-benar merasa tambah bersalah hari ini, ia sudah membuat Yerianna menangis di tempat umum seperti ini.

       ***

      “Doamu khusyuk sekali,” gumam Doy sembari melipat sajadah yang ada di hadapannya.

        “Benar, khusyuk sekali sampai menangis. Tapi, Insya Allah kalau kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa pasti akan segera dijabah Allah,” kata Yudha, “ Oh ya ... tadi pagi itu, siapa?”

        Tristan menghela napas, kemudian menatap sejawatnya itu dengan seulas senyum terukir di wajahnya. “Tadi pagi itu Yerianna datang mencariku.”

       “Kalian bertengkar lagi ya? Apa Yerianna belum mengetahui kalau kamu dan Irina sudah menikah?” tanya Doy kemudian.

       “Aku sudah memberitahunya tentang pernikahanku dengan Irina, dan selanjutnya pasti kalian tahu apa yang Yerianna rasakan,” ucap Tristan.

       “Jodoh sudah ada yang mengatur Tris, mau berapa lama pun kalian berpacaran kalau Allah tidak merestui ya tidak akan pernah bersama juga,” urai Yudha.

       “Benar, kata Yudha. Jodoh adalah salah satu rahasia Allah SWT yang menjadi pertanyaan besar bagi manusia. Jodoh merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan tertulis dalam Lauhul mahfuz serta ditakdirkan oleh sebab-sebabnya,” Doy menimpali.

       “Banyak sudah contoh yang bisa diambil hikmahnya, banyak yang sudah berpacaran bertahun-tahun tapi, ujungnya mereka tak di Ridhoi oleh Allah dan enggak langgeng sampai pelaminan,” ujar Yudha kemudian.

        “Aku mengerti namun, menjelaskan ini semua kepada Yerianna sangatlah sulit,” ungkap Tristan.

       “Benar, aku tahu kok apa yang sekarang kamu rasakan, Tris. Teruslah berusaha dan berdoa, jangan pernah menyerah.” Yudha menepuk pundak Tristan dengan penuh energi penyemangat.

       Setelah beberapa menit mereka bercengkerama, Doy memutuskan untuk segera merapikan tempat ibadah tersebut yang terlihat sangat kacau. Sholat Ashar akan dimulai beberapa jam lagi namun, kondisi di tempat ibadah itu sangatlah tidak memungkinkan. Yudha pun ikut turun tangan karena merasa ikut andil juga dalam kebersihan tempat suci itu.

        "Jangan menyerah saat doa-doamu belum dijawab. Jika kamu mampu bersabar, Allah mampu memberikan lebih dari apa yang kamu minta,” ucap Doy kemudian.

       “Aamiin Allahumma Aamiin!” seru Yudha.

      “Oh ya, Tris. Hari ini habis Sholat Ashar kamu mau langsung menemui dokter itu ‘kan? Kamu habis menyapu lantainya, tolong kamu pergi temui Pak Agung untuk mengkonfirmasi beberapa biaya yang harus disetor seksi keuangan untuk real estate widuri,” kata Doy memberi perintah, “Ini sebenarnya bukan tugas kita sebagai humas tapi, ini titipan dari Juno tadi. Dia masih menghitung biaya lainnya yang mungkin akan selesai ba’da maghrib nanti.”

       “Baiklah, nanti aku akan menemuinya. Kamu tenang saja, kita bersihkan tempat ini dulu,” kata Tristan kemudian.

        Terlepas dari permasalahan cintanya, Tristan sangat bersyukur bisa memiliki teman yang mampu mendukungnya walaupun tidak seintens yang ia mau. Setidaknya sejawatnya masih bisa memberikan saran dan kritikan ketika dia merasa sangat terpuruk dan keblinger.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status