Turn Back Time

Turn Back Time

last updateHuling Na-update : 2022-11-24
By:Ā  UnichiasOngoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
24 Mga Ratings. 24 Rebyu
17Mga Kabanata
3.1Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:Ā Ā 

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

[Warning: Banyak kata-kata kasar berseliweran, jadi anak di bawah umur yang baca ceritanya, kata-katanya jangan ditiru ya] Irina. 22 tahun, masih cukup muda untuk berlayar di sebuah bahtera pernikahan yang legal atas agama dan negara. Semua rencana hancur berantakan karena sebuah masalah besar yang kini menghampirinya. Ia dijebak oleh seseorang yang ia tak tau siapa, ia dijebak dengan cara yang tidak rasional. Kini ia sedang hamil bayi seseorang yang ia cinta namun, tidak mencintainya. Bagaimanakah Irina bisa keluar dari persoalan rumit ini? Akankah ia melakukan jalan setan untuk segera keluar?

view more

Kabanata 1

01. Awal Masalah

Prolog

     "Irina, tolong makan sedikit saja. Calon anak  kita perlu makan, jangan menyiksa dia seperti ini." Entah sudah berapa kali Tristan meminta istrinya itu menyentuh makanan yang sudah mendingin di atas meja ruang tamu.

        Irina, wanita itu tampak lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya kuyu menahan pilu, matanya sendu menyimpan air mata yang tak sanggup lagi ia turunkan, sesekali matanya bergetar ingin menumpahkan emosi yang tak kunjung juga mereda.

        "Bagaimana kalau aku dulang?" tanya Tristan.

       Irina diam, pandangan matanya nanar menatap lurus ke depan. Tristan menghela napas pelan, lantas duduk di samping Irina. Tristan tahu bahwa perempuan yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu masih belum bisa menerima kenyataan dengan sepenuh hati tapi,  walaupun begitu Tristan harus tetap menepati janjinya sendiri. Ini kesalahannya  dan tak mungkin pula Tristan akan melukai Irina sekali lagi.

       "Irina, tolong dengarkan aku ... calon anak kita perlu makanan yang bergizi agar dia bisa tumbuh dengan sehat di dalam perutmu," ucap Tristan seraya mengambil tangan kurus Irina, berharap perempuan itu akan merespons perkataannya.

       "Pergi saja." Satu kalimat keluar dari bibir kering nan pucat milik Irina.

      "Irina, tolong jangan seperti ini. Jangan menyiksa dirimu sendiri," kata Tristan, "Aku tahu seharusnya ini semua enggak pernah terjadi tap—"

       "Lebih baik kamu pergi sekarang!" ketus Irina.

       Tristan mengangguk dan mencoba mengontrol emosinya yang sedari tadi tertahan dan hampir saja meledak, Tristan tetap menggenggam tangan Irina hingga perempuan itu mencoba melepaskannya dengan paksa lantas mengambil sebilah pisau roti yang ada dari atas nampan kayu yang ada di hadapan mereka.

       "Irina, apa yang ingin kamu lakukan?!" tanya Tristan agak terkejut.

       "Aku benci kamu! Aku benci bayi menyebalkan ini! Aku benci semuanya!" jerit Irina, tiba-tiba menjadi histeris seperti orang kesurupan.

        Irina belakangan ini memang sering menjadi histeris, mudah tersinggung, dan menangis. Irina menjadi seperti itu karena perbuatan Tristan, kalau saja Tristan tak membohongi Irina malam itu mungkin saja Irina masih baik-baik saja sekarang.

       Irina hendak menggoreskan mata pisau roti ke pergelangan tangannya namun, dengan sigap Tristan menahannya. "Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan nekat, Irina!"

        "Lepaskan, Tristan! Aku mau mati! Lepaskan! Jangan menghalang-halangi aku lagi!"

       "Enggak, kembalikan pisau itu," gumam Tristan bersusah payah mengambil alih pisau roti dengan mata bergerigi itu—walaupun mungkin saja sia-sia.

        Setelah Tristan berhasil mengambil alih pisau roti tersebut Irina menangis histeris, terisak tak karuan seperti seorang bocah berusia empat tahun yang tak dibelikan permen cokelat oleh ibunya, Irina meraung sembari memukuli bahu Tristan yang berusaha menenangkannya.

       "Maaf, Irina ... aku benar-benar minta maaf." Hanya kalimat itulah yang keluar dari mulut Tristan ketika melihat Irina menangis sesenggukan.

       Sementara itu tangan kanannya sudah menggenggam botol spray kloroform pemberian dokter tempo hari, dengan cepat Tristan menyemprotkan cairan bius itu ke selembar tissue dapur dan membungkam Irina  sesegera mungkin. Tristan terpaksa melakukan hal itu karena ia tidak ingin Irina menjadi lebih histeris lagi, ia juga tak sanggup untuk menangani Irina seorang diri. Ia butuh orang lain untuk membantu merawat Irina.

***

        "Kamu yakin dia baik-baik saja?" tanya seorang laki-laki muda kepada Tristan yang sedang duduk dengan posisi kepala menunduk.

       "Seharusnya begitu, Doy. Tapi, aku juga enggak bisa seperti ini terus ... Irina bisa saja melakukan hal-hal yang lebih parah lagi dibandingkan itu, bisa saja ia bunuh diri dengan cara yang lain, aku benar-benar membutuhkan perawat untuk mengawasi Irina di rumah saat aku bekerja,ā€  jawab Tristan sedikit tak bersemangat.  

        "Kenapa kamu enggak menelepon sahabat Irina untuk membantumu? Bukankah dia punya dua  sejawat?ā€ tanya Doy kemudian.

       Tristan menghela napas panjang. "Permasalahannya adalah, Irina enggak mau bertemu siapa pun. Ia akan menjadi sangat histeris kalau bertemu orang lain.ā€

        "Sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai Irina menjadi depresi seperti itu?" celetuk salah satu rekan kerja Tristan yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

       Tristan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya merasa amat bingung, sementara Yudha dan beberapa rekan kerjanya yang lain sudah mempunyai hipotesis argumentatif untuk kejadian yang menimpa Tristan sekarang.

       "Jangan bilang kalau kamu memang sengaja ingin menjebak Irina dengan beberapa orang itu?" tebak Yudha.

       "Yudha, kamu kok bisa-bisanya berkata seperti itu? Kamu ā€˜kan enggak tahu kejadian yang sebenarnya seperti apa jadi, jangan berspekulasi seperti itu," timpal Doy berusaha mencairkan suasana ruangan itu yang mendadak menjadi tegang.

       ā€œLagi pula siapa yang enggak mempunyai pemikiran seperti itu, Doy? Kita tahu sendiri kalau Tristan lah alasan Irina untuk selalu bertahan,ā€ ucap Yudha. ā€œAku berkata seperti ini bukan karena tertarik kepada Irina tapi, karena aku juga mempunyai kakak dan adik perempuan.ā€

     Tristan mengusap kasar wajahnya mencoba mencari jawaban dalam kegelapan sanubari. Mencoba mencari setitik embun yang rela turun di padang pasir yang gersang. Namun, sekali lagi ia gagal untuk menemukannya, Ia tak bisa mencarinya sendirian karena ingin segersang apa pun sebuah padang pasir bila diarungi sendiri maka percuma saja. Jawaban itu tak diketemukan.

        "Ini semua berjalan di luar rencana awal, Yudh. Kamu tahu itu tapi, semuanya sudah kejadian,ā€ jawab Tristan pasrah.

        Yudha menyeringai kecil. ā€œSemuanya memang sudah terjadi, dan apa salahnya kamu menjelaskan secara rinci apa tujuan awal kamu ingin mengerjai Irina.ā€

       "Sudah kukatakan berulang kali kalau aku hanya ingin bercanda, enggak seperti yang kalian pikirkan sebelumnya. Aku sama sekali enggak merencanakan hal buruk untuk Irina," ujar Tristan penuh penekanan di setiap suku kata.

       Sebagai pihak penengah, Doy menepuk pundak Yudha pelan agar laki-laki itu diam sejenak. "Di sini kita hanya orang yang enggak mengerti masalah inti yang sekarang melilit kehidupan Tristan tapi, ada baiknya kita membicarakan ini sama-sama dengan berbagai kacamata. Kita enggak bisa menyelesaikan permasalahan ini hanya dengan satu kacamata."

        Yudha menggeleng pelan. "Astaghfirullah, Aku minta maaf, Tris. Aku  enggak bermaksud seperti itu, aku terbawa emosi."

     Tristan terdiam, menangkup wajahnya dengan kedua tapak tangan. Ia tak habis pikir segala sesuatu yang ia rencanakan malah berubah drastis. Tristan mencelakakan Irina secara kebetulan, dan itu adalah momok baginya saat ini.

      "Aku benar-benar minta maaf atas perkataanku tadi, Tris. Aku mengerti perasaan kamu saat ini, lebih baik sekarang kita ambil wudhu dan sholat dzuhur sebelum habis waktunya," ujar Yudha kemudian.

      "Benar. Sekarang sudah waktunya untuk sholat dzuhur, lebih baik kita ke ruang ibadah sekarang, kita adukan semua masalah kita kepada-Nya agar diberikan kemudahan," tambah Doy sembari melepaskan blazer yang dikenakannya.

       Tristan tertegun sejenak, menatap kedua sejawatnya itu dengan sangat canggung. ā€œTapi, aku jarang sholat, apa doa yang aku panjatkan akan dijabah?ā€

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

10
100%(24)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
24 Mga Ratings Ā· 24 Rebyu
Sulatin ang Repaso
user avatar
Liliss354
Keren kak ceritanya, alurnya menarik dan bikin penasaran 🄰 Semangat up kakak:)
2021-05-21 14:06:32
1
user avatar
Arummsukma
Ceritanya keren. Bikin penasaran. Lanjut trs thor upnya šŸ”„
2021-05-21 11:02:08
1
user avatar
Key Nara
Titik utmnya cinta tak brbalas y..ringan but bikin penasaran. lanjut thor
2021-05-21 11:01:35
1
user avatar
Rosabella Doutzen
Ceritanya ringan tapi, bikin penasaran
2021-05-21 10:23:08
1
user avatar
Melda Fitri
Konflik nya nyesek banget, semangat up Thor šŸ’ŖšŸ„°šŸ‘
2021-05-21 10:14:15
1
user avatar
RidaPrilia
Semangat kakakšŸ°šŸ˜
2021-05-21 10:10:44
1
user avatar
Jana Indria
woow, keren pakek banget, neeeext dong, please. banyakin bab dong, jangan banyakin penasaran šŸ„°šŸ˜šŸ„°
2021-03-01 21:17:06
1
user avatar
Rinia
Ish ngidamnya...
2021-02-28 16:19:21
1
user avatar
Nyi Ratu
ceritanya kereen lanjut update dong
2021-02-28 11:59:42
1
user avatar
Febell Ardyanovela
Ayo dong thor updet teros!
2021-02-27 09:34:34
1
user avatar
Naomi Vanilalin
Lanjut thor
2021-02-27 09:25:40
1
user avatar
Zachary Namja Soak'Yd
Goodgan, trus q bekarya
2021-02-27 09:17:38
1
user avatar
Tscus
Judulnya mirip judul music vedeo wayv
2021-02-27 09:13:58
1
user avatar
Nyung Seb
Semangat thor🄰
2021-02-27 09:07:43
1
user avatar
Bae Ji Han
Sumpah keren, lanjut thor. Q tunggu semuanya
2021-02-27 09:02:31
1
  • 1
  • 2
17 Kabanata
01. Awal Masalah
Prolog     "Irina, tolong makan sedikit saja. Calon anak  kita perlu makan, jangan menyiksa dia seperti ini." Entah sudah berapa kali Tristan meminta istrinya itu menyentuh makanan yang sudah mendingin di atas meja ruang tamu.        Irina, wanita itu tampak lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya kuyu menahan pilu, matanya sendu menyimpan air mata yang tak sanggup lagi ia turunkan, sesekali matanya bergetar ingin menumpahkan emosi yang tak kunjung juga mereda.        "Bagaimana kalau aku dulang?" tanya Tristan.       Irina diam, pandangan matanya nanar menatap lurus ke depan. Tristan menghela napas pelan, lantas duduk di samping Irina. Tristan tahu bahwa perempuan yang sekarang sudah sah menjadi istrinya itu masih belum bisa menerima kenyataan dengan sepenuh hati ta
last updateHuling Na-update : 2020-12-28
Magbasa pa
02. Taubat Nasuha
       Tristan mengusap pelan wajahnya dengan tangan kanan setelah memberikan salam di tasyahud akhir. Ia melipat kedua kakinya menjadi satu dan menyatukan tangan di depan dada untuk berdoa, mengadukan segala masalah yang saat ini melilit hidunya kepada sang Ilahi.     Dengan sangat khusyuk ia menceritakan segalanya, tentang kegundahannya, tentang kebodohannya,  tentang kejahatannya selama ini hingga tanpa terasa butiran bening itu menetes dari matanya. Kondisi ruangan ibadah sudah nyaris sepi karena jam sudah hampir setengah satu siang hanya tinggal beberapa rekan kerja Tristan yang merapikan karpet.       ā€œYa Allah, sungguh, aku memohon kepada-Mu maaf dan kekuatan pada agama, dunia, dan akhirat. Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku
last updateHuling Na-update : 2020-12-29
Magbasa pa
03. Barak Senja
       ā€œIrina,ā€ panggil Tristan sembari membuka sebuah pintu kayu jati yang masih tertutup rapat, Ia masuk ke dalam ruangan berukuran 3 x 4 meter itu sedikit gugup.       Tristan melihat Irina terduduk di lantai dengan tangan yang berdarah, dengan segera Tristan menghampiri Irina membawa sebuah kemoceng yang tergantung di dekat pintu masuk. Dengan sangat panik Tristan mengumpulkan pecahan beling tersebut, keringat dingin sudah mengucur dengan deras saat melihat luka Irina yang terus mengeluarkan darah.       ā€œTunggu sebentar aku akan mengambil air untuk membersihkan lukanya, tahan dulu dengan ini,ā€ kata Tristan sembari memberikan sebuah sapu tangan seperti handuk kepada Irina.       Irina diam tak bergeming, membuat Tristan menghela napas panjang diambang emo
last updateHuling Na-update : 2020-12-30
Magbasa pa
04. Mimpi Buruk
        ā€œKalau mendadak kamu melupakanku, jangan pernah mencariku lagi karena mungkin aku juga sudah melupakanmu.ā€       Perkataan menohok dari Irina tadi sore amatlah membekas dalam ingatan Tristan, bahkan dalam keadaan sholat pun ia masih terpikirkan perkataan Irina, membuat sholatnya sedikit tak khusyuk. Tristan tahu dengan jelas apa maksud Irina tadi, hal itulah yang membuatnya merasa tertohok.      Tristan mengecewakan Irina bukan hanya sekali saja namun, berkali-kali hingga tak terhitung jumlahnya. Irina masih saja berusaha meyakinkan Tristan bahwa ia menyukainya, dan sangat berusaha membuat hati Tristan terbuka untuknya. Berkali-kali terjatuh namun, tetap berpura-pura tak terluka itulah Irina, berulang kali Tristan mengerjainya berulang kali juga Irina terlihat baik-baik saja, bahkan Irina tak p
last updateHuling Na-update : 2020-12-31
Magbasa pa
05. Bukanlah Permainan
        Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun, Irina belum juga bangun. Ia masih terbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi setengah badannya. Tristan sudah sedari tadi membawakan sarapan untuk Irina, yang mungkin saja saat ini makanan itu sudah mulai menjadi dingin.       ā€œKok belum di makan sih sarapannya? Apa kamu mau sesuatu yang lain?ā€ tanya Tristan entah sudah ke berapa kalinya.      Irina diam seribu bahasa, tak ingin menjawab ataupun berinteraksi dengan Tristan sebagaimana mestinya sepasang suami istri. Mereka lebih terlihat seperti musuh dibandingkan sepasang suami istri. Tak seberapa lama Tristan menghampiri Irina dan mengambil piring berisi makanan itu berniat untuk menyuapi Irina.       ā€œPengen aku dulang?ā€ tanya Tristan sembari menyodorkan ses
last updateHuling Na-update : 2021-01-01
Magbasa pa
06. Keputusan Mama
      ā€œApa kata dokter tadi?ā€ tanya Marrey tampak bingung dengan wajah Tristan yang terlihat bimbang setelah menelepon dokter itu.       Tristan duduk di hadapan Marrey, melipat kedua tangannya dengan rapi.  ā€œDokter Oriche mengatakan bahwa Irina bisa sembuh dengan terapi.ā€        ā€œKalau begitu langsung kita ambil saja,ā€ ujar Marrey cepat.          ā€œMama setuju dengan terapi yang akan dilakukan oleh mereka? Kalau Mama setuju besok setelah pulang kerja aku akan menemui Dokter Oriche untuk membicarakan ini,ā€ kata Tristan kemudian.        ā€œKalau tujuannya baik, pastinya Mama setuju,ā€ balas Marrey.       ā€œBaiklah, Ma. Aku akan menengok Iri
last updateHuling Na-update : 2021-01-02
Magbasa pa
07. Segitiga Bermuda
       ā€œKamu?ā€        Tristan tertegun saat melihat perempuan yang ada di hadapannya saat itu, ia adalah perempuan yang menghubunginya tempo hari. Dan kali ini perempuan itu menemuinya dengan penuh kekesalan ke tempat bekerja. Tristan hanya bisa berdiri mematung di sana saat kornea matanya bertemu dengan perempuan itu.      ā€œIya, ini aku Tristan. Apa ada yang salah?ā€ tanya Yerianna dengan wajah berbinar.       ā€œYer... Yerianna,ā€ gumam Tristan terbata.         ā€œKenapa Tristan? Kok sepertinya kamu sangat kaget saat melihatku?ā€ tanya Yerianna lagi, senyum yang terulas sangat manis di wajahnya kian menyusut.       ā€œYerianna... aku ....ā€
last updateHuling Na-update : 2021-01-03
Magbasa pa
08. Merakit Tumpuan
          Tristan berjalan sedikit terburu-buru memasuki sebuah ruangan kecil berukuran 4 x 3 meter bernuansa putih gading  vintage, tanpa lupa ia membawa beberapa buah tangan di tangan kanannya.         ā€œAssalamualaikum, Dok. Maaf saya agak terlambat dari jadwal yang ditentukan,ā€ gumam Tristan saat baru saja menatap Dokter perempuan di ruangan itu.          ā€œPak Tristan enggak terlambat, kok. Saya juga baru saja selesai melakukan tugas saya,ā€ balas Dokter Oriche.         ā€œOh iya, Dok. Ini saya bawakan beberapa buah tangan untuk Dokter.ā€ Tristan menyodorkan tas karton yang ada di pegangannya kepada Dokter Oriche.         ā€œKenapa Bapak membawa buah tangan seperti ini? Di  mana Bu Irina?ā€ tanya Dokter Ori
last updateHuling Na-update : 2021-01-04
Magbasa pa
09. Mediasi
            Pagi-pagi sekali Tristan sudah membangunkan Irina dengan sedikit usaha agar Irina mau diajak pergi ke rumah sakit siang itu walaupun beberapa kali malah membuat Irina histeris sendiri, Tristan tahu dengan jelas bahwa Irina masih sangat takut dengan lingkungan luar, hal itulah yang justru membuat Tristan merasa Irina harus pergi hari terapi hari ini.       Setelah selesai menunaikan sholat dhuha, Tristan segera mencari long cardigan untuk Irina agar ia tidak kedinginan saat di perjalanan karena dari tadi subuh rintik hujan sudah membasahi daerah ini hingga saat ini. Tanpa lupa Tristan juga mencari masker wajah dari dalam lemarinya untuk Irina agar tidak merasa begitu gugup menghadapi orang lain di rumah sakit nanti.       Hal itu sudah Tristan persiapkan dengan matang dari kemarin, bahkan kemarin ia harus begadang hanya untuk m
last updateHuling Na-update : 2021-01-29
Magbasa pa
10. Perkara Elusif
           ā€œIrina ... bangun sayang ... sudah hampir Ashar.ā€           Irina mengerjapkan mata beberapa kali saat mendengar suara dan sebuah usapan pelan di puncak kepalanya, ia sedikit terkejut karena menyadari bahwa dirinya sekarang sudah berada di kamar dengan selimut menutupi tubuhnya hingga pinggang.          ā€œKamu ketiduran saat psikoterapinya selesai, kata dokter Laurent hal itu wajar-wajar saja jikalau pasien yang menjalani hipnoterapi tertidur.ā€ Tristan berkata seolah menyadari kelinglungan Irina saat itu.          Irina menghela napas saat mendengar perkataan Tristan namun, masih enggan untuk bangun dari tempat tidur karena merasa sangat pusing. Irina kembali berbaring, memunggungi Tristan yang masih berusaha membangunkannya.  
last updateHuling Na-update : 2021-01-30
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status