“Dia Ellena ... dia anak suamimu. Aku dan Tuan Arnold dikenalkan juga oleh Tuan Criss,” batin Gea. Rasanya ia ingin sekali mengatakan hal tersebut.
Namun, kembali lagi, Gea tak mau menyakiti hati Bella. Sebagai sesama wanita, ia pun tak mau sampai mengalami hal seperti itu. "Aku enggak sejahat itu," batinnya.
Ya, begitulah sifatnya. Ia rela menderita dan mengubur niatnya untuk berkata yang sebenarnya.
“Biar, biar waktu yang mengungkapnya,” pikir Gea sambil menatap kebersamaan Bella dengan Keysha.
Mereka terlihat sangat bahagia. Gea pikir, mana mungkin dirinya sanggup menghancurkan keluarga yang bahagia itu?
Mata Bella kini tertuju pada Gea. Ia menunggu sebuah jawaban, bahkan sampai berhenti menyuapi Keysha. Bella merasa hubungan Gea dengan Arnold terlalu aneh. Terlebih Arnold adalah teman Criss juga.
“Dia ... Ellena. A-aku dan Tuan Arnold enggak sengaja bertemu dulu,” jawab Gea tanpa menatap lawan bicaranya.
“Oh ... begitu.” Be
Rasanya jadi pengen ikut nangis 😭 Tisu mana tisu? Jangan lupa vote! 🤧🤧🤧
Bella bukan anak kecil lagi. Ia tak sepolos yang Criss pikirkan. Bagaimana pun, semua yang Bella lihat dengan mata kepalanya sendiri adalah hal nyata. Bagaimana bisa ia mengacuhkan bukti nyata itu?Gerak-gerik Criss membuatnya semakin curiga. Terlebih Arnold, yang menghubungi suaminya itu tempo hari. Tanpa sepengetahuannya, Criss pergi dan meninggalkan pertanyaan di kepala Bella.“Apa yang ditemuinya itu Arnold atau ... Gea? Apa donat itu hanya alasan saja?” pikir Bella.Kepala Bella seakan mau pecah saat terus memikirkan hal tersebut. Kini, saatnya ia mendapatkan jawaban atas semua kecurigaannya.“Ma-maksudnya?” tanya Criss.“Apa waktu itu kamu menemui Gea, bukan Arnold? Donat? Haha. Aku tahu jika donat itu hannyalah kambing hitam,” kata Bella.Criss mulai panik mendengar apa yang baru saja Bella katakan. Ia benar-benar terpojok. Sementara Bella menarik nafas panjang dan kembali mengusap air matanya.
Hari demi hari berlalu. Bella masih saja mendiamkan Criss. Tak pernah ada lagi komunikasi di antara mereka setelah pengakuan yang sangat mengejutkan dari Criss. Bahkan tanpa sepengetahuan Ana dan George, mereka sudah tidur secara terpisah.Criss dan Bella memang tetap makan dalam satu meja. Mereka terkadang terlihat baik-baik saja saat di hadapan Ana dan George. Namun, kali ini Bella seakan tak bisa menahan perasaan kesalnya lagi pada Criss.“Ini untukmu.” Criss memberikan lauk kesukaan Bella. Ia taruh sayap ayam itu tepat di atas nasi putih yang ada di piring istrinya. Berharap hati Bella akan luluh jika diberi perhatian-perhatian kecil.Namun, harapan itu pupus seketika karena Bella malah memberikan sayap ayam itu pada kucing yang ada di rumah.Tentunya perasaan Criss terluka akan hal itu. Ia terlihat sedih. Akan tetapi, kembali lagi, memang ia pun pantas mendapatkan hal tersebut. Criss pikir, hati Bella lebih terluka dibanding dengan yang dialaminya barusan. Yang Cris
"Bella ...." Criss memegang lututnya kuat-kuat. Menengadah, menatap istrinya yang kini telah meragukan cintanya."Cepat katakan siapa yang kamu pil–”Criss yang berlutut segera berlari dan mencium istrinya itu. Mulut Bella dibungkam seketika.Pautan itu terasa berbeda, ada gejolak emosi di sana. Bella menitikkan air matanya lagi. Ia berusaha melepaskan diri. Namun, Criss tak mengizinkan. Ia sangat takut kehilangan. Perlahan ia membimbing Bella agar bersandar di dinding. Kedua telapak tangan Criss menyentuh dinginnya tembok, menghalangi pergerakan istrinya itu.Saat pautan itu terlepas, keduanya berusaha mencari udara. Mengatur nafas. Terlihat dada Bella yang naik-turun, terasa sesak."Bella ... aku mencintaimu. Enggak ada wanita lain,” ucap Criss dengan nafas yang tersengal-sengal."Criss ....""Aku mencintaimu, Bella!" teriak Criss.Bella bergegas memeluk Criss. Ia sudah tak peduli dengan gengsi dan kemarahannya."Ucapkan lagi! Kumohon ...," pinta Bella.
Tap! Tap! Tap!Derap langkah kaki semakin terdengar kencang dan membuat Bella yang sedang mandi pun segera meraih handuknya. Ia belum terbiasa dan masih beradaptasi tinggal di rumah mertuanya."Siapa?" gumamnya agak takut.Kaki kecilnya melangkah keluar dari bath up yang penuh dengan bunga mawar. Ia lalu berhenti di pintu kamar mandi. Dengan ragu ia putar pegangan pintu itu.Ceklek!"Ah, enggak ada siapa-siapa," katanya. Mata Bella berkeliaran melihat sekeliling kamarnya. Tidak ada tanda kehidupan di sana.Ia pun kembali melepas handuknya dan melanjutkan aktivitasnya yang terganggu. Kali ini ia tidak berendam. Ia berdiri hingga air dari shower membasahi tubuhnya. Ia sangat menikmati rutinitasnya di pagi hari, setelah sang suami pergi ke kantor.Setelah mandi, lalu ia menuju ke lemari. Ia memilih pakaian yang akan dikenakannya hari ini. "Aku harus terlihat selalu cantik. Chiko pasti akan sangat senang. Bagaimana pun kami 'kan masih pengantin baru. Hihi," gu
Bibir Bella menjadi bahan utama untuk menikmati sensasi itu. Semua lekuk tubuhnya disentuh dan tak ada yang terlewatkan. Hingga dengan kasarnya sang pria mengentakkan miliknya pada sang wanita.“Pelan-pelan!" rintih Bella. Ia meringis.Ini adalah kali pertamanya bagi Bella melepas mahkota yang selalu dijaganya mati-matian.Sang pria seakan tak mendengar dan semakin gencar melakukan aksinya. Bella sangat menikmati. Fantasinya kini terwujud. "Akhirnya kamu mau menyentuhku," katanya.Bella sama sekali tak peduli dengan kesakitan yang diberikan. Semakin cepat sang pria itu menghantamkannya hingga sampailah pada puncak batasnya. Bella yang kelelahan pun tertidur.*** Keesokan harinya, Bella bangun pagi sekali agar bisa melihat sang suami. Senyum Bella mengembang saat melihat Chiko masih tertidur lelap di sampingnya."Kamu kalau lagi tidur kelihatan kaya lugu, tapi ... tadi malam itu, kamu garang banget! Hihi."Bella menyingkirkan
"Diamlah!" bentak Jasson pada Bella. Matanya merah melotot hingga membuat siapa pun yang melihatnya menjadi sangat ketakutan. Bella merasakan lututnya gemetar, ia benar-benar merasa ketakutan sekarang. Namun, Jasson tak peduli, ia mendekat dan mengunci tubuh Bella."Enggak! Jangan, Pa!" Bella meronta. Jantung Bella seakan berdetak kencang tak beraturan. Keringat panas dan dingin mulai membasahi tubuhnya. Ia berusaha keras untuk meloloskan diri. Namun, Jasson dengan akal liarnya malah melepas dasi di lehernya dan mengikat kedua pergelangan tangan menantunya."A-apa yang akan Papa lakukan?" Bella ketakutan setengah mati. Tangan dan kakinya gemetar hebat. Ia berusaha untuk meronta dan melawan, tapi apalah daya tenaganya kalah kuat dibandingkan tenaga Jasson."Tolong!" teriak Bella di sela-sela isak tangisnya."Diam!" bentak Jasson lagi.Jasson yang cemas karena takut aksinya diketahui seseorang, segera membekam mulut Bella dengan telapak tangan kanannya.“Berhenti ber
"Aku ... diceraikan Chiko. Katanya dia enggak mau nerima barang bekas," kata Bella sambil menunduk dan menyembunyikan wajahnya di antara rambutnya yang terurai. Malu. Air matanya terus mengalir deras."Biadab! Seenaknya mereka berkata itu pada putriku,” ucap sang papa.George menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir dengan kelakuan keluarga yang sudah menjadi besannya itu."Tenanglah, Pa!" ucap Ana. Ia tak mau jika sampai terjadi yang tidak-tidak.Ketika amarah George tak tertahankan, ia biasanya akan merusak beberapa barang di rumahnya. Ia juga akan melempar benda apa saja yang berada di dekatnya."Enggak bisa! Kita harus segera bertindak,” berang George."Sabar, Sayang! Kita tunggu aja besok. Kasihan Bella," ucap Ana sambil mengelus dada dan pundak suaminya.George terdiam. Matanya sudah memerah. Namun, ia kembali menatap iba anak semata wayangnya yang malang itu.“Bawa dia masuk!” suruh George sambil menjatuhkan kembali dirinya ke sofa dan menghe
Bab 5"Turun ranjang maksudmu?" George tak mengerti apa maksud dari menantunya yang tidak bisa diandalkan itu.George melipat tangan di dada. Ia berpikir keras. "Itu memang bisa dilakukan jika kamu sudah tiada. Sudah mati,” tambahnya."Ya, anggap saja saya sudah mati," ucap Chiko. Ia berdiri dan sama sekali tak menghormati keberadaan orang tua Bella. Lalu ia pergi sambil mengangkat tangannya."Chiko ...," sebut Bella. Ia memanggil nama suaminya.Bella sangat kecewa pada Chiko yang tidak mau memperjuangkan bahtera rumah tangganya."Enggak ada pilihan lain, Sayang. Menikahlah dengan Criss!" ucap George. Ia tak memaksa Chiko karena ia pun sudah sangat kecewa terhadapnya.George segera menarik kerah baju Criss. Namun, Criss tak menampakkan rasa takut. Ia menatap tajam orang yang akan menjadi mertuanya.“Aku akan menyerahkan anakku padamu. Tapi, jika kau membuat kesalahan dan membuat anakku bersedih seperti perlakuan Kakakmu, aku tak segan-segan akan menjeblosk