Share

Bab 3

Author: Hanni Hann
last update Last Updated: 2025-04-21 08:53:19

Sarah melangkahkan kakinya ke arah pintu depan setelah mendengar nada ketukan yang tidak asing baginya. Jantungnya berdegup tidak karuan, hatinya terus menerka-nerka apakah suami dan iparnya berhasil pulang dengan selamat atau justru malah sebaliknya.

Matanya terbelalak ketika melihat sosok suaminya yang penuh debu dan beberapa bercak darah di beberapa bagian tubuh kekar itu. “Nathan! Apa yang terjadi? Dimana Hana dan Ethan?” tanya Sarah sambil mengguncangkan tubuh suaminya. Tanpa aba-aba, Nathan memerangkap Sarah dalam pelukannya, tangis yang sedari tadi ditahan oleh Nathan akhirnya pecah juga.

Tanpa bertanya lebih lanjut, Sarah seolah mengetahui apa yang terjadi namun hatinya seakan menolak mempercayainya. Dadanya kembang kempis seolah jantungnya sebentar lagi akan meledak, pupil matanya terlihat bergetar, “Tidak … tidak mungkin,” lirih Sarah, kepalanya menggeleng pelan.

Nathan memeluk tubuh Sarah dengan erat, “Aku gagal, Sarah. Ethan dan Hana … Aku tak dapat menyelamatkan mereka,” lirih Nathan dengan suara yang parau. Dress putih yang dikenakan Sarah kini basah oleh air mata Nathan.

“Apa yang harus ku katakan pada Joy dan Jay? Aku gagal menyelamatkan kedua orang tua mereka? Sekarang kedua anak itu kehilangan kedua orang tua mereka di malam yang sama! Apa yang harus ku katakan, Sarah?! Apa?!” gerutu Nathan, tubuh pria itu kemudian terjatuh ke lantai dengan air mata yang luruh membasahi pipinya yang dipenuhi debu.

“Papa dan Mama … Hilang?” gumam Joylin dengan suara serak yang hampir tak terdengar menjatuhkan boneka beruang di pelukannya. Mulut gadis itu sedikit terbuka, matanya membola memperhatikan dua orang dewasa yang ada di ambang pintu.

Sarah dan Nathan yang sedari tadi larut dalam emosi tidak menyadari kehadiran Joylin yang terbangun kala itu. Gadis kecil itu berlari ke arah paman dan bibinya, “Paman. Bibi. Tolong bantu aku mencari Papa dan Mamaku!” pinta Joylin dengan mata yang berkaca-kaca menarik pakaian paman dan bibinya secara bergantian.

Keributan itu membuat Jayden terbangun. “Jay! Papa dan Mama hilang. Ayo kita cari! Papa tidak memakai jaket yang tebal. Paman. Bibi. Ku mohon ... Jika tidak segera ditemukan, Papa dan Mamaku akan kedinginan diluar sana,” pinta Joylin dengan air mata yang mulai mengalir.

Mendengar kabar tentang Papa dan Mamanya membuat matanya melebar, Jayden berlari menuju kamar. “Joy! Bantu aku mengambil selimut untuk Papa dan Mama!” perintah Jayden sambil berlari membawa tumpukan kain dari dalam kamar tempat mereka tidur.

Joylin dan Jayden telah mengambil beberapa selimut dan biskuit untuk dijadikan bekal karena berpikir tak akan sempat untuk sarapan.

Respon si kembar membuat Sarah dan Nathan saling bertukar pandang. Tanpa perintah cairan bening itu keluar dari sudut mata mereka. Sarah melangkahkan kakinya perlahan-lahan menuju Joylin dan Jayden yang memegangi selimut untuk orang tuanya dan memeluknya sambil menangis.

Membayangkan anak sekecil ini kehilangan kedua orang tuanya membuat hatinya remuk seketika. “Sayang, dengarkan Bibi. Terkadang ada hal-hal yang terjadi diluar kendali kita,” ucap Sarah melepaskan pelukannya dan menatap dalam ke arah si kembar.

Kedua anak itu tampak bingung dengan perkataan Bibinya barusan membuat keduanya saling menatap dengan tatapan kosong. “Kadang ada pekerjaan yang begitu sulit sampai …,” Sarah menggigit bibirnya sebelum melanjutkan kalimatnya, kata-kata seolah tertahan di tenggorokannya.

“Sampai tidak bisa kembali lagi. Papa dan Mama pasti sudah berusaha sekuat tenaga menyelesaikan pekerjaannya untuk bertemu kalian, tapi Tuhan lebih menyayangi mereka,” lanjutnya menahan sesak di dadanya.

Joylin dan Jayden saling menatap. “Maksud Bibi, Papa dan Mama butuh waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaannya?” tanya Jayden dengan sorot mata yang ingin tahu.

“Papa dan Mamaku akan kembali kan, Bibi?” tanya Jayden sekali lagi.

Sarah menggelengkan kepalanya. “Papa dan Mama tidak akan kembali lagi, Nak,” jelas Sarah sambil meneteskan air matanya.

“Papa dan Mama tidak akan bisa pulang,” lanjutnya dengan suara yang bergetar.

Mengetahui fakta itu, Joylin dan Jayden mulai menangis dan memohon agar Paman dan Bibinya menyelamatkan Hana dan Ethan. “Kenapa, Bibi? Tuhan hanya menyayangi Papa dan Mama? Tuhan tidak menyayangi Joy? Kenapa Tuhan mengambil Papa dan Mama dari Joy?” ujar Joylin

Sarah tidak mampu menjawab pertanyaan gadis kecil itu. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah menjadi pelindung anak-anak ini, mengisi kekosongan kedua orang tua mereka. “Aku akan menjaga mereka, Hana,” batin Sarah, lalu menciup puncak kepala Joylin dan Jayden secara bergantian.

****

“Joy! Joy!” samar-samar terdengar teriakan seseorang mencoba membangunkannya dengan menepuk-nepuk pipinya.

Joylin perlahan-lahan membuka matanya, “Kau tidak apa-apa?” tanya Jayden khawatir.

Joylin membuka matanya dengan kasar, menyapu setiap sudut ruangan dengan pandangannya. Sebuah ruangan yang tertata rapi memberi kesan yang hangat bagi orang di dalamnya. “Rupanya hanya mimpi,” ucapnya seraya memijat pelan pelipisnya.

Ternyata Joylin tertidur di ruang tamu sambil menangis dan membuat Jayden khawatir. “Aku … Aku cuma mimpi buruk,” ucap Joylin sambil mengusap pipinya yang basah karena air mata.

Gadis itu kemudian bangun dari tidurnya, “Kenapa mimpi itu terasa sangat nyata?” batin Joylin dengan jantung berdebar dan napas yang masih terengah-engah.

Dada gadis itu naik turun, sorot matanya tajam bagai pisau yang siap menusuk siapa pun yang ada di hadapannya. “Siapa pun kau, aku akan mencari mu sampai ke ujung dunia sekali pun. Kau harus merasakan penderitaan Papa dan Mamaku,” batin Joylin mengepal tangannya dengan kuat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Twilight of Us    Bab 7

    Joylin tersentak kebelakang mendengar suara tembakan itu lalu menatap ke arah Erico sebelum akhirnya berlutut untuk mengecek kondisi pria itu. "Meninggal," batin Joylin dengan mata yang membelalak setelah memeriksa denyut nadi orang itu. Gadis itu menggeleng pelan, sorot matanya suram.Tak ada denyut nadi. Melihat isyarat Joylin, Jayden seolah tak percaya. Padahal tinggal sedikit lagi dan sebuah fakta akan terkuak. Hal itu menyulut amarah Jayden. “Sial! Apa yang baru saja kau lakukan?! Kita hampir mengetahui siapa pengkhianatnya!” bentak Jayden menarik kerah baju Erico. Urat di dahinya cukup untuk menjelaskan seberapa murka dirinya saat ini.“Kalian terlalu membuang-buang waktu!” bentak Erico dengan pistol yang masih berasap di genggamannya melepaskan genggaman Jayden dengan kasar, lalu berjalan dengan santai menuju mobil.Jayden mengepalkan tinjunya dengan Erat hingga urat di tangannya timbul karena kejadian barusan. Baginya, tindakan Erico sangat mencurigakan. “Bedebah sialan! Apa s

  • Twilight of Us    Bab 6

    Setelah bertahun-tahun melewati pelatihan yang berat dan misi percobaan yang nyaris merenggut nyawa, keduanya akhirnya diterima sebagai anggota resmi NOX pada usia dua puluh tujuh tahun.Bagi orang lain mungkin pencapaian ini tidak berarti apa-apa, tapi bagi mereka— yang datang dengan membawa luka dan dendam— ini adalah pencapaian luar biasa yang didapatkan bukan hanya menggunakan hasil keringat, tapi juga darah dan air mata.Saat ini mereka ditugaskan sebuah area gudang tua terbengkalai untuk mengambil kembali dokumen internal NOX yang telah dicuri bersama dengan agen bernama Erico.Berbeda dengan si kembar yang datang karena balas dendam, Erico datang dari kehidupan yang nyaman dan berkecukupan.Namun rutinitas itu memicu rasa bosan di dalam dirinya hingga membuatnya memilih dunia bayangan yang penuh adrenalin—sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.Malam yang pekat dan dinginnya udara yang menusuk menemani mereka dalam menjalankan misi ini. Di sana, di dalam gudang tua itu lang

  • Twilight of Us    Bab 5

    Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya bel yang menandakan usainya kegiatan di sekolah berbunyi. Suasana senja hari itu indah seperti biasanya, daun-daun berguguran suara angin, serta kicauan burung menambahkan kesan yang damai.Joylin mengajak Jay pulang jalan kaki melewati pinggiran sungai dan membahas ini dengan santai sebelum tiba dirumah. Informasi yang mereka temukan masih mengganjal dipikiran Jayden. “Joy, Aku akan mengambil jalan yang sama dengan Papa dan Mama,” ucap Jayden langsung ke intinya.“Kalau begitu aku jug—” perkataan Joylin terpotong oleh sorot mata Jayden yang tajam. “Tidak … Jangan bercanda seperti itu! Aku tak menyukai candaan mu itu, Jay!” bentak Joylin sambil mengguncang kasar tubuh Jayden. Tangannya mencengkram erat kerah baju Jayden dan menatapnya dengan mata yang memerah. Nafasnya saling memburu hingga akhirnya air matanya mengalir membasahi pipinya, “Kau benar-benar keterlaluan!” desis Joylin sambil menyeka air matanya.Gadis itu menutupi wajahnya dengan

  • Twilight of Us    Bab 4

    Jayden menatap dalam adiknya, “Kau mimpi tentang Papa dan Mama lagi?” tanya Jayden khawatir. Pemuda itu memberikan segelas air untuk Joylin yang masih duduk di sofa dengan napas yang tersengal.“Aku …,” ucap Joylin, tangannya sedikit gemetar saat menerima gelas itu. “Merindukan Papa dan Mama,” lanjutnya dengan suara bergetar sambil menggigit bibir bawahnya.“Cerita padaku. Jangan menyimpannya sendirian,” ucap Jayden memeluk Joylin, dahinya berkerut. Ia tahu persis bagaimana beratnya mereka melewati hari-hari setelah kejadian itu terlebih lagi untuk Joylin yang selalu menunggu kepulangan Ethan dan Hana yang kala itu telah meninggalkan mereka berdua selamanya.Joylin meletakkan gelas yang dipegangnya di sebuah meja kecil yang berada tak jauh dari posisinya saat ini. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada frame foto yang ada di meja itu. “Foto ulang tahun kita yang ke sepuluh, sekaligus ulang tahun terakhir kita bersama Papa dan Mama,” gumam Joylin meraih foto itu.“Sudah bertahun-tah

  • Twilight of Us    Bab 3

    Sarah melangkahkan kakinya ke arah pintu depan setelah mendengar nada ketukan yang tidak asing baginya. Jantungnya berdegup tidak karuan, hatinya terus menerka-nerka apakah suami dan iparnya berhasil pulang dengan selamat atau justru malah sebaliknya.Matanya terbelalak ketika melihat sosok suaminya yang penuh debu dan beberapa bercak darah di beberapa bagian tubuh kekar itu. “Nathan! Apa yang terjadi? Dimana Hana dan Ethan?” tanya Sarah sambil mengguncangkan tubuh suaminya. Tanpa aba-aba, Nathan memerangkap Sarah dalam pelukannya, tangis yang sedari tadi ditahan oleh Nathan akhirnya pecah juga.Tanpa bertanya lebih lanjut, Sarah seolah mengetahui apa yang terjadi namun hatinya seakan menolak mempercayainya. Dadanya kembang kempis seolah jantungnya sebentar lagi akan meledak, pupil matanya terlihat bergetar, “Tidak … tidak mungkin,” lirih Sarah, kepalanya menggeleng pelan.Nathan memeluk tubuh Sarah dengan erat, “Aku gagal, Sarah. Ethan dan Hana … Aku tak dapat menyelamatkan mereka,”

  • Twilight of Us    Bab 2

    Dunia Hana seakan hancur, wanita itu jatuh terduduk dengan tatapan kosong. “Tidak … Ethan … tidak mungkin,” gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya. Air matanya jatuh dengan derasnya, dadanya yang sesak membuat nafasnya tersengal-sengal.Dengan cepat Hana mengambil beberapa barang dan membangunkan kedua anaknya. “Joy, Jay, kita akan ke rumah Paman Nathan dan Bibi Sarah. Mama harus ke kantor sekarang,” ucap Hana berusaha tetap tenang dan menyembunyikan kesedihannya.Joylin dan Jayden yang kala itu sudah menginjak usia sepuluh tahun telah terbiasa dengan hal ini. Ketika ayah dan ibu mereka mendapat panggilan dari kantor, mereka akan dititipkan di rumah paman dan bibinya.Perjalanan mereka menuju rumah Nathan dan Sarah diselimuti keheningan. Hanya suara mesin mobil yang menemani perjalanan. Joylin dan Jayden yang masih mengantuk tertidur di kursi belakang.Hana berusaha tetap fokus dalam menyetir, dadanya masih sesak. Sesekali kristal bening itu jatuh dari sudut matanya. Ia berusaha mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status