Share

BAB 12 | Kontes Kecantikan

"Buriq? Kau tau buriq bukan kata-kata yang bagus bukan?"

Seketika Bian dan Sandi tertawa, membuat Jun Ki semakin jengkel.

"Emang apa yang terjadi dengan kencan buta lo?" tanya Sandi penasaran.

(Malam sebelumnya)

"Jadi, kamu Oppa-nya Jung hee?"

"Iya."

"Makasih ya sudah mau datang. Namaku Jessi."

"Aku Jun Ki."

"Aku, tak secantik cewek-cewek di Korea, bahkan kulitku saja gak putih."

"Bukan masalah."

Jessi tersenyum senang, sementara Jun Ki memutar bola matanya, apanya yang gak putih? Siapapun bisa melihat kalau Jessi berkulit  putih cerah.

Setelah pesanan datang, mereka menyantap makanan dalam hening.

"Ah!" Jessi merasakan tasnya terjatuh, dan dengan sigap Jun Ki mengambilkannya.

"Gomawo, Oppa!"

"Ada apa dengan kakimu? Gatal?" tanya Jun Ki terheran saat melihat gadis di depannya mengusap kakinya yang jenjang.

Lalu Jessi menggeleng, sejujurnya ia ingin memamerkan kaki putih dan mulusnya, yang layaknya artis-artis Korea.

Jun Ki mencoba tersenyum, "Kakimu sangat buriq."

"APA?!"

"Jes-jessi!!"

Lagi-lagi Bian dan sandi tertawa begitu mendengar cerita Jun Ki.

"Trus lo tau buriq itu darimana?"

"Aku tanya Chaira."

Sandi dan Bian saling pandang.

"Oh, tadi pas kuliahnya Pak Ilham, lo tanya sama dia?"

Junki menggeleng, "Bukan."

"Trus?"

"Semalam lewat pesan."

"Apa?! Maksud lo, lo udah chatingan sama Chaira?"

Sementara Jun Ki hanya tersenyum menjawab pertanyaan Bian. Hingga berakhir dengan kejar-kejaran ala mereka.

***

Chaira tengah kebingungan, ia menyendiri di taman dengan segala keluhannya.

"Duh, kenapa aku bisa lupa bawa make up sih?"

Tanganya bergetar, jantungnya berdegup dengan keras. Chaira tidak habis pikir, sudah datang terlambat, pakai lupa membawa riasan segala pula. Padahal hari ini adalah acara berbagai perlombaan, termasuk lomba model.

"Aduh, gimana nih ..."

"Chaira?"

Chaira terkejut mendengar namanya dipanggil, jangan sampai itu adalah teman kampusnya. Ketika ia berbalik, Chaira tersenyum karna ternyata yang menyapanya adalah Kinanti, Asisten Dosen.

"Kamu Chaira, kan?" tanya Kinanti lagi.

"I-iya kak."

"Kamu ngapain di sini?"

"Hmm ... aku ..."

"Kok kamu kaya lagi kebingungan gitu, ada yang bisa aku bantu?"

Chaira menatap Kinanti dengan tatapan kosong, lalu Kinanti membawa Chaira ke tempat duduk, merekapun berbincang. Chaira menceritakan kesulitannya saat ini.

"Oh, kenapa kamu gak bilang padaku? Aku bisa bantu kok."

"Be-benarkah?"

Kinanti mengangguk, ia mengajak Chaira ke ruangannya, kebetulan ruang Dosen saat itu sedang sepi.

Setelah beberapa jam berlalu, Chaira keluar dari ruang dosen, karena sebentar lagi kontesnya akan dimulai. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Asisten Dosennya yang cantik itu.

"Tak kusangka, selain cantik dan pintar, Kak Kinanti juga baik banget."

Chaira berjalan dengan anggun di depan para juri dan teman-temannya, ia tidak begitu mempelajari bagaimana caranya menjadi model, masa bodoh, yang penting Chaira sudah menjalankan tugasnya.

"Anjir, itu Chaira kan? Cantik banget." ujar Bian, mengatakan kekagumannya.

"Dia kan, memang cantik." sahut Sandi, tak kalah heboh dari ucapan Bian sebelumnya.

Sementara Jun Ki hanya tersenyum memperhatikan gadis di atas sana dari atas hingga bawah.

Sayangnya, Chaira tidak memenangkan lombanya, karna kurang memenuhi kriteria. Chaira sudah cantik dan anggun, namun ia kurang memperagakan peran sebagai model.

Chaira hanya mendapat juara harapan ke dua, dan itu cukup membanggakan bagi teman-teman Chaira.

"Selamat ya! Gue gak nyangka lo bakal secantik itu." ucap Meli.

"Hmm ... iya, makasih ya."

Kuliah diliburkan beberapa hari setelah kegiatan selesai. Memberikan waktu untuk para mahasiswa beristirahat sejenak, sementara para Dosen melakukan kegiatan sendiri.

"Eh, para Dosen mau liburan ke Bali ya?" tanya Bian sambil memakan Snack yang didapat dari Hadian lomba.

Sandi mengangguk, ia sedang membereskan piala yang didapatkan kelasnya, ke dalam lemari.

"Gimana kalo besok kita ke warnet?"

"Mabar?"

Bian mengangguk, lalu menyenggol Jun Ki.

"Kol!" ucap Jun Ki menyetujui, jarinya membentuk tanda ceklis.

"Apa?"

Sandi menarik bian, "Setuju, artinya setuju."

Jun Ki terkekeh melihat Bian yang tidak mengerti maksudnya.

"Bilang dong, gue kira dia ngajak makan kol, Kan gue gak suka, kalo mau ajak gue makan, gue dikasih sop iga aja udah seneng kok!"

"Jelaslah!" Sandi menoyor kepala sahabatnya itu.

***

Sedang asik memberi makan ikan, ponsel Jun Ki berdering menandakan chat masuk.

Bian : Jungki, besok jadi kan? Eh besok, maksudnya nanti hari Minggu haha ...

Setelah membaca pesan tersebut, Jun Ki langsung menekan tombol panggilan.

"Apa kau bercanda? Kau kan bisa menghapusnya, kenapa kau berlagak salah berbicara?"

"Haha ..." terdengar kekehan di seberang sana.

"Yah, minggu pagi. Aku akan menunggu di warnet."

"Ok boss!!"

"Ya sudah, ku tutup."

Huh, sahabatnya itu, Jun Ki bahkan baru melepas pakaian kuliahnya, mereka baru merencanakan itu beberapa jam yang lalu, tapi Bian malah bertanya lagi.

Sementara di luar sana, Bian menyadari sikap aneh Jun Ki yang tidak seperti biasanya. Menurutnya, Jun Ki terkesan cuek saat di telpon.

_

Tidak banyak yang Jun Ki lakukan saat libur, adiknya menawarkan untuk pergi bersama teman ceweknya, dan dengan tegas Jun Ki menolak.

Tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Lagi pula, Jun Ki kan bisa mencari pasangan sendiri.

"Hyungnim!"

Jun Ki menoleh, melihat adiknya yang baru saja pulang dari sekolahnya dengan raut wajah kecapean.

"Belikan aku minuman dong!"

"Kenapa kau tidak membelinya saat pulang sekolah?"

"Lupa ..." jawab Jung hee dengan khas manjanya.

"Alasan."

"Hyuung ..."

"Tidak mau, tidak akan."

"Aku janji tidak akan telat sholat subuh lagi, aku janji tidak akan memakai jasmu sembarangan, aku janji akan membereskan kamarmu setiap hari."

Jun Ki melirik adiknya, "Ehm, tapi bohong."

Dengan sigap Jun Ki melempar bantal sofa tepat ke wajah sang adik.

"Ayolah Hyung, Thai tea yang di dekat rumah, samping toserba juga gak apa-apa deh ..."

Seketika Jun Ki teringat yang dimaksud adiknya.

"Kol!"

Setelah sampai toserba, Jun Ki tersenyum, mendapatkan yang ia pikirkan.

"Kiaraaa ..."

Gadis berjilbab cream itu terkejut, lantas berdecak kesal. "Namaku Chaira, CHAIRA!"

Sementara lawan bicaranya hanya terkekeh. Chaira mendengus, bagaimana Jun Ki bisa lupa terus sama namanya sih? Sedangkan Chaira selalu ingat akan laki-laki itu.

Wajar, dia itu kan beda dengan teman-temannya yang lain, "Dasar anak Korea." Gumam Chaira, seraya menyiapkan pesanan Jun Ki.

"Kamu mengatakan sesuatu?"

Chaira tersenyum memamerkan deretan giginya.

***

"Anjiir!!"

"Dikit lagi Weh! Bangke!"

Berbagai umpatan keluar dari mulut dua teman Jun Ki, Bian dan Sandi. Kini mereka sedang di warnet bermain game.

"Ahh!! Si*l." Bian membuka kasar headset-nya. Ia menoleh pada Jun Ki yang santai bermain game.

"Anjir, Jungki, lo hebat banget maen game diem aja dari tadi."

"Udah kelas atas dia."

Jun Ki menyudahi permainannya, "Ya, sebenarnya di rumahku juga ada dua komputer, bisa untuk bermain game."

"Wah lo mah baru bilang, tau gitu di rumah lo aja kita, gak usah sibuk-sibuk ke warnet." ujar Bian agak kesal.

"Sudah ku bilang, hanya ada dua, kita kan bertiga."

"Balik yu!" ajak Sandi. "Eh tapi, bentar lagi ashar. Sholat dulu yu, di masjid sana." lanjutnya.

"Gimana sih caranya supaya termotivasi buat selalu sholat?" tanya Bian tiba-tiba.

"Inget mati!" jawab Sandi.

"Dih,"

"Kita tidak tau besok masih hidup atau tidak, jadi, buatlah kesan manis sebelum bertemu Tuhan." ujar Jun Ki dengan tenang.

***

Setelah beberapa hari kuliah diliburkan, hari ini semua mahasiswa kembali ke kampus.

Jun Ki tengah berjalan dengan tas selempangnya menuju kantin. Hari ini ia datang lebih cepat dari biasanya, setelah sepakat bertemu dengan Rayyan, salah satu Dosen yang juga saudaranya.

"Nih, dimakan ya."

"Makasih."

"Betah kuliah di sini?"

"Tidak ada alasan untuk tidak betah sih."

"Sepertinya ponakanku ini sangat nyaman berada di sini ya?" Rayyan menepuk-nepuk punggung Jun Ki.

"Hentikan, malu kalau ada yang lihat."

"Biar semua orang tau, kalau kita berdua memiliki ketampanan yang sama." ucap Rayyan seraya membuat ekspresi imut, membuat Jun Ki tidak betah lama-lama di dekat pamannya itu.

"Aku pergi dulu."

"Hei!"

Jun Ki setengah berlari menuju kelasnya.

"Benar kan, Kau sudah disini?"

"Apa urusanmu?" dengan cuek, Chaira menjawab pertanyaan Jun Ki.

Chaira terkejut saat Jun Ki menduduki bangku di sebelahnya.

"Kenapa kamu duduk disini?"

Sementara Jun Ki hanya mengangkat bahunya, "Kini kau mengurusiku?"

Chaira heran setengah mati, mengapa akhir-akhir ini Jun Ki seolah selalu menggodanya. Bahkan pria itu pernah beberapa kali mengirimi Chaira pesan, bukan apa-apa, jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan, seharusnya dia kan menghubungi teman-temannya saja, kenapa harus bertanya pada Chaira?

"Junkiaaa!"

Dua temannya itu, selalu saja  mengganggu Jun Ki.

***

"Chaira, kau lupa sesuatu?"

"Apa yang aku lupa?"

Jun Ki berdecak seraya menggelengkan kepalanya. "Ckck, kau sungguh lupa."

"Kau seharusnya memanggilku Oppa!"

***

restianiastuti48

Jangan lupa vote, coment, dan berlangganan ya! Ig : Reast07

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status