"Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.
Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.
Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.
Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe
"Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah
Cerita cinta ini, sama sekaligus berbedadengan kisah lainya.Tentang rindu yang mengumpul menjadi satu, tentang cinta yang tak urung berliku-liku.***"Yasmin!!"Gadis manis berjilbab hitam itu melambai pada temanya, lalu menghampirinya."Chaira, kamu senang banget, ada kabar apa?"Seolah baru saja dapat jackpot, gadis yang bernama Chaira itu tak dapat lagi menyembunyikan kebahagiaan di binar matanya."Aku diterima di kampus AA!!" ucapnya dengan gembira.Melihat temannya yang sangat bahagia, Yasmin tersenyum lebar, ikut bahagia juga. Walau di sisi lain, ia merasa sangat sedih karena tidak bisa kuliah seperti teman-temannya yang lain."Yasmin, kamu harus janji, setelah kamu mengumpulkan uang, kamu juga akan kuliah sama sepertiku ya?" pinta Chaira
BAB 1 | Hari Pertama Chaira KuliahHujanAda yang berbeda dengan hujan kali ini..Cara langit menumpahkan air, di mataku tampak tak biasa. Kadang dengan lembut mereka turun, lalu bertambah kian deras.Ah, bukankah hanya air yang datang secara bersamaan? Mengapa aku merasa terusik?Rupanya, hujan kali ini hadir diringi kenangan.Menyaksikanya, aku bagai bercermin dengan masa lalu.Kala itu, aku tengah termenung, tanganku menengadah ke atas, rintikan hujan beramai-ramai membasahiku. Tak terkecuali wajahku, yang sesekali menatap bagaimana air itu terjun ke bumi. Sudah menjadi hobi untukku, berlama-lama memandang hujan. Bedanya kali ini, aku lebih berani memperhatikannya, karena ia berhasil membuatku melamun, dan dengan lancangnya mengingatkanku pada secarik masa lalu..
"Ingat ini, kamu bekerja hanya setengah hari daripada yang lainya. Jadi gajimu hanya delapan ratus ribu saja perbulan. Datang jam dua siang dan jaga sampai malam. Paham?""Saya mengerti Bu, terima kasih banyak."Dengan erat Chaira menggenggam peralatan yang diperlukannya untuk bekerja besok._Seharusnya sesudah sholat subuh Chaira tidak boleh tidur lagi. Tapi kebiasaan buruknya itu sudah mendarah daging hingga saat ini. meski dalam hati, ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk mengubah kebiasaannya itu. Karena mulai sekarang, ia akan bekerja keras dan menjalani kuliah dengan sepenuh hati.Chaira bersiap-siap memasak sebelum mandi, namun ternyata di dapur tidak ada bahan makanan yang memadai. Ada telur, tapi tidak ada beras ata
Setelah berganti baju, Chaira bersiap berdiri di depanstand. GerobakThai teasebrang toserba.Yah, Chaira memilih bekerja paruh waktu menjaga stand Thai tea. Jangan harap Chaira bisa seperti gadis beruntung yang dilihatnya di film atau di novel-novel. Yang mendapat pekerjaan paruh waktu dicafeatau di toserba yang dalamnya sejuk.Tidak sepertinya, yang harus bekerja diluar ruangan. Sehingga harus merasakan panas dan hujan. Namun, karena ini kali pertamanya bekerja, Chaira harus tetap bersyukur.Ia membayangkan ayahnya yang bahkan lebih buruk dari keadaannya. Ketika harus bekerja di tengah teriknya matahari sambil mengaduk adonan semen, lalu mengangkat bahan-bahan berat."Sil
Untuk sesaat, aku merasa dunia ini hanyahayalanyang tidak nyata.-Yasmin.***Yasmin benar-benar tidak menyangka, besok adalah hari terakhirnya ia menyandang statussingledalam hidupnya.Hidupnya seperti kelinci yang kehilangan arah. Berjalan, lalu melompat lebih jauh dari seharusnya.Bukankah baru kemarin ia duduk di bangku sekolah, memakai seragam putih abu-abu, dan bercanda ria bersama teman-temannya?Cita-citanya tidak terhitung. Banyak sekali, sampai Chaira saja malas menghitungnya.Yasmin tersenyum mengingat sahabatnya itu, Chaira berhasil kul
"Woy Arsen!"Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..Tidak!! Pikiran sialannya itu!!"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin."Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar d
"Gimana Jun Ki, kamu betah kuliah di sini?" tanya Ayah Lee Jun Ki saat sedang menyantap makan malam. "Ya betah, bukan pertama kalinya aku sekolah disini." jawab Jun ki. "Bagus, kamu belajar bahasa Indonesia dengan baik." "Ayah, bukankah dia sudah lama tinggal di Indonesia? kenapa juga dia harus salah menggunakan bahasa Indonesia lagi?" adik Jun Ki yang biasa disapa Jung hee, ikut menanggapi. "Karna dua tahun kemarin Jun Ki tinggal dikorea, bahasa Indonesianya jadi berantakan." jawab sang Ayah. "Lagian Jun Ki gak mungkin gak betah lah yah, di sana kan banyak perempuan cantik." celetuk Jung hee seraya terkekeh. Apa-apaan adiknya