Home / Romansa / UNFINISHED PAST / BAB 5 | Bertemu Orang Yang Tepat

Share

BAB 5 | Bertemu Orang Yang Tepat

last update Last Updated: 2021-10-14 15:02:08

"Woy Arsen!"

Arsen melirik ke arah suara yang memanggilnya.

Sialan temanya itu! Beraninya dia mengganggu waktunya dengan Yasmin. Lihat saja nanti, saat malam tiba, tidak boleh ada yang mengganggunya barang sebentar pun!

Ehmm, memangnya apa yang akan ia lakukan nanti malam? Apa ia boleh menggauli..

Tidak!! Pikiran sialannya itu!!

"Selamat ya, pasangan Arsen dan Yasmin.. semoga kalian menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, wa Rohmah."

Satu persatu teman-teman Arsen menyalami Arsen dan Yasmin.

"Sen, ma'af ya, gue nyusup. Gue gak bisa lama-lama soalnya, abis ini mau ke acara seminar di Bandung." ucap Ardi, salah satu teman Arsen. Seorang pebisnis muda.

"Tuh kado gue tuh ... yang paling gede haha ..." canda Ardi, menunjuk pada sebuah benda besar yang berada tak jauh dari tempat mereka.

"Iya, makasih ya. Ngomong-ngomong, ini kalian semua pada ada acara juga?" tanya Arsen heran, karna semua temannya mengikuti Ardi ke tempat istirahat pengantin.

"Nggak, kita iseng aja ikutin si Ardi."

Jawab salah satu teman Arsen.

"Gimana rasanya menikah dibawah umur?"

Tiba-tiba saja, seorang wanita cantik yang sedari tadi memperhatikan Yasmin, meloloskan pertanyaan yang membuat semua yang ada disitu terkejut.

"Hah? Ehmm ... itu-" kini semua mata tertuju pada Yasmin.

"Maksud kamu dibawah umur apa? Istri nya Arsen ini sudah lulus sekolah." ucap Rifki penenang diantara teman-teman Arsen.

"Iya, lo gak tau apa? Wajib sekolah di Indonesia itu dua belas tahun. Yasmin ini udah lulus SMA bahkan dengan nilai terbaik!" jawab teman Arsen lagi yang bernama Diki.

"Kok lo tau?" tanya Refi lagi, wanita cantik yang pernah berprofesi sebagai model ini terlihat tidak mau kalah.

"Sudah, sudah. Kenapa pada ribut sih? Kita ini sudah dewasa kan? Harusnya mencontohkan yang baik." ujar Rifki menengahi.

"Maaf ya Yasmin, kalo pertanyaan aku buat kamu bingung."

"Oh, gak papa kok kak. Makasih ya sudah datang." ucap Yasmin tulus.

Namun ekspresi Refi berubah seketika. Rupanya ucapan Yasmin membuat Refi sedikit kesal.

Arsen hanya tersenyum melihat perdebatan itu.

***

Malam pun tiba, dengan bantuan asisten penata rias, Yasmin melepas semua aksesoris yang menempel ditubuhnya, sebelumnya Yasmin sudah membawa gamis polos yang akan dikenakan nya menuju kamar.

Begitu memasuki kamar, tidak terlihat keberadaan Arsen disana. Syukurlah, batin Yasmin. Dengan begitu, ia bisa leluasa sebentar untuk mandi dan berganti pakaian.

Setengah terburu-buru, Yasmin menyelesaikan membersihkan dirinya. Sampai ia lengkap mengenakan kain dari atas hingga bawah.

Sementara di ruangan lain, Arsen tengah menyendiri. Padahal teman-temannya sudah pergi beberapa saat yang lalu. Entahlah, ia merasa sesuatu akan menyakiti hatinya.

Daritadi, ia memikirkan Yasmin. Bagaimana reaksi gadis itu saat tau kenyataan tentang Arsen? Padahal, tadinya Arsen tidak begitu peduli akan hal itu. Namun setelah acara hari ini, ia sangat amat khawatir.

Apakah Yasmin akan menjauh darinya? Mungkinkah Yasmin tidak akan menerima keadaan nya, sama seperti mantan tunangannya dulu?

"Arrrggghhhh ..." semakin dipikirkan, semakin membuat stress.

Pikiran itu membuka kembali kenangan lama. Sesuatu yang menyedihkan, hingga Arsen tidak cukup berani mendekati wanita lagi.

Beruntunglah Arsen mempunyai teman-teman yang setia padanya. Namun, tidak mungkin kan ia akan hidup bersama teman-temannya terus?

Arsen melangkahkan kakinya dengan pelan. Menuju kamarnya, lalu membuka kenop pintu dengan perlahan pula.

Yasmin terkesiap, jantungnya berdetak lebih kencang begitu melihat sorot mata Arsen. Perlahan Arsen mendekati ranjang yang tengah diduduki Yasmin.

"Mas, sudah mandi?" tanya Yasmin basa-basi.

Arsen menatap Yasmin dengan seksama. Benarkah gadis ini yang telah dinikahinya tadi? Terasa berbeda namun tetap sama.

Make up yang terbalut diwajah Yasmin, Arsen yakin semua sudah dibersihkan. Hingga Yasmin terlihat berbeda dengan penampilannya tadi. Tapi, mengapa gadis itu masih saja cantik? Dia bahkan terlihat lebih anggun dengan busana sederhananya.

"Lepas!" pinta Arsen.

Yasmin terkejut mendengar permintaan Arsen. Apa.. Arsen baru saja memintanya menanggalkan pakaian ditubuhnya?

Yasmin menelan ludahnya gusar. Perlahan, tangannya masuk kedalam jilbab, ia membuka resleting bajunya.

"Hijabmu." lanjut Arsen.

"Ah!" Dengan cepat, Yasmin menutup kembali resleting gamisnya. Lalu perlahan juga, ia membuka hijab yang menutupi kepalanya.

Tidak disangka, dibalik penutup kepala itu, terurai rambut indah berkilau. Yasmin terlihat lebih cantik di mata Arsen.

Arsen menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dari kepala, tangan, hingga badan.

kenapa jadi panas sekali.' ucapnya dalam hati.

Arsen memalingkan wajahnya dari Yasmin. Semua yang ada ditubuh Yasmin seolah menggodanya. Gairah didalam dirinya semakin memuncak, lagi-lagi Arsen bertanya.

apa bisa aku menggaulinya?'

Persetan!! Dia sudah menjadi istri Arsen, dia mau menikah, itu artinya dia sanggup untuk segala macamnya.

Sekarang Arsen tidak peduli lagi. Bagaimanapun, ini adalah malam pertamanya dengan Yasmin. Dan itu harus terjadi.

"Kemarilah.." pinta Arsen seraya menatap Yasmin.

Lalu Yasmin menghampiri Arsen. Yasmin sempat khawatir dengan sikap Arsen yang lebih pendiam seperti saat sebelum menikah.

"Ada apa mas?"

"Bukakan sepatuku." Perintah Arsen.

Yasmin duduk dibawah lantai. Dengan lembut, Yasmin mulai melakukan yang diperintahkan Arsen.

"Ha!"

"Kenapa? Apa kamu kaget? Apa kamu tidak bisa menerima kenyataan yang menimpa suamimu?" Arsen tersenyum miris, sudah ia duga kan?

Dengan cepat Arsen berdiri dari ranjang, "Minggir!" ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

Karna Yasmin masih ditempatnya, Arsen kembali duduk, lalu mendorong Yasmin hingga terjatuh.

"Hentikan tatapan kasihan itu!" bentak Arsen, ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Ia benci tatapan itu!

Kaki besarnya melangkah melewati Yasmin.

"Mas Arsen! Mas! Tunggu Mas!"

Dengan penuh keberanian, Yasmin menarik tangan Arsen hingga membuat Arsen mau tidak mau berhenti berjalan.

"Kamu mau kemana mas? Ke-kenapa Mas terlihat marah?"

Arsen berbalik, "Lalu ekspresi apa yang harus ku tunjukkan, saat melihat kau merasa jijik padaku?"

"Astaghfirullah mas, kenapa kamu ngomong gitu? Aku sama sekali gak seperti itu mas."

"Kau terkejut!"

"Aa-aku, maafkan aku mas!" Yasmin segera berlutut didepan suaminya.

"Maaf kalau sikapku menyinggung mu. Aku sama sekali gak bermaksud menyakiti perasaan Mas Arsen ..." entah kenapa Yasmin malah mengeluarkan air mata saat meminta maaf pada Arsen.

Lebih tepatnya, ia menyesali reaksi buruknya itu. Seharusnya Yasmin tidak boleh bereaksi seperti tadi. Bagaimanapun, Yasmin harus menerima lelaki yang sudah menjadi suaminya itu dengan tulus.

Yasmin menyalahkan diri sendiri akan itu. Hal itu karena, pertama kalinya Yasmin melihat kaki sambung dari robot secara langsung. Itulah kenapa ia terkejut.

"Kenapa kamu berlutut di hadapanku? Bangun!"

Yasmin mengusap air mata di pipinya. Lalu menatap Arsen. "Maafkan aku mas." lirihnya sekali lagi.

"Kenapa juga kamu harus menangis? Dengar, aku bahkan tidak tau permintaan maafmu itu tulus atau tidak!"

Perlahan Arsen berjongkok, menatap mata Yasmin yang basah karna air mata. Dari manik mata yang sayu itu, Arsen melihat ketulusan.

'Begini kah rasanya bertemu orang yang tepat?'

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • UNFINISHED PAST   BAB 29 | Gugur

    "Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah

  • UNFINISHED PAST   BAB 28 | Kecelakaan kecil

    "Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe

  • UNFINISHED PAST   BAB 27 | Khawatir

    "Nikah yuk!" Ajakan itu bukan pertama kalinya Rayyan lontarkan, tapi berhasil membuat Kinanti tak berkutik. Kenapa? Bukankah ini yang ditunggu sedari tadi? Apa karna kali ini Kinanti menantikannya? Jika yang mengucapkannya itu Gibran, pasti Kinanti akan lebih terkejut sekaligus senang berkali-kali lipat. Tapi tidak, Ia tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Sudah dapat berlian, kenapa harus memungut batu? Akhinya, dengan percaya diri, Kinanti berkata, "Ayok!" Rayyan mengalihkan pandangan sambil mengulum senyum, "Jangan senyum seperti itu." perintahnya. Setengah terkejut karna baru sekarang Kinanti tersenyum, saat di mobil tadi hanya diam saja. "Kenapa? Aku cantik ya?" Rayyan mengeratkan genggamannya seraya tertawa lepas. Ledekan demi ledekan mereka terima sepanjang hari. Baik itu berasal dari dosen, maupun para mahasiswa._ Rayyan tersenyum melihat Kinanti yang tengah fokus dengan ko

  • UNFINISHED PAST    BAB 26 | Berusaha Lagi

    Tidak ada hari yang indah. Bagi Kinanti, tidak ada lagi hari yang indah setelah semua keinginannya melebur. Setelah takdir ternyata tak berpihak padanya. Wanita itu berdiri tepat di depan jendela kamar yang terbuka, menatap kosong apapun di hadapannya. Sial, bahkan di saat seperti ini, kenangan itu terus keluar menyeruak dari ingatannya, masuk ke dalam pikirannya yang sedang kosong. "Kamu cantik sekali. Kamu tau, kata teman-temanku, kamu adalah idaman semua pria. Aku beruntung memiliki kamu." Gibran mengecup lembut tangan Kinanti seraya menatap matanya. Mengerling dengan pandangan nakal. Kinanti mengalihkan pandangan, semburat merah bisa menjelaskan sipu malu yang dirasakannya. "Kamu tidak berniat menjadi model?" Seharusnya Kinanti sadar dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Gibran waktu itu. Lelaki itu berharap Kinanti menjadi model? Kenapa seseorang yang mencintainya rela mem

  • UNFINISHED PAST   BAB 25 | Hubungan Yang Terbuka

    "Hih, dasar anak Korea! gitu aja marah. jadi laki kok gak ada pengertiannya." Chaira terpaksa bejalan sendirian, karna Jun Ki meninggalkannya. Tak lama, Bian dan Sandi menghampiri Chaira."Ra, emang kalian benean pacaran ya?" Chaira menoleh sekilas, tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontakan Bian. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. "Harus ya, aku kasih tau?" jawab Chaira dengan malas. "Jelas dong, kalau kalian menutupi sebuah hubungan, efeknya gak akan baik." jelas Sandi. Chaira mengernyit, "Kenapa?" Sandi sampai berhenti bejalan sebentar untuk menjelaskan masudnya. Chaira dan Bian ikut berhenti."Presentasi orang ketiga akan meningkat. Menutupi sebuah hubungan akan membuat kalian didekati banyak orang, tanpa tau kalau kalian sudah punya pasangan." "Susah ya jelasinnya, tapi aku ngerti kok. Makasih ya." tutup Chaira.Ia menyadari perkataan Sandi memang ada benarnya. Memangnya Chai

  • UNFINISHED PAST   BAB 24 | Hubungan Yang Terbuka

    "Kamu ngapain sih, masih di sini?" Chaira berkacak pinggang, sambil terus memperhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Ini kali pertamanya Jun ki menemani Chaira bekerja, lebih tepatnya sih merecoki. Bahkan cowok itu dengan lantangnya mengatakan, bersedia menemani Chaira setiap hari. Hmm, pacarnya itu membuat pusing saja. Masalahnya, bukan bantuan yang dia berikan, tapi gangguan. Selain merecoki saat Chaira meracik, Jun ki kerap digoda oleh pelanggan wanita. Menambah Chaira kesal, sehingga membuat bibirnya maju beberapa senti. Jelas hal itu sangat mengganggu Chaira, bagaimana kalo bosnya datang? Jun ki tidak tau saja watak bosnya Chaira yang sangat tegas dan nyaris tidak pernah tersenyum. "Sayang, kalau kamu cemburu bilang saja ... nanti kalau ada gadis pelanggan, aku akan bersembunyi." "Apa kamu bilang?" Chaira duduk kembali di kursinya. Sial, Jun ki selalu mengatakan hal-hal yang tidak biasa didengar oleh Chaira. Ia bing

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status