Home / Romansa / UNFINISHED PAST / BAB 7 | Tatapan Penasaran

Share

BAB 7 | Tatapan Penasaran

last update Last Updated: 2021-10-25 18:10:24

"Chaira!"

Gadis manis berjilbab itu menoleh,

"Ini pulpen kamu, makasih ya." ucap Jun Ki setelah berlari menghampiri Chaira.

"Jungki, lo ngasih apa sama my honey  Chaira?" tanya Bian.

"Dih jijik banget lu!" sambar Sandi mendengar Bian menyebut Chaira dengan embel-embel My honey.

"Diem lu! Jungki, bisa-bisanya lu merebut cewek inceran kita berdua." ucap Bian yang disetujui oleh Sandi.

"Maksudnya? Aku cuma mengembalikan pulpen kok. Lagipula, malam ini aku ada kencan buta dengan seseorang."

"Anjir, gue baru tau di Indonesia juga ada kencan buta." kata Bian,

"Ini rekomendasi dari adikku, aku hanya mengikuti saja."

"Semoga sukses ya!" ucap Sandi memberi semangat.

***

Chaira memakai seragam kerjanya, dilanjutkan dengan memoles sedikit Make up.

"Hmm, siapa peduli aku memakai riasan saat pulang kuliah."

Benar, Chaira bukan orang yang hobi memoles wajahnya. Ia nyaris tak pernah memakai make up, karna ia tidak percaya diri dengan riasan. Toh, tanpa make up pun, ada beberapa orang yang mengatakan Chaira cantik! Pikirnya.

Namun semenjak melihat Kinanti, rasa ingin memakai riasan menjadi tergugah. Maka saat bekerja, Chaira membiasakan diri memakainya.

"Kak, dua yah, rasa mathca dan redvelvet."

"Iya, sebentar ya."

Chaira melirik lelaki di depannya, sambil melayani pesanan. Hmm, kenapa akhir-akhir ini Chaira dikelilingi cowok-cowok Korea sih?

Melihat wajah sang pembeli, Chaira yakin dia adalah orang Korea. Matanya agak sipit, kulitnya putih bersih dan postur tubuhnya tinggi. Mengingatkan Chaira pada Lee Jun Ki.

"Jung hee!"

Chaira terhenti melihat orang yang baru saja memanggil pelanggannya.

'lee jun ki? aduh, gimana nih, gak bisa ngumpet'

"Ada apa Hyung?"

'H-hyung? Apakah mereka kakak beradik?'

"Sudah belinya?"

"Sudah tuh, sedang dilayani."

"Kamu ... Chaira kan?" Jun Ki terkejut melihat teman kuliahnya, terlihat berbeda.

"I-iya."

"Kamu kerja disini?"

Chaira mengangguk, setelah pesanan selesai, Chaira langsung memberikannya pada seroang lelaki di sebelah Lee Jun Ki.

"Terima kasih." ucapnya.

"too ..."

Chaira segera membalikkan badannya, sementara Jun Ki terlihat bingung, lalu mengikuti adiknya menuju mobil.

"Kau kenal cewek itu?" tanya Rangga-nama Indonesia Jung Hee, saat mereka sudah memasuki mobil.

"Dia teman kuliahku."

"Kalau begitu, kau tidak perlu melakukan kencan buta lagi." ujar sang adik.

"Aku yakin, kau dikelilingi banyak cewek cantik di kampus." Lanjutnya.

"Siapa peduli? Kau kan yang memaksaku melakukan itu." ucap Jun Ki, mengingat kembali malam kencan butanya yang tak berjalan baik.

Jung hee terkekeh.

"Benar kata ayah. Hyung, kau harus belajar bahasa Indonesia lebih baik lagi. Ehmm, bukan-bukan, lebih tepatnya, kau harus belajar bahasa anak muda zaman sekarang."

***

Chaira tidak tau apa yang harus dilakukannya saat di kampus nanti. Jun Ki melihatnya memakai riasan dan berjualan Thai tea. Semoga saja, Jun Ki tidak menceritakan pada teman-temannya.

Di toilet kampus.

"Chaira!"

"Ada apa kak?"

"Belikan aku jus alpukat."

"B-baik kak."

Rika menyuruh Chaira membelikan minuman. Ini bukan pertama kalinya, masih ingatkan, saat Rika meminta agar Chaira menurut padanya?

Terkadang Chaira berpikir, ia seperti babu saja bagi Rika.

_

Setiap ulang tahun kemerdekaan Indonesia, di kampus AA, selalu mengadakan berbagai macam lomba. Bukan lomba olahraga atau permainan seperti hal nya saat di SMA, namun hanya lomba-lomba penampilan seperti puisi solo, puisi berantai, stand up comedydrama musikal, teater, bernyanyi, model, lomba karya tulis ilmiah, dan sebagainya.

Beberapa fakultas ada yang tidak mengikuti, namun untuk Maba, acara ini wajib diikuti. Termasuk kelas Chaira, fakultas ekonomi jurusan manajemen.

Beberapa mahasiswa dikelas Chaira berkumpul membicarakan persiapan untuk acara.

"Trus lo bisanya apa dong?"

"Aku tidak punya bakat apapun."

"Ada apasih?" tanya sandi, saat melihat Chaira dan teman cewek lainya ribut.

"Semua udah kebagian. Drama musikal sama teater. Lo disuruh ikut drama musikal gak mau, teater gak bisa. Bisanya apa? Sebel!" adu seorang mahasiswi yang bernama meli.

"Chaira, emang kamu gak bisa apapun?" kali ini, Ajeng yang mengatakan.

"Tau! Masa punyanya kekurangan doang?"

"Chaira, kamu bisa nyanyi?" tanya sandi. Sementara Chaira hanya menggeleng sebagai jawaban.

Jun Ki yang sedari tadi melihat perselisihan teman-temannya, ikut menimpali, "Jangan terlalu fokus pada kekurangan orang lain. Untuk apa Tuhan menciptakan malam kalau tidak ada bulan untuk menerangi nya? intinya, setiap ciptaan Tuhan, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadikan saja dia model, dia cantik kan?"

Semua orang terkejut mendengar Jun Ki. Termasuk kedua temanya, Bian dan Sandi.

"Bener banget, baru aja gue mau ngomong gitu." ujar Bian dengan bangga.

"Ya udah, lo jadi model, jangan bilang gak bisa!" ucap Meli mengakhiri.

Kuliah Pak Ilham, artinya Jun Ki harus pindah tempat duduk lagi menjadi di samping Chaira.

"Jangan dipikirkan perkataan mereka."

Chaira menoleh, heran mengapa Jun Ki tiba-tiba sudah di sampingnya?

"Aku bukan memikirkan perkataan mereka, tapi omongan kamu!"

"Omongan aku? Kenapa?"

"Gimana bisa kamu nunjuk aku sebagai model? Aku tidak secantik itu!"

Jun Ki tersenyum, "Kamu cantik."

"Hei, anak Korea! Jangan pernah kamu berpikir untuk cerita sama temen-temen kalo aku bekerja di sana."

"Bekerja dan menjadi cantik?"

Chaira memelototkan matanya, namun Jun Ki terkekeh melihat tingkah Chaira. Sebenarnya Chaira orang yang cukup asik kalo sudah kenal, pikirnya.

Kelas Pak Ilham sudah selesai, tapi Jun Ki masih betah duduk di sebelah Chaira. Tak jarang ia mencuri tatap pada gadis di sebelahnya.

"Kau suka drama Korea?" tanya Jun Ki saat tak sengaja melihat layar ponsel Chaira yang menggambarkan drama Korea.

"Apa urusanmu?"

"Selain asik, kau juga cukup jutek yah?"

Lagi-lagi Chaira membulatkan matanya pada Jun Ki. Kali ini sambil memajukan bibirnya.

"Ini terlalu dini Chaira. Kita bahkan belum lama berbincang."

Chaira menepuk mejanya, "Maksud kamu apa?"

Jun Ki terkekeh. Namun saat ia mau menjawab kembali perkataan Chaira, teman sialannya malah dengan sengaja memindahkan tubuhnya dari tempat duduk samping Chaira.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan."

Sandi dan Bian saling tertawa, begitu juga Chaira, Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Teman-temannya itu, ada-ada saja!

"Ngapain lo deket-deket Chaira hah? Kelas udah selesai, kenapa lo masih di sana?" cecar Bian dan Sandi.

"Kau! Apa kau tau, gara-gara kamu aku mengacaukan kencan butaku!" seru Jun Ki pada Bian.

"Maksud lo? Kok lo nyalahin gue sih?"

"Emang kenapa kencan butanya?" tanya Sandi, penasaran apa yang membuat Jun Ki kesal.

"Buriq? Kau tau buriq bukan kata-kata yang bagus bukan?"

Seketika Bian dan sandi tertawa, membuat Jun Ki semakin jengkel.

***

"Apa kau bilang? Apa kau bercanda? Kau tidak lihat teman-temanmu yang lain memanggil ku apa? Op-pa! Panggil aku oppa!"

"Anak Korea!"

"Apa kau tau? Kau bahkan lebih muda dariku."

"Aku tidak tau dan tidak mau ta...u."

"Aku serius lebih tua darimu Chaira."

"Baiklah - baiklah, Oppa!!"

"Telingaku, huuhhohww!"

***

restianiastuti48

Oppa!😉 Jangan lupa komen dan berlangganan ya! Ig : @reast07

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • UNFINISHED PAST   BAB 29 | Gugur

    "Cepat siapkan mobil saya Pak!" perintah Arsen yang langsung dituruti Pak Adi.Adi melajukan mobil sambil bercerita. "Tadi saya lagi nongkrong tuh Pak, di pangkalan sini, dekat mamang penjual sate. Tiba-tiba Non Yasmin telpon, tapi ternyata itu orang lain, bilang kalo yang punya HP kecelakaan di lampu merah jalan Purnama sakti." jelasnya."Kenapa orang itu gak telpon saya?" tanya Arsen penasaran. Teman-temannya tidak ikut serta karna sudah larut. Apalagi Ardi yang sudah berkeluarga."Saya kurang tau Pak, tapi biasanya kan yang dihubungi itu nomor panggilan terakhir. Saya ingat tadi waktu mau ngantar teman-temannya Pak Arsen, Non Yasmin sempat telpon saya untuk jemput. Tapi saya sudah disuruh antar teman Pak arsen, jadi saya tidak bisa." tutur Adi.Arsen merutuki kebodohannya. Kalau sudah seperti ini, hanya penyesalan yang dirasakannya sekarang. Dalam hati, ia terus menggumamkan maaf untuk Yasmin. Tangan kanannya mengusap wajah kasar. Bi Narti tidak ikut serta karna wanita itu di rumah

  • UNFINISHED PAST   BAB 28 | Kecelakaan kecil

    "Apa kabar Bu?" Yasmin berhambur ke pelukan ibunya. Menyalurkan rasa rindu sekaligus perasaan sedih yang tengah dialaminya saat ini. Yah, suasana hatinya sedang tidak baik.Fatimah-Ibu Yasmin, membalas pelukan anaknya setelah menaruh barang. "Ibu baik, kamu sehat?" Ia menatap wajah putri semata wayangnya itu dengan baik. Sudah dewasa. Fatimah bahkan lupa kapan terakhir kali ia memandang putrinya seperti ini.Hampir tujuh tahun lamanya Fatimah merantau di negeri orang. Dengan tekad yang kuat, ia memaksakan keinginannya meski suaminya tidak mengizinkan. Saat itu Yasmin masih duduk di kelas enam SD. Posisinya waktu itu, ia tidak terlalu mengerti mengapa Ibunya harus pergi sangat jauh hanya untuk bekerja. Namun semakin dewasa, Yasmin mengerti, semua dilakukan untuknya juga.Mereka sudah berada di dalam taksi. Fatimah bersandar pada kursi mobil, tangannya tak henti mengusap kepala Yasmin dengan sayang. "Ibu hanya pergi lama, tapi tidak cukup membe

  • UNFINISHED PAST   BAB 27 | Khawatir

    "Nikah yuk!" Ajakan itu bukan pertama kalinya Rayyan lontarkan, tapi berhasil membuat Kinanti tak berkutik. Kenapa? Bukankah ini yang ditunggu sedari tadi? Apa karna kali ini Kinanti menantikannya? Jika yang mengucapkannya itu Gibran, pasti Kinanti akan lebih terkejut sekaligus senang berkali-kali lipat. Tapi tidak, Ia tidak boleh memikirkan lelaki itu lagi. Sudah dapat berlian, kenapa harus memungut batu? Akhinya, dengan percaya diri, Kinanti berkata, "Ayok!" Rayyan mengalihkan pandangan sambil mengulum senyum, "Jangan senyum seperti itu." perintahnya. Setengah terkejut karna baru sekarang Kinanti tersenyum, saat di mobil tadi hanya diam saja. "Kenapa? Aku cantik ya?" Rayyan mengeratkan genggamannya seraya tertawa lepas. Ledekan demi ledekan mereka terima sepanjang hari. Baik itu berasal dari dosen, maupun para mahasiswa._ Rayyan tersenyum melihat Kinanti yang tengah fokus dengan ko

  • UNFINISHED PAST    BAB 26 | Berusaha Lagi

    Tidak ada hari yang indah. Bagi Kinanti, tidak ada lagi hari yang indah setelah semua keinginannya melebur. Setelah takdir ternyata tak berpihak padanya. Wanita itu berdiri tepat di depan jendela kamar yang terbuka, menatap kosong apapun di hadapannya. Sial, bahkan di saat seperti ini, kenangan itu terus keluar menyeruak dari ingatannya, masuk ke dalam pikirannya yang sedang kosong. "Kamu cantik sekali. Kamu tau, kata teman-temanku, kamu adalah idaman semua pria. Aku beruntung memiliki kamu." Gibran mengecup lembut tangan Kinanti seraya menatap matanya. Mengerling dengan pandangan nakal. Kinanti mengalihkan pandangan, semburat merah bisa menjelaskan sipu malu yang dirasakannya. "Kamu tidak berniat menjadi model?" Seharusnya Kinanti sadar dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Gibran waktu itu. Lelaki itu berharap Kinanti menjadi model? Kenapa seseorang yang mencintainya rela mem

  • UNFINISHED PAST   BAB 25 | Hubungan Yang Terbuka

    "Hih, dasar anak Korea! gitu aja marah. jadi laki kok gak ada pengertiannya." Chaira terpaksa bejalan sendirian, karna Jun Ki meninggalkannya. Tak lama, Bian dan Sandi menghampiri Chaira."Ra, emang kalian benean pacaran ya?" Chaira menoleh sekilas, tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontakan Bian. Mereka berjalan beriringan ke tempat parkir. "Harus ya, aku kasih tau?" jawab Chaira dengan malas. "Jelas dong, kalau kalian menutupi sebuah hubungan, efeknya gak akan baik." jelas Sandi. Chaira mengernyit, "Kenapa?" Sandi sampai berhenti bejalan sebentar untuk menjelaskan masudnya. Chaira dan Bian ikut berhenti."Presentasi orang ketiga akan meningkat. Menutupi sebuah hubungan akan membuat kalian didekati banyak orang, tanpa tau kalau kalian sudah punya pasangan." "Susah ya jelasinnya, tapi aku ngerti kok. Makasih ya." tutup Chaira.Ia menyadari perkataan Sandi memang ada benarnya. Memangnya Chai

  • UNFINISHED PAST   BAB 24 | Hubungan Yang Terbuka

    "Kamu ngapain sih, masih di sini?" Chaira berkacak pinggang, sambil terus memperhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Ini kali pertamanya Jun ki menemani Chaira bekerja, lebih tepatnya sih merecoki. Bahkan cowok itu dengan lantangnya mengatakan, bersedia menemani Chaira setiap hari. Hmm, pacarnya itu membuat pusing saja. Masalahnya, bukan bantuan yang dia berikan, tapi gangguan. Selain merecoki saat Chaira meracik, Jun ki kerap digoda oleh pelanggan wanita. Menambah Chaira kesal, sehingga membuat bibirnya maju beberapa senti. Jelas hal itu sangat mengganggu Chaira, bagaimana kalo bosnya datang? Jun ki tidak tau saja watak bosnya Chaira yang sangat tegas dan nyaris tidak pernah tersenyum. "Sayang, kalau kamu cemburu bilang saja ... nanti kalau ada gadis pelanggan, aku akan bersembunyi." "Apa kamu bilang?" Chaira duduk kembali di kursinya. Sial, Jun ki selalu mengatakan hal-hal yang tidak biasa didengar oleh Chaira. Ia bing

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status