Share

BAB 7 | Tatapan Penasaran

"Chaira!"

Gadis manis berjilbab itu menoleh,

"Ini pulpen kamu, makasih ya." ucap Jun Ki setelah berlari menghampiri Chaira.

"Jungki, lo ngasih apa sama my honey  Chaira?" tanya Bian.

"Dih jijik banget lu!" sambar Sandi mendengar Bian menyebut Chaira dengan embel-embel My honey.

"Diem lu! Jungki, bisa-bisanya lu merebut cewek inceran kita berdua." ucap Bian yang disetujui oleh Sandi.

"Maksudnya? Aku cuma mengembalikan pulpen kok. Lagipula, malam ini aku ada kencan buta dengan seseorang."

"Anjir, gue baru tau di Indonesia juga ada kencan buta." kata Bian,

"Ini rekomendasi dari adikku, aku hanya mengikuti saja."

"Semoga sukses ya!" ucap Sandi memberi semangat.

***

Chaira memakai seragam kerjanya, dilanjutkan dengan memoles sedikit Make up.

"Hmm, siapa peduli aku memakai riasan saat pulang kuliah."

Benar, Chaira bukan orang yang hobi memoles wajahnya. Ia nyaris tak pernah memakai make up, karna ia tidak percaya diri dengan riasan. Toh, tanpa make up pun, ada beberapa orang yang mengatakan Chaira cantik! Pikirnya.

Namun semenjak melihat Kinanti, rasa ingin memakai riasan menjadi tergugah. Maka saat bekerja, Chaira membiasakan diri memakainya.

"Kak, dua yah, rasa mathca dan redvelvet."

"Iya, sebentar ya."

Chaira melirik lelaki di depannya, sambil melayani pesanan. Hmm, kenapa akhir-akhir ini Chaira dikelilingi cowok-cowok Korea sih?

Melihat wajah sang pembeli, Chaira yakin dia adalah orang Korea. Matanya agak sipit, kulitnya putih bersih dan postur tubuhnya tinggi. Mengingatkan Chaira pada Lee Jun Ki.

"Jung hee!"

Chaira terhenti melihat orang yang baru saja memanggil pelanggannya.

'lee jun ki? aduh, gimana nih, gak bisa ngumpet'

"Ada apa Hyung?"

'H-hyung? Apakah mereka kakak beradik?'

"Sudah belinya?"

"Sudah tuh, sedang dilayani."

"Kamu ... Chaira kan?" Jun Ki terkejut melihat teman kuliahnya, terlihat berbeda.

"I-iya."

"Kamu kerja disini?"

Chaira mengangguk, setelah pesanan selesai, Chaira langsung memberikannya pada seroang lelaki di sebelah Lee Jun Ki.

"Terima kasih." ucapnya.

"too ..."

Chaira segera membalikkan badannya, sementara Jun Ki terlihat bingung, lalu mengikuti adiknya menuju mobil.

"Kau kenal cewek itu?" tanya Rangga-nama Indonesia Jung Hee, saat mereka sudah memasuki mobil.

"Dia teman kuliahku."

"Kalau begitu, kau tidak perlu melakukan kencan buta lagi." ujar sang adik.

"Aku yakin, kau dikelilingi banyak cewek cantik di kampus." Lanjutnya.

"Siapa peduli? Kau kan yang memaksaku melakukan itu." ucap Jun Ki, mengingat kembali malam kencan butanya yang tak berjalan baik.

Jung hee terkekeh.

"Benar kata ayah. Hyung, kau harus belajar bahasa Indonesia lebih baik lagi. Ehmm, bukan-bukan, lebih tepatnya, kau harus belajar bahasa anak muda zaman sekarang."

***

Chaira tidak tau apa yang harus dilakukannya saat di kampus nanti. Jun Ki melihatnya memakai riasan dan berjualan Thai tea. Semoga saja, Jun Ki tidak menceritakan pada teman-temannya.

Di toilet kampus.

"Chaira!"

"Ada apa kak?"

"Belikan aku jus alpukat."

"B-baik kak."

Rika menyuruh Chaira membelikan minuman. Ini bukan pertama kalinya, masih ingatkan, saat Rika meminta agar Chaira menurut padanya?

Terkadang Chaira berpikir, ia seperti babu saja bagi Rika.

_

Setiap ulang tahun kemerdekaan Indonesia, di kampus AA, selalu mengadakan berbagai macam lomba. Bukan lomba olahraga atau permainan seperti hal nya saat di SMA, namun hanya lomba-lomba penampilan seperti puisi solo, puisi berantai, stand up comedydrama musikal, teater, bernyanyi, model, lomba karya tulis ilmiah, dan sebagainya.

Beberapa fakultas ada yang tidak mengikuti, namun untuk Maba, acara ini wajib diikuti. Termasuk kelas Chaira, fakultas ekonomi jurusan manajemen.

Beberapa mahasiswa dikelas Chaira berkumpul membicarakan persiapan untuk acara.

"Trus lo bisanya apa dong?"

"Aku tidak punya bakat apapun."

"Ada apasih?" tanya sandi, saat melihat Chaira dan teman cewek lainya ribut.

"Semua udah kebagian. Drama musikal sama teater. Lo disuruh ikut drama musikal gak mau, teater gak bisa. Bisanya apa? Sebel!" adu seorang mahasiswi yang bernama meli.

"Chaira, emang kamu gak bisa apapun?" kali ini, Ajeng yang mengatakan.

"Tau! Masa punyanya kekurangan doang?"

"Chaira, kamu bisa nyanyi?" tanya sandi. Sementara Chaira hanya menggeleng sebagai jawaban.

Jun Ki yang sedari tadi melihat perselisihan teman-temannya, ikut menimpali, "Jangan terlalu fokus pada kekurangan orang lain. Untuk apa Tuhan menciptakan malam kalau tidak ada bulan untuk menerangi nya? intinya, setiap ciptaan Tuhan, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadikan saja dia model, dia cantik kan?"

Semua orang terkejut mendengar Jun Ki. Termasuk kedua temanya, Bian dan Sandi.

"Bener banget, baru aja gue mau ngomong gitu." ujar Bian dengan bangga.

"Ya udah, lo jadi model, jangan bilang gak bisa!" ucap Meli mengakhiri.

Kuliah Pak Ilham, artinya Jun Ki harus pindah tempat duduk lagi menjadi di samping Chaira.

"Jangan dipikirkan perkataan mereka."

Chaira menoleh, heran mengapa Jun Ki tiba-tiba sudah di sampingnya?

"Aku bukan memikirkan perkataan mereka, tapi omongan kamu!"

"Omongan aku? Kenapa?"

"Gimana bisa kamu nunjuk aku sebagai model? Aku tidak secantik itu!"

Jun Ki tersenyum, "Kamu cantik."

"Hei, anak Korea! Jangan pernah kamu berpikir untuk cerita sama temen-temen kalo aku bekerja di sana."

"Bekerja dan menjadi cantik?"

Chaira memelototkan matanya, namun Jun Ki terkekeh melihat tingkah Chaira. Sebenarnya Chaira orang yang cukup asik kalo sudah kenal, pikirnya.

Kelas Pak Ilham sudah selesai, tapi Jun Ki masih betah duduk di sebelah Chaira. Tak jarang ia mencuri tatap pada gadis di sebelahnya.

"Kau suka drama Korea?" tanya Jun Ki saat tak sengaja melihat layar ponsel Chaira yang menggambarkan drama Korea.

"Apa urusanmu?"

"Selain asik, kau juga cukup jutek yah?"

Lagi-lagi Chaira membulatkan matanya pada Jun Ki. Kali ini sambil memajukan bibirnya.

"Ini terlalu dini Chaira. Kita bahkan belum lama berbincang."

Chaira menepuk mejanya, "Maksud kamu apa?"

Jun Ki terkekeh. Namun saat ia mau menjawab kembali perkataan Chaira, teman sialannya malah dengan sengaja memindahkan tubuhnya dari tempat duduk samping Chaira.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan."

Sandi dan Bian saling tertawa, begitu juga Chaira, Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Teman-temannya itu, ada-ada saja!

"Ngapain lo deket-deket Chaira hah? Kelas udah selesai, kenapa lo masih di sana?" cecar Bian dan Sandi.

"Kau! Apa kau tau, gara-gara kamu aku mengacaukan kencan butaku!" seru Jun Ki pada Bian.

"Maksud lo? Kok lo nyalahin gue sih?"

"Emang kenapa kencan butanya?" tanya Sandi, penasaran apa yang membuat Jun Ki kesal.

"Buriq? Kau tau buriq bukan kata-kata yang bagus bukan?"

Seketika Bian dan sandi tertawa, membuat Jun Ki semakin jengkel.

***

"Apa kau bilang? Apa kau bercanda? Kau tidak lihat teman-temanmu yang lain memanggil ku apa? Op-pa! Panggil aku oppa!"

"Anak Korea!"

"Apa kau tau? Kau bahkan lebih muda dariku."

"Aku tidak tau dan tidak mau ta...u."

"Aku serius lebih tua darimu Chaira."

"Baiklah - baiklah, Oppa!!"

"Telingaku, huuhhohww!"

***

restianiastuti48

Oppa!😉 Jangan lupa komen dan berlangganan ya! Ig : @reast07

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status